Akhirnya kami tiba dihotel yang menurutku bangunannya mirip bintang 4. Ia memintaku check in selagi dia memarkir motor besarnya. Dia memberiku sejumlah uang untuk membayar kamar. Sialnya, malam ini kamar twin sudah penuh semua. Pada saat aku terdiam kebingungan, dia menghampiriku.
"Udah belum?"tanyanya
"Gak ada kamar twin. Adanya king size bed,"ungkapku.
Mbak Mbak Receptionist memandang Adnan dengan tatapan genit. Kemudian berganti menatap sinis kepadaku. Aku takut melihatnya, dan juga tidak enak hati. Seolah sadar dengan kelakuan Mbak Receptionist, Adnan merangkulku.
"Masih malu-malu istri saya, Mbak. Baru nikah soalnya. One bed aja. Ini KTP saya,"Adnan seolah hendak menegaskan untuk tidak menggangguku.
Kuperhatikan dia langsung salah tingkah dan segera memproses kamar untuk kami. Setelah membayar dan menyerahkan kunci, kami bergegas menuju kamar. Sesampainya dikamar, benar saja, dia langsung merebahkan badannya dikasur. Matanya sudah sangat sayu karena mengantuk.
"Sorry. Karena saya tahu besok kamu libur. Saya nya juga libur. Tolong bangunin saya menjelang Subuh ya. Kamu tidur aja disini. Gak saya apa-apain kok! Jangan takut,"ucapnya dengan nada sudah mengantuk, sambil menepukkan tangan disebelah kirinya mempersilakan aku tidur.
Aku masih menatapnya penuh keraguan. Seumur hidup belum pernah berduaan dengan laki-laki dalam situasi seperti ini. Terlebih lagi, ini dikamar hotel. Apa yang sudah kulakukan? Jerit hatiku.
"Maaf saya nyuruh kamu meluk. Tapi baru kali ini ada orang yang minta izin ke saya untuk meluk,"dia berkata setengah tertawa.
Aku menatapnya sebal. Memang mengesalkan ini orang. Tak lama ia pun terlelap. Karena dia mengeluarkan suara ngorok, aku yakin dia sudah terlelap. Kuberanikan diri tidur disebelahnya. Aku sendiri juga mengantuk. Kami pun tertidur lelap dimalam sunyi itu.
*****
Aku terbangun saat Subuh seperti biasanya. Kuraih air putih botol diatas meja untuk diminum. Setelahnya, aku melihat jam tangan. Wah, sudah pukul 4:15 pagi. Aku bangkit menuju kamar mandi, cuci muka, gosok gigi dan mengerjakan Subuh.
Selesai Subuh, dia masih saja terlelap. Baru kali ini aku melihat wajah laki-laki yang tidur lelap seperti ini.
' Aku berani sekali ya berduaan dengan laki-laki ditempat begini ' gumamku dalam hati.
Kuberanikan diri untuk membangunkannya.
"Sudah subuh. Gak mau pulang?"
Dia terbangun, menggeliat dan duduk dikasur, mengucek matanya, lalu bertanya jam berapa dan melangkah ke kamar mandi. Aku sendiri juga bersiap-siap untuk pulang karena ingin melanjutkan tidur dikosan.
"Terima kasih udah nemenin saya tidur,"ucapnya dan kusambut dengan anggukan.
"Kamu terbiasa bangun pagi-pagi begini? Kayaknya sebelum waktu Subuh, kamu udah bangun,"sambungnya.
"Kan ibadah,"jawabku singkat.
Aku tidak berani menatap wajahnya. Karena aku merasa dia melihatku sedikit berbeda. Dia mendekatiku dengan perlahan. Meraih tanganku, dan meletakkan didadanya.
"Kamu dengar, kan?"tanyanya.
Aku menjadi canggung dan gugup menyadari detak jantungnya yang berdegup kencang.
"Saya udah gak bisa nyembunyiin perasaan saya lagi. Saya juga gak tahu kenapa hati saya ke kamu. Kamu lihat sendiri gimana kasarnya saya ngomong ke cewek-cewek. Ya gitu saya. Saya susah tertarik sama wanita,"dia menjelaskan panjang lebar.
Aku menunduk. Bingung dan tidak tahu harus bereaksi apa. Tanganku gemetar dan juga agak takut. Aku merasa bingung. Seolah sadat bahwa aku gemetar, dia menggenggam tanganku.
"Apa kamu masih gak tertarik sama saya?"tanyanya lembut.
Aku yang masih menunduk memilih diam. Aku sungguh bingung. Dia mendekatkan wajahnya kepadaku perlahan, mengangkat daguku, membuka bibirku perlahan dengan bibirnya, dan.......dia mulai menciumiku. Aku yang sudah terpaku hanya bisa diam. Sama sekali tidak kubalas ciumannya.
Dia melepaskan kecupannya, dan berbisik ditelingaku.
"Balas dong ciuman saya. Lakukan saja sesuai yang kamu tahu,"pintanya dan menciumku kembali.
Kucoba mencium bibir bawahnya. Wah, tebal ya! Aduh, pikiran konyol apa ini. Dan lagi, ini subuh lho!
Dia langsung menarik tubuhku, memeluk erat dan semakin liar menciumiku. Aku yang tidak bisa berpikir apa-apa lagi hanya bisa mengikutinya sebisaku. Mengapa aku tidak menolaknya sama sekali ya? Mungkinkah sebenarnya aku juga menyukainya tanpa kusadari? Dan lagi, ciumannya terasa lembut. Membuatku melayang-layang.
Dia mulai menjalar menciumi leherku, pipiku, dan menyentuh dadaku. Saat bibirnya masih terpaut dengan bibirku, ia berkata lembut lagi.
"Kenyal. Duuhh..kenyal,"bisiknya perlahan.
"Apanya?"tanyaku yang sudah mulai lemas.
"Ini..yang lagi saya pegangin,"ia memberi isyarat dada, membuatku langsung malu.
"Mau dimasukin gak?"bisiknya lembut.
Dia menatapku lekat dan sangat membara. Terlihat jelas perasaannya meluap-luap kepadaku.
"Saya juga gak tahu kenapa begini. Saya gak bisa kendalikan perasaan saya,"ia melanjutkan menciumku, lalu dalam keadaan bibir yang masih terpaut, ia bertanya lagi padaku.
"Kamu gak mau yah?"
"Mau,"aku akhirnya mengangguk.
Dia melepaskan pakaianku dengan lembut dan hati-hati. Lalu, dia memintaku melepas T-shirt yang ia kenakan sembari ia menurunkan celananya. Ia memandangiku yang sudah tanpa sehelai benangpun dengan sorot mata yang lembut. Ia tersenyum dan berbisik ditelingaku saat jemarinya menyentuh dadaku yang tergantung indah.
"Gede. Bohay. Sexy. Halus. Lembut,"bisiknya berulang kali.
Ia merebahkanku diatas kasur. Aku sendiri juga sudah gila. Aku sampai beranikan mata ini melihat badannya secara keseluruhan. Badan yang putih bersih, bahu yang bidang, wangi badan yang khas, dan otot lengannya terlihat. Sepertinya dia rutin berolahraga.
*****
Ah..ah..ah..
Aku mendesah saat ia menciumi leher, telinga dan menjilat tonjolan mungil didadaku sebelum mengulumnya. Ia juga tak hentinya menciumi bibirku, memanggil namaku dalam tarikan nafas dan desahannya. Setiap kali aku mendesah, aku bisa merasakan nafsunya bertambah kuat dari helaan nafasnya. Debaran jantungnya semakin lama semakin kencang.
Perlahan, ia beralih membuka kakiku dan memasukkan yang ia inginkan kedalam kelopak mawarku. Dengan perlahan, ia berusaha menembusnya selembut mungkin.
Kriet! Bunyi sesuatu yang robek didalam.
"Kamu masih perawan?"tanyanya terkejut dan kembali melepaskannya.
"Iya,"jawabku yang sudah lemas.
"Saya yang pertama buat kamu berarti ya? Maaf...tapi....saya..."ia menunduk dan ragu.
"Ya udah terserah kamu mau lanjut atau gak,"jawabku memegang pipinya.
Ia menatapku, lalu kembali mencoba memasukkannya perlahan-lahan. Lama-lama terasa begitu dalam. Dia mulai bergerak maju mundur dengan nafasnya yang sangat memburu. Setiap desahannya membuat pikiranku semakin melayang.
Aahh..! desahku lumayan keras. Karena aku merasakan itu semakin besar didalam kelopak mawarku.
"Duuhh belum pernah saya merasa sekeras ini. Sampai dalam begini masuk. Uuhh... enak. Enak banget...Aahh..aaahh...,"desah Adnan.
Ia begitu kuat melumatku. Aku sendiri sudah tidak bisa berpikir apa-apa lagi. Kami sama-sama sudah jatuh kedalam lubang hitam. Adnan tiada hentinya menciumiku dan melumat keseluruhan yang pada diriku. Gerakannya semakin cepat dan sungguh perkasa. Aku sudah tidak bisa berpikir apa-apa lagi. Kami berdua melakukan hubungan suami istri diluar ikatan pernikahan.
Lama-lama aku sudah mulai merasa lelah. Sebentar. Dia masih semangat begini? Ini kayaknya udah lama banget lho durasinya! Aduh! Kuat banget...aku sudah capeekk...
"Capek?"tanyanya sambil menautkan bibirnya padaku.
Aku mengangguk.
"Habis enak. Enak banget. Gak mau saya berhenti. Enak. Enak,"dia menciumi bibirku lagi.
Ciuman yang penuh gairah dan sangat bernafsu. Sampai aku merasa sesak dan benar-benar terbuai akan setiap gerakannya.
Akhirnya dia mulai mempercepat gerakannya karena melihatku sudah sangat lemas. Lalu menyemburkannya didalam hingga terasa kehangatannya olehku. Pagi buta itu berakhir dengan rasa lelah yang berbeda.
"Gila. Sejam. Habis enak banget,"ia terkekeh.
"Kamu kuat,"ucapku pelan.
"Kamu juga. Aduh pengen lagi. Mandi aja yuk! Sabunin saya tolong,"pintanya kepadaku.
Ia mengajakku ke kamar mandi bersamanya, dan kami mandi bersama-sama. Kugosok punggungnya dan kumandikan ia sesuai keinginannya. Selama mandi, ia tak hentinya mencolek tubuhku. Sumpah! Ini adalah hal yang sangat gila yang pernah kulakukan dan juga sudah diluar batas. Hal yang bisa disebut sebagai dosa besar.
*****
Selepas mandi, dia membantuku mengeringkan rambut dengan hair dryer. Dia menciumiku lagi dan memintaku istirahat sejenak. Dia beranjak kedepan pintu untuk memasang kartu Do Not Disturb, dan mengajakku tidur sebentar sebelum pulang. Dia memelukku dari depan, membelai rambutku, dan menciumiku lagi.
"Cium terus,"celetukku.
"Kamu beneran bikin saya tergila-gila. Mana kamu wangi, bohay, sexy. Selera saya banget,"ia menggodaku sambil tertawa.
Aku tersipu malu, dan dia kembali menatapku lekat-lekat. Ia mencium bibirku lagi. Lamaaaa sekali. Kemudian ia memelukku erat.
"Ntar pulangnya agak siangan ya,"ujarnya dan kusambut dengan anggukan pelan.
Ia terus memelukku dan menciumi pipiku berkali-kali. Kami berdua tertidur berpelukan dan dalam keadaan lemas dipagi hari itu.
*****
Akhirnya aku sampai didepan kosanku. Sepanjang jalan pulang, kami saling diam. Mungkin karena sudah lelah. Dia memintaku memeluknya dimotor. Kali ini kulakukan karena....yaahhh begitulah.
"Terima kasih sudah membalas perasaan saya,"ucapnya tersenyum.
Seolah sadar aku masih bingung, dia kembali berkata "Saya bersyukur mengenalmu. Dan senang jatuh cinta ke kamu."
Mendengar hal tersebut, aku tidak bisa berkata-kata. Selama 23 tahun, aku tidak pernah pacaran. Apalagi memikirkan laki-laki dalam hidupku. Terus terang aku bingung harus bereaksi bagaimana. Terlebih kami sudah melakukan "itu". Dia mencium tanganku, dan menyentuh rambutku.
"Kalau hari ini ingin pergi keluar, bilang ya. Saya anterin. Saya beneran senang sekaligus lega. Sekarang kamu udah jadi milik saya,"ucapnya tersenyum.
"Kasih lihat saya senyum kamu dong,"pintanya kepadaku.
Kutatap wajahnya, dan baru kusadari selama ini dia tenyata sudah melihatku dengan cara begitu. Pandangan hangat dan terpancar kasih sayang dari sinar matanya. Mengapa aku tidak menyadarinya selama ini ya? Dan untuk pertama kalinya, aku tersenyum kepadanya. Namun dia terdiam kemudian sedikit histeris.
"Ya Allah manis banget. Cantiknya punya saya,"ujarnya terkekeh.
Aku tertawa mendengarnya. Ia membelai rambutku dan curi-curi kesempatan kembali mencium bibirku. Dasar nakal ! Lalu dia pamit pulang dan membunyikan klakson sebelum menghilang dibalik tikungan.
Ya Tuhaaaaann......
Apa yang sudah kulakukan? Perasaanku campur aduk. Memang tidak ada kata-kata pacaran karena kami sudah dewasa. Dalam perasaan kebingungan dan juga takut, aku memilih masuk ke kosan dan tidur. Aarrrgghh...tidak tahu ah! Kuputuskan untuk tidak memikirkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments