NovelToon NovelToon

Istri Rahasia : "Maafkan Aku"

A. Permulaan

Ini adalah kisah lama seorang wanita bernama Nanda, dimana ia pertama kalinya merasakan cinta. Pepatah lama mengatakan jatuh cinta adalah anugerah terindah. Sayangnya hal tersebut tidak berlaku bagi Nanda. Kisah yang begitu rumit seolah naik roller coster yang tak bertepi. Hal yang sempat terlupa dari memori kehidupan Nanda.

Suatu pagi dibulan Juni tahun 2015,

Aku berada disebuah ruangan lumayan sempit berbau aroma sakura, dengan posisi duduk tegap dan memandang lurus kepada orang didepanku.

Beliau lelaki paruh baya yang berbadan tinggi besar, dengan rambut putih sedikit ikal dan berkacamata petak.

"Oke Nanda. Kapan ya bisa mulai bekerja disini?"

"Bulan depan, Takeda san."

"Bisa dalam waktu 2 minggu? Saya butuh cepat ya."

Aku berpikir sejenak, dan menyodorkan kembali lembaran yang sebelumnya sudah ku isi.

"Mohon maaf Takeda san, sebelumnya bagaimanakah dengan ini?"tanyaku hati-hati.

Takeda san meraih kertas tersebut dan menaikkan kacamatanya.

"Oke ya. Saya signed. Bisa kan 2 minggu?"tanyanya kembali.

"Baik. Bisa Takeda san. Terima kasih banyak,"jawabku sambil tersenyum.

"Selamat bergabung di Hotel Yuki ya,"Beliau mengulurkan tangannya dan dengan sigap kusambut sambil tersenyum.

Takeda san mengantarku ke ruangan HRD bersama Assistantnya, Pak Irwan. Beliau bertubuh pendek, sedikit gempal, hidung mancung dengan rambut kelimis. Aku mengikuti mereka berdua menuruni tangga sempit yang berada dibelakang ruangan Beliau. Langkahnya terlihat terburu-buru.

*****

Akhirnya kami sampai di Office yang berada di Basement Hotel Yuki. Beliau membuka pintu abu-abu tua dan seketika semua dalam ruangan berdiri dan memberi salam membungkuk selayaknya tradisi orang Jepang.

"Fadlan, perkenalkan ini Nanda. Dia GRO baru yang mulai bergabung 2 minggu lagi. Tolong persiapkan seragam dan kebutuhan lainnya. Ok ya?"

"Baik Takeda san,"jawab Pak Fadlan.

"Dia cantik bukan? Ah tidak. Dia Kawaii (1),"ujar Takeda san tiba-tiba, membuat seisi ruangan itu tersenyum. Aku yang mendengarnya menunduk karena malu.

"Ya. Takeda san benar,"jawab orang yang dipanggil Fadlan itu mengangguk.

"Oke saya tinggal ya. Irwan, atur sisanya. Sampai bertemu 2 minggu lagi Nina,"Takeda san menepuk bahuku dan meninggalkan ruangan tersebut.

"Fadlan, dia ini direkrut langsung. Sesuai yang saya sampaikan kemarin. Ini semua CV dan kelengkapan lainnya. Tolong dijalankan saja tanpa ada pertanyaan lebih lanjut. Jelas?"tegas Pak Irwan sembari menyerahkan dokumenku.

Pak Fadlan meraih dokumen tersebut, membuka dan membacanya cepat. Tiba-tiba ia langsung mengernyitkan dahi. Matanya sedikit melotot. Ya, tentu saja dia akan bereaksi demikian. Gaji yang kutuliskan setara dengan gaji level Manager untuk ukuran Hotel Independent. Wajar saja jika dia sangat kaget. Untung saja biji matanya tidak loncat.

"Ada pertanyaan?"Pak Irwan secara halus seperti ingin menggodanya karena ekspresinya yang tidak bisa disembunyikan begitu melihat angka gajiku.

"Tidak, Pak. Sudah cukup,"jawab Pak Fadlan.

"Oke! Beres!"Pak Irwan menepuk pelan bahu Pak Fadlan.

"Nanda, setelah semua disini selesai, kamu boleh pulang. Terima kasih sudah datang kesini,"sambung Pak Irwan sembari tersenyum.

"Baik, Pak. Terima kasih."

"Sampai bertemu dan selamat bergabung,"ucapnya sambil mengulurkan tangan kepadaku.

Aku menyambut tangan Pak Irwan dengan tersenyum dan bahasa isyarat tubuh bahwa aku sangat berterima kasih disambut dengan baik oleh Pak Irwan. Setelahnya, Beliau kembali keatas dan aku mengikuti Pak Fadlan untuk pembuatan Finger Print.

Pak Fadlan ini bertubuh sedikit pendek, kurus dan berambut ikal. Kulitnya sawo matang. Dari wajahnya terlihat seperti orang mengantuk. Tidak ada percakapan selama proses registrasi untuk karyawan baru. Setelah semua selesai, aku pun bergegas pulang. Sebuah perjalanan singkat untuk sebuah interview. Dipanggil dan diterima diwaktu yang bersamaan.

*****

Sepanjang jalan pulang menuju halte, aku beberapa kali memandang hotel tersebut. Apakah aku sudah membuat keputusan yang benar bergabung disini? Aku mengenal Takeda san setahun yang lalu secara tidak sengaja. Berawal dari Money Changer dimana Beliau sangat butuh uang yen karena harus pulang ke Jepang untuk keperluan mendesak, akan tetapi stock sudah habis.

Saat itu sudah malam dan pesawat Beliau esok hari jam 6 pagi dimana Money Changer Airport kadang belum buka. Aku yang tadinya ingin pergi berlibur sendirian, menyerahkan uang yenku sejumlah 150,000 kepadanya. Masih teringat jelas olehku wajah bahagianya dan berulang kali membungkuk berterima kasih. Darisana lah Beliau pada akhirnya mengundangku bekerja di Hotel Yuki sebagai GRO.

Lamunanku buyar dengan kedatangan angkot yang kutunggu-tunggu. Aku bergegas naik karena harus berangkat kerja dan mempersiapkan untuk resignationku nanti. Suasana dihari itu seperti mendung, tapi tiada gemuruh. Langit yang teduh dan gerakan angin perlahan menambah suasana yang seolah ingin tidur. Pandangan mataku masih tak lepas dari Hotel Yuki. Sebenarnya, aku tidak enak hati menolak tawaran Takeda san. Oleh sebab itu, aku bersedia bekerja ditempat dimana Beliau adalah General Manager Hotel Yuki. Kuyakinkan diriku sekali lagi, bahwa aku harus bersemangat. Semoga keraguanku bukanlah firasat buruk.

*****

Sebetulnya tempat bekerjaku sekarang adalah cukup menyenangkan. Saling menghormati, tahu batasan dan tidak pernah mengurusi kehidupan oranglain. Aku lebih memilih lingkungan cuek karena aku senang sendirian.

Sepanjang perjalanan ketempat kerjaku sekarang, aku terus berdo'a agar pilihanku tidak salah karena merasa tidak enak hati kepada Tanaka san. Dan juga agar aku luput dari perhatian karyawan lainnya. Bisa dibilang, keraguanku ini muncul karena aku sering jadi bahan perundungan para wanita. Menjadi pendiam bagiku tidaklah cukup dizaman sekarang ini. Aku harus menjadi orang yang tidak terlihat agar bisa bekerja dengan tenang. Aku tidak boleh sampai menarik perhatian orang-orang disekitarku. Benar, aku hanya ingin bekerja, bukan untuk yang lain.

Kutepis keraguan hatiku setiba ditempat kerjaku. Kubangkitkan kembali rasa positif dan melangkah pasti. Ya, aku harus secepatnya menyelesaikan tugas akhirku disini, begitu pikirku.

"Tenanglah Nanda. Semua akan baik-baik saja. Kamu sudah ambil keputusan ini. Kamu pasti bisa!"aku memberikan semangat untuk diriku sendiri.

Aku melangkah dengan mantap menuju kerjaku dan menyerahkan surat pengunduran diri. Masih kuingat dengan jelas ekspresi terkejut dari atasanku yang pemarah namun perhatian. Beliau berusaha membujukku namun sayangnya keputusanku sudah bulat. Aku bisa memahami kenapa atasanku begitu berat melepasku. Aku selalu mendapat predikat Karyawan Rajin selama setahun berturut-turut, yang membuat atasanku bangga karena berhasil mendidik bawahannya dengan baik.

Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, aku mendapati kenyataan bahwa keputusanku pindah ke Hotel Yuki membawa cerita yang tidak pernah terlintas sama sekali dalam pikiranku. Jangankan terlintas. Memikirkannya saja aku pernah. Tuhan mempertemukanku dengan dia. Dia yang membuat hidupku semakin jungkir balik seolah aku sedang menaiki Roller Coster tanpa jeda hingga aku terjebak tak bisa turun dari permainan ini.

Jika kupikirkan sekali lagi, aku memang bodoh mau saja memakluminya. Sifat tidak enakan inilah yang membuatnya menjadi semakin egois..

B. Pertemuan

Aku menelusuri jalan setapak menuju jalan besar untuk menunggu angkot. Hari ini, Rabu, akhir Juni, adalah hari pertama aku mulai bekerja di Hotel Yuki. Suasana pagi masih sedikit gelap. Aku memutuskan berangkat selepas subuh. Selain itu, jarak kosan ku dengan Hotel Yuki cukup jauh. Sembari menyisir jalanan yang masih sepi, aku kembali memikirkan apakah aku sudah mengambil keputusan yang tepat bergabung dihotel ini untuk membantu Takeda san.

Susunan pikiranku diruntuhkan oleh suara klakson angkot didepan yang siap menungguku. Aku bergegas menaiki angkot tersebut agar bisa melanjutkan lamunanku sepanjang perjalanan.

Sesampainya di Hotel Yuki, aku segera bersiap untuk mulai beradaptasi dan bekerja. Baru selesai grooming, terdengar ketukan pelan didepan pintu Female Locker Room.

"Nanda sudah selesai?"

Aku membuka pintu dan Pak Fadlan sudah berdiri sembari memegang kantong kertas berukuran medium.

"Selamat sudah mulai bekerja. Tadinya mau santai diruangan tapi saya lihat kamu sudah datang. Ini semua kebutuhan kamu, dari name tag, kunci locker, dan seragam,"ucapnya seraya menyodorkan kantong kertas coklat tersebut kepadaku.

Kuambil kantong tersebut sambil tersenyum.

"Terima kasih, Pak. Ngomong-ngomong Bapak datangnya pagi juga ya."

"Kosan saya dekat sini. Capek habis olahraga sekalian mau istirahat. Eh lihat kamu. Sudah semangat ya untuk kerja?"

"Haha, iya nih Pak, supaya bisa belajar yang lain dulu sebelum pelajari system. Mohon maaf Pak, saya permisi mau mulai bekerja,"jawabku ke Pak Fadlan dan memberi isyarat untuk meninggalkannya.

Aku mencari no loker ku, membersihkannya dan menyimpan semua barang-barangku. Kira-kira pukul 6:45 pagi, aku meninggalkan Locker Room dan menuju ke Front Office Dept untuk bekerja.

"Oh kamu ya GRO baru. Selamat bergabung,"sambut lelaki bertubuh sedikit gempal dan cukup tinggi. Dia berkulit sawo matang dan berambut lurus.

"Saya Nanda, Pak. Terima kasih sebelumnya,"jawabku sambil mengangguk.

"Ini Messy yang akan mengajarimu tentang Front Office dan lainnya. Messy Supervisor disini. Saya Bayu, Assistant Pak Irwan, Front Office Manager yang kemarin antar kamu ke HRD."

Pak Bayu dan Messy mengulurkan tangannya, lalu kusambut sambil tersenyum.

"Nanda, berapa umurmu?"tanya Messy.

"23 tahun"

"Panggil saja saya Kak Messy. Saya jauh diatasmu. Sudah nikah?"

"Belum"

"Wah ada jomblo baru lagi, Pak. Eh betewe, kamu keliatan kalem amat sih!"cerocos Kak Messy disambut tawa yang lainnya.

Kemudian aku mulai diperkenalkan satu per satu diruangan tersebut. Ada Mba Ning sebagai Reservation, dan Trihas sebagai Operator.

"Nanda, kok bisa lo kalem amat jadi orang? Mana suaranya halus, ngomong lemah lembut, bahasa dan sikapnya sopan. Beda sama kita-kita yang begadulan,"ujar Mba Ning terkekeh.

"Jangan racuni anak baik ini, Ning!"timpal Pak Bayu.

"Kak Nanda wangi banget. Pakai parfum apa sih? Enak wanginya,"celetuk Trihas.

"Kepo amat lu. Udah, mau ajarin Nanda dulu didepan. Kerja kerja,"potong Kak Messy dan disoraki yang lainnya.

*****

Aku mengikuti Kak Messy Hotel Tour seperti showing room, meeting room, ballroom, pool, bar, dan karaoke. Kak Messy berkulit putih, bermata sedikit sipit (sudah kelihatan keturunan chinese), perawakan sedang dan lebih pendek dariku. Gaya bicaranya sedikit emosional, lugas, dengan tempo yang cepat, menandakan dia cukup galak dan tidak sabaran (hahaha).

Hotel Tour kami terhenti didepan Front Office Counter tempat aku nantinya stand by melayani kebutuhan tamu.

"Sudah pernah pakai system Powel Bro?"

Aku menggeleng, lalu Kak Messy mulai mengajari dengan semangat segala aturan system, mulai dari check in, check out dan billing.

Melihat dia sedari awal semangat, aku tidak bisa bilang kalau aku menguasai beberapa system hotel.

"Saya senang sama kamu. Kesan saya bagus ke kamu. Benar kata Ning. Kamu orangnya sopan. Tidak ada satupun kamu menyela ucapan saya. Bantu-bantu juga Front Office Attendant ya. Ajari juga mereka yang masih muda nantinya handle tamu bagaimana. Kamu juga tahu kan ini dibuat mirip hotel budget walauphn bintang 4. Ok, bisa kan ya?"

Hah?? Bagaimana bisa seorang Supervisor melemparkan tanggung jawabnya padaku? ucapku dalam hati.

Aku memilih tersenyum dan mengangguk. Kak Messy pun juga mengatakan nanti ada perubahan schedule karena aku sudah bergabung. Lalu dia meninggalkanku sendirian untuk melayani tamu yang akan check out hari ini sebanyak 45 kamar. Aku sungguh terheran-heran dengan gaya kepemimpinannya. Sungguh koboi sekali. Ya sudahlah, aku yang terbiasa bekerja sendiri mulai melaksanakan tugasku. Dan aku sama sekali tidak menyadari bahwa ada yang memperhatikanku dari kejauhan.

Aku yang sudah larut dalam pekerjaanku mulai sadar kehadiran orang tersebut ketika dia menghampiriku yang sedang menyusun lembaran kelengkapan invoice untuk diserahkan ke Night Audit.

"Hai, baru ya? Kamu Nanda kan?"sapanya ramah.

"Iya,"jawabku pendek tanpa menoleh sedikitpun padanya.

"Belum dikasih seragam? Masih pakai hitam putih?"

"Baru tadi. Dicuci dulu baru dipakai."

"Kamu sebelumnya Sales Executive ya? Kok mau downgrade?"

"Mencari hari libur yang banyak,"jawabku lagi dengan tetap fokus menyusun lembaran didepanku.

"Pak Irwan itu deket sama saya. Dia cerita semua tentang kamu. Jangan sampai tahu anak-anak disini kalau gaji kamu gede, bahkan diatas Pak Bayu,"cerocosnya.

Aku tersentak dan berhenti sejenak.

Hah? Bagaimana bisa hal confidential disharing sembarangan sama Pak Irwan? Ah, mungkin anak kesayangan kali.

"Oh iya. Saya berhati-hati. Makasih saran dan nasehatnya Mas,"jawabku dengan masih tidak menoleh kepadanya.

"Salam kenal Nanda,"dia mengulurkan tangannya.

Kusambut dan mengangguk, tanpa sedikitpun melihat wajahnya. Entah mengapa, situasinya seolah mendukung dia untuk terus mengajakku bicara. Saat hendak melepaskan tanganku, ia menahannya.

"Masa ada orang kenalan gak lihat mukanya?"kejarnya lagi.

Dengan terpaksa aku melihat wajahnya dan memaksakan senyum.

"Maaf, mau lanjut kerja,"ujarku pelan.

Akhirnya dia melepaskan tanganku. Sambil terus menyusun lembaran didepanku, ia kembali mengajakku bicara.

"Kosan kamu dimana?"

"Arah Lembah Adek"

"Searah dong! Saya juga lewat situ,"serunya semangat.

Aku tidak menghiraukannya. Sebetulnya aku kurang begitu suka didekati lelaki. Bagiku mereka mengganggu saja. Ketika aku menengok ke kanan, ternyata dia masih berdiri menatapku.

Kuberanikan diri melihat dia keseluruhan. Berperawakan sedang, dada bidang, kulit putih bersih, rambut hitam tebal, dan wajahnya lumayan.

Aku berjalan meninggalkannya, dan mengambil clear folder dan memasukkan lembaran check out yang sudah kususun rapi. Pada saat hendak memasukkannya kedalam laci kabinet, tiba-tiba ia bergegas menghampiriku dan berbisik.

"Kalau mau, pulang bareng aja. Ntar saya anterin. Bilang ya. Gak usah malu. Aman sama saya."

Karena sudah mulai risih, aku hanya menjawab cepat "Oh iya" agar dia kembali ke tempatnya.

Dari pakaiannya, dia satu departemen denganku (Bell Boy). Lalu aku tersadar bahwa aku tidak tahu namanya. Sudahlah, untuk apa juga tahu. Pikirku saat itu.

*****

Drama cowok itu menghampiriku diam-diam terus berlanjut mengisi hari-hari bekerjaku. Sialnya scheduleku bekerja selalu bersama dengannya selama sebulan. Baik shift pagi ataupun shift sore. Kalau sudah shift sore, dia selalu menawariku pulang bersamanya daripada naik mobil hotel.

Dan anehnya, dia mendekatiku ketika tidak ada orang (aku sedang sendirian didepan). Pada akhirnya aku memutuskan untuk mengerjainya supaya dia berhenti mengajakku bicara.

Aku hanya tidak ingin dia tahu bahwa sebetulnya aku tidak pandai mengobrol, dan orang yang membosankan. Ide konyol ini terlintas setelah aku membaca artikel di internet tentang mengatasi rasa gugup dan canggung. Yes! Aku harus coba jalankan rencanaku.

Ya, aku sudah putuskan, kalau dia menawariku lagi untuk pulang bersamanya, harus aku kerjai supaya dia kapok.

Rasain

Langit masih agak gelap. Ya tentu saja, karena aku berangkat kerja jam 5:30 pagi. Aku berjalan pelan menikmati kesunyian sebelum menemukan hiruk pikuk suara bising kendaraan. Pikiranku tiba-tiba dimasuki oleh bayangan cowok yang selalu menggangguku ditempat kerja. Ah, benar juga. Aku harus mengerjainya. Bagaimana ya caranya? Aku terus sibuk berpikir hingga tak terasa sudah naik angkot dan sudah sampai ditempat aku biasa turun.

Di Lobby....

"Selamat pagi. Kami terus terang senang kalau kamu yang shift pagi,"sapa Mas Angga sembari curhat tipis.

Aku terkekeh seperti biasa dan membaca log book. Ah, aku lupa memperkenalkan.

Front Office Department di Hotel Fuyumi ini terdiri dari 1 Front Office Attendant (FDA), 4 Bell Boy, 2 Reservation Staff, 2 Operator Staff, 1 Night Audit, 2 GRO (Guest Relation Officer), 2 Supervisor, 2 Duty Manager, 1 Asst Front Office Manager (ASFOM), dan terakhir adalah 1 Front Office Manager.

Sungguh sangat tidak efektif jika ingin disebut sebagai Hotel Budget System. Dan sebagian besar dari mereka kerjanya hanya menggosip, ngemil, nonton youtube, tidur, dan mengeluh. Aku merasa seperti masuk Paud, dengan beragam peristiwa menakjubkan. Hahaha, sangat lucu dan juga menarik.

"Sejak hotel ini berdiri 2 tahun yang lalu, ini pertama kalinya kami bertemu partner yang datang 30 menit sebelum jam kerja. Kamu shift 2 pun, semua sudah disusun rapi untuk daftar check out besoknya. Pekerjaan kami terbantu,"cerocos Mas Angga.

"Sudah Mas, malu dengernya. Mas Angga kebelakang saja nunggu jam pulang. Saya ambil alih disini. Terima kasih hari ini,"ujarku sambil mempersilakan dia istirahat sejenak sebelum pulang.

Mas Angga melambai-lambaikan tangannya sebelum menutup pintu belakang Front Office Counter. Syukurlah aku bisa membantu meringankan pekerjaannya.

Kemudian datang satu per satu Bell Boy, FDA Zeyna, Pak Bayu ASFOM dan terakhir Kak Messy. Mereka menyapaku sebentar dan aku tetap fokus mengerjakan pekerjaanku. Hari ini jumlah kamar yang akan check out ada 60. Melihat antrian yang panjang, aku harus bergerak cepat.

Saking asyiknya aku bekerja, aku tidak menyadari bahwa aku bekerja sendirian dan partnerku Zeyna sudah menghilang entah kemana.

"Hai, ryosusho desu. Domo arigatou gozaimasu,"(1)

Aku menyerahkan invoice yang sudah dimasukkan kedalam amplop kepada Ichikawa san, tamu terakhir yang ada diantrian.

"Arigatou gozaimasu. Onamae wa?"(2)

"Nanda desu."(3)

"Nanda san, tsugoi ne. Hitoride dake. Soshite fasuto supedo (fast speed). Hayai!"(4) Ichikawa san memujiku dan memberikanku selembar uang 10,000 yen.

Aku merasa tidak enak hati mengambilnya. Berkali-kali aku tersenyum salah tingkah.

Tiba-tiba.........set!! Si cowok tukang ajak pulang bareng mengambil uang tersebut dan menyerahkannya padaku.

"Thank you. She is very good. She just shy,"ucap si cowok itu dan tertawa.

Aku menatapnya sebal tapi berhubung masih ada tamu, kupaksakan bibirku menarik senyum.

Setelah Ichikawa san melambaikan tangan dan si cowok itu membukakan pintu serta mengantarnya masuk kedalam mobil, aku memilih menunduk merapikan lembaran invoice untuk diserahkan ke Night Audit.

"Jangan malu-malu. Ambil aja. Selama saya kerja disini, kamu orang pertama yang saya lihat dikasih tip. Lainnya mana ada gituh,"ujarnya dengan nada setengah Betawi setengah Sunda. Terkadang aku sangat ingin tertawa dengan nada dan gaya bicaranya.

Aku merespon dengan mengangguk, dan seperti biasa tanpa menoleh sedikitpun kepadanya.

"Mau bareng gak?"kejarnya lagi.

"Bareng? Pulang bareng?"

"Iya atuh."

"Kan memang shift nya sama. Jam selesai kerja pasti bareng alias sama,"jawabku sekenanya.

"Maksudnya saya ingin pulang bareng kamu. Eh, menawarkan."

Aku diam berpikir sejenak. Ah kesempatan. Kerjain aahh....

"Oh, boleh saja kalau gak repot,"aku menatapnya.

Aku terkejut dengan ekspresinya. Karena dia berkulit putih, terlihat dengan jelas rona wajahnya bahagia. Masa sih? Ah entahlah...pikiranku hampir saja dikuasai oleh hal sepele begini.

"Ntar duduk aja tempat smoking area ya. Tunggu saya disitu ya. Sepi kalau jam 4 sore. Gak ada yang merokok. Naik motor dari sana. Parkiran agak sempit. Kasian kamu,"jelasnya panjang lebar.

Sungguh sangat terlihat jelas bahwa dia senang aku menyambut ajakannya. Tapi kutepis semua itu dengan pikiran bahwa aku ingin mengerjainya supaya dia berhenti mengajakku bicara. Pintu belakang Front Desk Counter terbuka. Dia buru-buru menjauhiku dan kembali berjaga didepan pintu masuk. Seolah tidak ingin terlihat bahwa dia bicara denganku. Dari awal aku bekerja disini, aku memang terheran-heran dengan reaksinya yang seperti itu.

*****

Langkah suara tergesa menghampiriku. Ini sudah pasti Kak Messy.

"Nanda udah beres semua? Aman?"

Benar kan Kak Messy. Wah kemana saja? Baru tanya sekarang....

"Sudah semua. Tinggal disusun rapi saja."

"Mantap! Tolong preparation kelengkapan mau check in ya!"sambungnya santai dan kembali keruangan belakang.

Astagaaa...Supervisor yang santai sekali. Daripada aku berpikiran negative, aku memilih bekerja saja. Toh aku sudah terbiasa sendiri. Mau kerja atau tidak orang-orang disini, bukan urusanku.

Waktu yang cepat berlalu dihari itu, sudah menunjukkan pukul 3 sore. Aku memandangi semua hasil pekerjaanku dengan perasaan lega. Syukurlah sudah rapi semua. Ketika hendak kumasukkan dalam kabinet check in list, Zeyna menepuk bahuku.

"Kak Nanda sorry, aku lagi dapet. Jadi lemes gak terlalu bantuin,"ucapnya.

Aduuhhh.....aku sungguh lupa bahwa aku shift pagi bersama anak ini. Kemana saja kamu???

Sekarang aku mengerti kenapa Pak Irwan menunjukkan reaksi begitu senang aku bergabung di Hotel Yuki. Cara kerja Front Office nya mirip koboi. Sesuka hati dan berdasarkan mood. Hahaha, aku bisa bayangkan bagaimana pusingnya Pak Irwan.

"Oh gak apa-apa Zeyna. Udah mendingan?"jawabku singkat dan melemparkan sedikit berbasa-basi

"Udah. Karena mau pulang (tertawa). Kak Nina stand-by ya. Aku aja yang briefing overhandle. Tinggal bacain aja kan yang tertulis di Log Book?"

Kuamati raut wajahnya. Waahh...sekali tidak merasa bersalah rupanya. Dan dia tidak malu sudah membiarkanku bekerja sendirian. Aaahh...sudahlah!

"Iya terserah kamu."

"Makasiihh, Kak Nanda the best !!" dia terlihat sangat senang.

Zeyna berjalan menghampiri si cowok yang selalu menggangguku itu. Iseng-iseng kuperhatikan mereka. Waahh, centil sekali Zeyna. 100% tertulis jelas diwajahnya bahwa dia naksir cowok itu. Si cowok terlihat risih dan segera menjaga jarak. Namun ia terkesan masih bersikap santai. Entah suka juga atau memang dia gatal minta digaruk. Hihihi....aku tertawa pelan agar mereka tidak menyadari tawaku.

Waktu bergulir dengan cepat hingga aku sudah selesai ganti pakaian di locker dan bersiap pulang. Tibalah saatnya! Aku membuka pintu loker pelan-pelan dan celingak-celinguk menoleh kanan kiri. Male Locker Room tepat disamping Female Locker Room. Biasanya sore hari, mereka hampir tidak pernah tutup pintu. Suaranya terdengar jelas karena yaahh...dia memiliki suara yang keras dan besar. Kelihatan saja dari setiap dia berbicara bersama teman-teman yang lain.

Tunggu dulu! Ketika bersamaku, dia merendahkan nada suaranya seolah ingin terkesan pelan dan lembut. Masa siiihh? Ah nanti dulu saja. Ini dulu deh!

Aku berjinjit keluar dan menutup pintu locker dengan sangat perlahan. Kuambil langkah seribu dan buru-buru melesat pergi ketempat pemberhentian angkot. Sesekali aku menengok kebelakang takut ia sudah berdiri diluar.

Yes!!! Berhasil.

Kutinggalkan dia. Rasakan kamu. Mudah-mudahan kamu kapok, dan berhenti menggangguku lagi ! Aku dengan suasana hati yang bersemangat melangkah, menaiki angkot dan membayangkan istirahat dikosan sambil membaca novel. Kira-kira dia marah tidak yaaaa sudah kukerjai begitu? Ah, nanti saja dipikirkan kalau hal tersebut terjadi.

Ku tepis pemikiranku dengan tekad yang membara. Besok ya urusan besok. Kuharap dia berhenti mengajakku pulang bareng, atau menghampiriku dan lain sebagainya.

Sayangnya, semua rencanaku sia-sia. Hasil yang kubayangkan diluar khayalanku semua. Tuhan merencanakan hal lain yang sama sekali tidak kusangka.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!