3. Terjerumus kesesatan.

"Ijin Danton.. semua barang sudah masuk ke dalam mess transit."

"Oke.. terima kasih ya. Maaf saya merepotkan. Ini buat beli rokok. Di bagi ya..!!" Bang Pongge menyelipkan beberapa lembar uang di kantong mudi Batalyon.

"Waahh.. terima kasih Danton."

Bang Pongge menepuk bahu mudi nya sebagai balasan.

:

Dinara duduk meluruskan kakinya. Perutnya memang belumlah besar tapi rasa lelah sudah sering kali menyerangnya, contohnya kali ini dirinya sudah merasa sangat lelah.

"Tidur di kamar dek.. sudah Abang rapikan..!!" Kata Bang Pongge.

"Abang saja tidur di kamar, Arra tidur di sini..!!" Tolak Dinara.

"Mau pindah sendiri ke kamar atau Abang angkat?" Tanya Bang Pongge datar tapi jelas pertanyaan itu penuh dengan ancaman.

Mau tidak mau Dinara bangkit dan berjalan masuk ke dalam kamar. Setelah masuk di dalam kamar Dinara menoleh.

"Abang tidur dimana? Kamar mess transit hanya ada satu?"

"Tidur satu kamar denganmu boleh???" Sengaja Bang Pongge menguji sikap Dinara.

Dinara menoleh dan sedikit mendorong lengan Bang Pongge agar segera keluar dari kamar lalu menutup pintunya rapat.

Bang Pongge menggeleng dengan senyum kecilnya. Ia memahami situasi ini dan membiarkan agar Dinara bisa sedikit lebih tenang. Setidaknya satu masalah pokok sudah terselesaikan.

***

Pagi hari tiba. Bang Pongge mengetuk pintu kamar tapi tidak ada jawaban dari dalam kamar. Perlahan Bang Pongge membuka pintunya karena ingin mengajak Dinara untuk sholat subuh.

"Dek.. bangun dulu..!! Sholat yuk, nanti tidur lagi." Sampai beberapa kali Bang Pongge membangunkan Dinara tapi istrinya itu tidak meresponnya. "Dek..!!" Dengan sangat terpaksa Bang Pongge pun mencoleknya. "Astaghfirullah hal adzim.. kenapa jadi demam begini dek???"

:

"Nggak mau.. nggak bisa."

"Di coba dulu. Ini Abang suapin. Kamu radang itu dek. Kalau nggak makan nggak bisa minum obat." Bujuk Bang Pongge.

Bang Pongge sudah tau bagaimana sifat manja anak panglima tapi jujur dirinya memang menyukai perempuan yang manja.

"Minum dulu tehnya biar nggak sakit tenggorokannya dek..!!"

Si cantik Dinara masih terus merengek tapi Bang Pongge tetap sabar menghadapi manjanya sang istri.

.

"Mau Abang suapin pakai sendok atau pakai bibir Abang?" Tanya Bang Pongge lembut tapi jelas setengah mengancam.

"Sendok." Jawab Dinara pada akhirnya karena tidak punya pilihan.

"Buka mulutnya, cepat habiskan makannya. Abang mau berangkat kerja nih dek."

Pagi ini Bang Pongge beraktivitas serba cepat. Mulai dari sholat, menyiapkan bubur untuk Dinara dan menyiapkan seragam kerjanya. Untung saja ada bubur pagi yang lewat dan akhirnya Dinara bisa sarapan.

Jam berdetak semakin cepat. Dinara belum minum obat pereda demam tapi Dinara terus menguji kesabarannya.

Terpaksa Bang Pongge menghaluskan obatnya dengan dua buah sendok dan sedikit memaksa Dinara untuk minum obat.

"Jangan di muntahkan..!! Itu demi kebaikanmu..!!" Kata Bang Pongge, wajahnya tegas penuh penekanan.

...

Danyon menarik nafas panjang, beliau sudah tau betul kualitas Bang Pongge tapi kali ini beliau tidak habis pikir dengan gosip yang menimpa juniornya itu.

"Kenapa beritanya seperti ini Ge? Abang tidak percaya kamu menghamili anak panglima." Tegur Danyon.

"Sudah terlanjur, mau bagaimana lagi Bang. Saya khilaf." Jawab Bang Pongge tak pikir pusing dengan apapun pemberitaan yang mengarah padanya. "Saya hanya minta tolong di redam semua masalah ini Bang. Tolong untuk tidak berbisik-bisik dan gunakan nama panglima untuk membungkam mulut semua orang. Saya mencemaskan kandungan Arra. Saya tidak masalah Jika saya yang mendengar semua cibiran tentang masalah ini tapi istri saya butuh ketenangan Bang." Pesan Bang Pongge.

"Tapi kamu bisa tunda pangkat karena pelanggaran disiplin Ge.. atau parahnya demi menyelamatkan pangkat dan harga dirimu, kamu harus pindah ke pelosok. Apa kamu siap?" Tanya Danyon sebenarnya tidak tega dengan Bang Pongge.

"Saya seorang pasukan, dimana pun saya di tugaskan.. saya akan selalu siap."

Danyon menghela nafas. Batinnya sungguh tidak percaya kalau juniornya itu bisa melakukan perbuatan tercela bahkan sampai menghamili wanita pasalnya ia tau Bang Pongge adalah pria yang sopan terhadap lawan jenisnya.

"Baiklah, saya akan berunding dengan atasan agar di sampaikan pada panglima. Seingat saya panglima juga tidak menghendaki penundaan pangkatmu padahal segala hal yang menyangkut ketidak siplinan militer yang masuk meja panglima pasti akan di tindak lanjuti. Beliau serba salah karena hal ini menyangkut putrinya sendiri."

...

Dinara meringkuk di dalam kamar mandi. Tubuhnya basah kuyup tersiram air dingin. Teringat kejadian beberapa bulan yang lalu, kejadian yang membuat hidupnya hancur.

"Aaaaaaaaaaa.. Abang b******k..!!!" Teriak Dinara.

Mendengar suara teriakan dari arah kamar mandi, Bang Pongge mengetuknya. "Dek.. Arra..!! Buka pintunya dek..!!!!"

tok.. tok.. tok..

"Arra.. tolong dek..!! Abang dobrak ya pintunya?" Berkali-kali Bang Pongge meminta ijin tapi Dinara tidak menanggapinya. Tak lagi banyak membuang waktu, Bang Pongge segera mendobraknya. "Astagaaa.. Arra..!!!!!"

:

"Kalau kamu tau.. penyesalan terbesar Abang adalah membiarkan mu bersama Alan malam itu. Jika saja saya lebih bisa menyadari bahwa jodoh bisa berubah, maka saya akan membawamu pergi."

Flashback Bang Pongge on..

"Jangan ikut dengan Alan.. dia sedang mabuk berat..!!" Bang Pongge menarik tangan Dinara agar gadis itu tidak mengikuti langkah Bang Alan.

"Cepat Arra.. atau saya akan bongkar rahasia mu di hadapan kedua orang tua mu..!!!" Ancam Bang Alan.

"Pot, jangan begitu lah. Ini perempuan, kalau kamu tidak bisa menahan diri.. hancur semuanya." Kata Bang Pongge menasihati.

"Dia ini calon istriku, terserah aku mau ku apakan. Aku juga tau rahasianya. Orang tuanya bisa di pecat dan malu seumur hidup." Senyum Bang Alan saat itu. "Sudahlah, aku tidak akan macam-macam. Hanya ingin ngobrol saja sama Arra di dalam kamar. Masa kamu tidak percaya padaku?"

"Aku ini laki-laki Lan, aku tau bagaimana rasanya saat berdekatan dengan lawan jenis."

"Itu kamu Ge, aku tidak sepertimu." Kata Bang Alan meyakinkan.

Bang Pongge menyadari bahwa Alan akan menjadi suami Dinara, maka dirinya mengijinkan sahabatnya berduaan di dalam kamar.

:

"Nggak mau, jangan Bang.. Arra takut, Arra malu."

Terdengar suara ketakutan Arra juga Bang Alan yang memaksa Arra melayani hasratnya.

Tak lama pekik Dinara bersambung tangis pilu ikut menyayat hati Bang Pongge bahkan saat Dinara meminta agar Bang Alan tidak lagi melanjutkannya, Bang Alan pun tidak mendengarnya hingga suara Dinara tak terdengar lagi.

:

Dinara membuka pintu kamar, rambutnya acak-acakan. Bang Pongge yang melihat Dinara dalam keadaan berantakan segera berdiri.

"Arra.. kamu........!!"

"Saakiiiiiittt.. Bang Alaan..........."

Bang Pongge tidak tega melihat keadaan Dinara, ia pun memeluknya erat. "Maaf Arra , maafkan Abang. Mudah-mudahan tidak terjadi sesuatu sama kamu." Dada Bang Pongge rasanya terhantam melihat kejadian hari ini. "Jangan nangis Arra, Abang janji tidak akan meninggalkan kamu. Cari Abang jika memang kamu tidak sanggup melewatinya."

.

.

.

.

Terpopuler

Comments

Lili Suryani Yahya

Lili Suryani Yahya

Bang Pongge memang the best🥰

2023-12-03

1

Iis Cah Solo

Iis Cah Solo

nnti pasti menyesal alan...penyesalan datang terakhir...😁

2023-11-29

1

Nabil abshor

Nabil abshor

😌😌😌 sakit y bang,,,, hrsnya td loh abang gt, sdh denger ad oth jerit² hrs e ditolong bang, bukan mslh besok mau nikah to masalahny belum nikah kan, jd abang berhak mencegah.udh tau mabok jg sialan itu,,, 😬😬😬 gemasss syeklai aku sm budak prenjak itu,,,, 🤬🤬🤬

2023-11-26

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!