5. Belum saling mengenal.

Dalam pikiran Bang Pongge berpikir keras. Tentu semua harus di pikirkan masak-masak sebelum menjawab dan bertindak.

"Itu semua benar Bang. Bayi itu adalah bayi saya..!!" Ucap Bang Pongge dengan tegas.

"Kamu kurang ajar Geee.. saya benar-benar percaya padamu. Saya menyesal pernah mengenalkan kamu sama Papa." Tangan Bang Lanang menyambar kopi di meja lalu menyiramnya ke wajah Bang Pongge.

Setelah Bang Lanang melangkah pergi, Dinara menyembunyikan tubuhnya da balik dinding. Bang Pongge membawa gelas itu ke dapur. Ia mengusap wajahnya dan melepas pakaian kotornya kemudian masuk ke dalam kamar.

"Kenapa Abang lakukan ini?? Kenapa tidak katakan terus terang kalau anak ini adalah anak Bang Alan??"

Masih dengan bertelanjang dada Bang Pongge mencari pakaiannya.

"Kenapa Abang harus mempermalukan diri Abang sendiri??? Kenapa Abang menanggung dosa yang tidak Abang perbuat?????" Pekik Dinara. "Kalau anak ini menjadi penyebabnya.. lebih baik di gugurkan saja..!!!!"

Secepatnya Bang Pongge mengunci Dinara di sudut dinding. Ia menatap kedua manik mata Dinara. Mata Bang Pongge berkaca-kaca, raut wajahnya penuh amarah.

"Jika hati saya mati.. saya juga akan meminta hal sama. Gugurkan saja, tidak berbekas dan semua selesai. Tapi kita hidup di dunia karena kuasa Tuhan. Tuhan juga yang membuat anakmu ada dari perbuatan bejad bapaknya yang tidak mau bertanggung jawab. Alasanku menikahi mu memang tentang anak ini. Memang saya tidak ikut bertukar keringat, tapi saya juga menanggung dosanya. Saya tau, mendengar apa yang dilakukan Alan dan saya tidak mencegah perbuatan Alan karena saya percaya dia akan bertanggung jawab. Sekarang kenyataannya apa???? Dia lari.. apa lantas saya harus ikut pura-pura gila???? Saya punya perasaan.. saya di lahirkan dari kesakitan seorang perempuan." Jawab Bang Pongge membuat Dinara terisak.

"Bagaimana dengan pacar Abang??"

"Saya pria beristri, tidak ada wanita lain di hati saya." Ucap tegas Bang Pongge. Mata Bang Pongge tidak lagi tajam membidik Dinara. Sorot mata itu berubah lembut apalagi saat Dinara terlihat begitu ketakutan. "Kamu tidak merasakan bagaimana sedih dan sakitnya hatiku dek. Saat anak gadisku beranjak dewasa.. bagaimana pun keadaannya, saya tidak bisa mengantarnya ke pelaminan. Jadi apa bedanya jika saya katakan bahwasanya dia berasal dari benihku atau bukan. Tetap saya tidak bisa menikahkan dia. Lalu masihkah bisa orang mengatakan saya ini ayah yang baik??" Bang Pongge menautkan keningnya pada kening Dinara. Ada tetes kecil di pelupuk matanya. "Meskipun dosaku sedalam lautan tapi saya tidak ingin melihat anak gadis saya menangis. Cukup sampai disini saja kulihat ibunya semenderita ini, saya tidak sanggup lagi melihat banyaknya tangisan dalam keluarga kita nanti."

Bibir Dinara rasanya terkunci. Ia terisak-isak menunduk tak berani membalas tatap mata Bang Pongge dalam tanggisnya. Bang Pongge mengangkat dagu Dinara agar mereka bisa kembali saling menatap.

Suasana malam itu begitu hening, Bang Pongge mendekatkan wajahnya pada bibir Dinara. Desiran di dada Bang Pongge naik turun tatkala bibir keduanya saling menyentuh. Bang Pongge sempat membasahi bibir Dinara sampai akhirnya ia tersadar dan mundur perlahan.

"Tidurlah dek. Hari sudah terlalu malam. Gadisku juga butuh istirahat." Kata Bang Pongge.

Dinara terhenyak, ia tak tau apa sebabnya hingga Bang Pongge terkesan menolaknya. Ingin rasanya bertanya, tapi kesalahannya sudah terlalu besar untuk sekedar bermanja.

***

Bang Pongge terbangun dari tidurnya, Ia melihat sudah ada sarapan di ruang tamu mess transit nya karena memang tidak ada tempat lain di bangunan tersebut. Bang Pongge melihat jam tangannya masih menunjukan pukul lima pagi.

"Kamu menyiapkan ini semua dek??" Tanya Bang Pongge.

"Iya Bang. Nggak suka nasi kuning ya?"

"Bukan tidak suka, hari masih terlalu pagi untuk kamu beraktivitas dengan membawa si kecil kita. Banyak istirahat dan jangan terlalu capek. Kamu pasti jalan jauh sekali. Pedagang nasi kuning ini ada di ujung gang terakhir khan?"

Dinara mengangguk tapi sepertinya Dinara salah mengartikan larangan Bang Pongge.

"Tadi sudah sholat atau belum?" Tanya Bang Pongge.

"Belum." Jawab Dinara lirih.

"Bangun tidur ingat Tuhan. Kamu masih bisa bernafas karena kuasa Tuhan, kamu sehat juga karena Tuhan." Kata Bang Pongge.

Tidak ada yang salah dalam ucapan Bang Pongge. Tapi mungkin saja kehamilannya membuat perasaannya sedikit terluka. Dirinya merasa Bang Pongge sedikit kasar padanya.

Dinara masih berdiri di tempatnya sambil membawa kain lap di tangannya. Tiba-tiba air matanya meluncur tanpa ada yang meminta.

"Lho.. kenapa nangis?" Bang Pongge tak tau apa salahnya sampai Dinara menangis. Semakin lama tangisnya terdengar semakin sesak. "Kakinya sakit? Apa badannya yang sakit??"

"Kenapa Abang marah sama Arra??? Arra tau Abang nggak suka sama Arra, tapi Abang nggak perlu sekasar itu." Kata Dinara.

"Kapan Abang kasar?? Abang hanya minta kamu sholat dulu. Itu kewajiban yang mutlak dek. Apa begitu yang di bilang kasar??"

Dinara semakin sesenggukan memusingkan pikiran Bang Pongge. Suami Dinara itu sampai menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena berusaha menerka isi hati Bumil.

'Astagfirullah hal adzim..!!'

Bang Pongge mengusap dadanya sendiri. "Duduk disini..!!"

"Nggak mau." Tolak Dinara dengan nada penolakan yang kasar khas seorang gadis yang tengah merajuk.

"Sini dek..!!"

"Nggak mau.. Arra mau sholat." Dinara pun menghindar dan berjalan menuju kamar mandi.

Braaaakkk..

"Aaaaaaaa..!!!!!"

"Deek.." Bang Pongge sigap berdiri dan menyusul ke kamar mandi. "Deekk.. buka pintunya..!!" Bang Pongge mengetuk pintu kamar dengan kencang. "Buka nggak??? Abang bongkar juga nih pintu..!!!" ancam Bang Pongge.

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Iis Cah Solo

Iis Cah Solo

jadi ikut baper aku...😔😔😔

2023-11-29

1

Sri Yuni

Sri Yuni

mau dong kak ... tuker tambah bang pongge sama ayangku, biar nyaman hati akuu

2023-11-28

1

Mika Saja

Mika Saja

bang pongge LBH sabar LG ya,,dinara bljarlah LBH mengenal bang pongge,,,,buka hatimu mulailah hidup dengan bang pongge biar tetap bahagia lupakan orang yg SDH kurang ajar,tdk tanggung jawab,,,,mba Nara 👍

2023-11-26

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!