Istri Rahasia : "Maafkan Aku"
Ini adalah kisah lama seorang wanita bernama Nanda, dimana ia pertama kalinya merasakan cinta. Pepatah lama mengatakan jatuh cinta adalah anugerah terindah. Sayangnya hal tersebut tidak berlaku bagi Nanda. Kisah yang begitu rumit seolah naik roller coster yang tak bertepi. Hal yang sempat terlupa dari memori kehidupan Nanda.
Suatu pagi dibulan Juni tahun 2015,
Aku berada disebuah ruangan lumayan sempit berbau aroma sakura, dengan posisi duduk tegap dan memandang lurus kepada orang didepanku.
Beliau lelaki paruh baya yang berbadan tinggi besar, dengan rambut putih sedikit ikal dan berkacamata petak.
"Oke Nanda. Kapan ya bisa mulai bekerja disini?"
"Bulan depan, Takeda san."
"Bisa dalam waktu 2 minggu? Saya butuh cepat ya."
Aku berpikir sejenak, dan menyodorkan kembali lembaran yang sebelumnya sudah ku isi.
"Mohon maaf Takeda san, sebelumnya bagaimanakah dengan ini?"tanyaku hati-hati.
Takeda san meraih kertas tersebut dan menaikkan kacamatanya.
"Oke ya. Saya signed. Bisa kan 2 minggu?"tanyanya kembali.
"Baik. Bisa Takeda san. Terima kasih banyak,"jawabku sambil tersenyum.
"Selamat bergabung di Hotel Yuki ya,"Beliau mengulurkan tangannya dan dengan sigap kusambut sambil tersenyum.
Takeda san mengantarku ke ruangan HRD bersama Assistantnya, Pak Irwan. Beliau bertubuh pendek, sedikit gempal, hidung mancung dengan rambut kelimis. Aku mengikuti mereka berdua menuruni tangga sempit yang berada dibelakang ruangan Beliau. Langkahnya terlihat terburu-buru.
*****
Akhirnya kami sampai di Office yang berada di Basement Hotel Yuki. Beliau membuka pintu abu-abu tua dan seketika semua dalam ruangan berdiri dan memberi salam membungkuk selayaknya tradisi orang Jepang.
"Fadlan, perkenalkan ini Nanda. Dia GRO baru yang mulai bergabung 2 minggu lagi. Tolong persiapkan seragam dan kebutuhan lainnya. Ok ya?"
"Baik Takeda san,"jawab Pak Fadlan.
"Dia cantik bukan? Ah tidak. Dia Kawaii (1),"ujar Takeda san tiba-tiba, membuat seisi ruangan itu tersenyum. Aku yang mendengarnya menunduk karena malu.
"Ya. Takeda san benar,"jawab orang yang dipanggil Fadlan itu mengangguk.
"Oke saya tinggal ya. Irwan, atur sisanya. Sampai bertemu 2 minggu lagi Nina,"Takeda san menepuk bahuku dan meninggalkan ruangan tersebut.
"Fadlan, dia ini direkrut langsung. Sesuai yang saya sampaikan kemarin. Ini semua CV dan kelengkapan lainnya. Tolong dijalankan saja tanpa ada pertanyaan lebih lanjut. Jelas?"tegas Pak Irwan sembari menyerahkan dokumenku.
Pak Fadlan meraih dokumen tersebut, membuka dan membacanya cepat. Tiba-tiba ia langsung mengernyitkan dahi. Matanya sedikit melotot. Ya, tentu saja dia akan bereaksi demikian. Gaji yang kutuliskan setara dengan gaji level Manager untuk ukuran Hotel Independent. Wajar saja jika dia sangat kaget. Untung saja biji matanya tidak loncat.
"Ada pertanyaan?"Pak Irwan secara halus seperti ingin menggodanya karena ekspresinya yang tidak bisa disembunyikan begitu melihat angka gajiku.
"Tidak, Pak. Sudah cukup,"jawab Pak Fadlan.
"Oke! Beres!"Pak Irwan menepuk pelan bahu Pak Fadlan.
"Nanda, setelah semua disini selesai, kamu boleh pulang. Terima kasih sudah datang kesini,"sambung Pak Irwan sembari tersenyum.
"Baik, Pak. Terima kasih."
"Sampai bertemu dan selamat bergabung,"ucapnya sambil mengulurkan tangan kepadaku.
Aku menyambut tangan Pak Irwan dengan tersenyum dan bahasa isyarat tubuh bahwa aku sangat berterima kasih disambut dengan baik oleh Pak Irwan. Setelahnya, Beliau kembali keatas dan aku mengikuti Pak Fadlan untuk pembuatan Finger Print.
Pak Fadlan ini bertubuh sedikit pendek, kurus dan berambut ikal. Kulitnya sawo matang. Dari wajahnya terlihat seperti orang mengantuk. Tidak ada percakapan selama proses registrasi untuk karyawan baru. Setelah semua selesai, aku pun bergegas pulang. Sebuah perjalanan singkat untuk sebuah interview. Dipanggil dan diterima diwaktu yang bersamaan.
*****
Sepanjang jalan pulang menuju halte, aku beberapa kali memandang hotel tersebut. Apakah aku sudah membuat keputusan yang benar bergabung disini? Aku mengenal Takeda san setahun yang lalu secara tidak sengaja. Berawal dari Money Changer dimana Beliau sangat butuh uang yen karena harus pulang ke Jepang untuk keperluan mendesak, akan tetapi stock sudah habis.
Saat itu sudah malam dan pesawat Beliau esok hari jam 6 pagi dimana Money Changer Airport kadang belum buka. Aku yang tadinya ingin pergi berlibur sendirian, menyerahkan uang yenku sejumlah 150,000 kepadanya. Masih teringat jelas olehku wajah bahagianya dan berulang kali membungkuk berterima kasih. Darisana lah Beliau pada akhirnya mengundangku bekerja di Hotel Yuki sebagai GRO.
Lamunanku buyar dengan kedatangan angkot yang kutunggu-tunggu. Aku bergegas naik karena harus berangkat kerja dan mempersiapkan untuk resignationku nanti. Suasana dihari itu seperti mendung, tapi tiada gemuruh. Langit yang teduh dan gerakan angin perlahan menambah suasana yang seolah ingin tidur. Pandangan mataku masih tak lepas dari Hotel Yuki. Sebenarnya, aku tidak enak hati menolak tawaran Takeda san. Oleh sebab itu, aku bersedia bekerja ditempat dimana Beliau adalah General Manager Hotel Yuki. Kuyakinkan diriku sekali lagi, bahwa aku harus bersemangat. Semoga keraguanku bukanlah firasat buruk.
*****
Sebetulnya tempat bekerjaku sekarang adalah cukup menyenangkan. Saling menghormati, tahu batasan dan tidak pernah mengurusi kehidupan oranglain. Aku lebih memilih lingkungan cuek karena aku senang sendirian.
Sepanjang perjalanan ketempat kerjaku sekarang, aku terus berdo'a agar pilihanku tidak salah karena merasa tidak enak hati kepada Tanaka san. Dan juga agar aku luput dari perhatian karyawan lainnya. Bisa dibilang, keraguanku ini muncul karena aku sering jadi bahan perundungan para wanita. Menjadi pendiam bagiku tidaklah cukup dizaman sekarang ini. Aku harus menjadi orang yang tidak terlihat agar bisa bekerja dengan tenang. Aku tidak boleh sampai menarik perhatian orang-orang disekitarku. Benar, aku hanya ingin bekerja, bukan untuk yang lain.
Kutepis keraguan hatiku setiba ditempat kerjaku. Kubangkitkan kembali rasa positif dan melangkah pasti. Ya, aku harus secepatnya menyelesaikan tugas akhirku disini, begitu pikirku.
"Tenanglah Nanda. Semua akan baik-baik saja. Kamu sudah ambil keputusan ini. Kamu pasti bisa!"aku memberikan semangat untuk diriku sendiri.
Aku melangkah dengan mantap menuju kerjaku dan menyerahkan surat pengunduran diri. Masih kuingat dengan jelas ekspresi terkejut dari atasanku yang pemarah namun perhatian. Beliau berusaha membujukku namun sayangnya keputusanku sudah bulat. Aku bisa memahami kenapa atasanku begitu berat melepasku. Aku selalu mendapat predikat Karyawan Rajin selama setahun berturut-turut, yang membuat atasanku bangga karena berhasil mendidik bawahannya dengan baik.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, aku mendapati kenyataan bahwa keputusanku pindah ke Hotel Yuki membawa cerita yang tidak pernah terlintas sama sekali dalam pikiranku. Jangankan terlintas. Memikirkannya saja aku pernah. Tuhan mempertemukanku dengan dia. Dia yang membuat hidupku semakin jungkir balik seolah aku sedang menaiki Roller Coster tanpa jeda hingga aku terjebak tak bisa turun dari permainan ini.
Jika kupikirkan sekali lagi, aku memang bodoh mau saja memakluminya. Sifat tidak enakan inilah yang membuatnya menjadi semakin egois..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments