Begitu tiba di kawasan rumah, Langit mengernyitkan keningnya melihat suasana yang sangat gelap. Perasaan pria itu semakin tidak nyaman, begitu menyadari kalau di rumahnya, listrik sedang padam.
Pria itupun mempercepat laju mobilnya, karena perasaannya sudah tidak tenang sekarang.
Setelah tiba di depan rumahnya, Langit langsung berlari masuk ke dalam.
"Haish, gelap sekali? Kemana dia? Kenapa dia tidak menghidupkan lilin?" Langit mulai menggerutu.
"Ah, Shi*t. Di rumah ini kan belum ada stok lilin. Aku kenapa bisa lupa sih?" umpat Langit.
Dengan bantuan cahaya dari handphonenya, Langit kemudian menaiki undakan tangga menuju kamarnya.
Langit membuka pintu kamar dengan sangat pelan dan melihat suasana kamar yang sangat gelap.
"Qirani, di mana kamu?" Langit mencoba memanggil nama Qirani, namun tidak ada jawaban sama sekali
Ia pun melangkah masuk dan menuju ranjang. Saat menuju ranjang, Langit terjengkit kaget karena kakinya seperti menyentuh sesuatu.
"Apa itu tadi? Sepertinya aku menendang kaki." Langit bergumam dengan alis berkerut.
Dengan melawan rasa takut, Langit mencoba mengarahkan cahaya handphonenya ke bawah kakinya, untuk melihat dan mengetahui benda apa yang tadi tersentuh oleh kakinya.
"Astaga, apa itu?" Langit kembali terjengkit kaget. Bagaimana tidak, ketika pria itu hendak mengarah handphonenya listrik tiba-tiba hidup.
Mata Langit membesar sempurna begitu yakin melihat ada sepasang kaki dengan tubuh yang berada di bawah kasur.
"Qirani!" pekik Langit, sontak berjongkok dan menarik tubuh istrinya itu keluar dari bawah kasur. Sepertinya wanita itu benar-benar ketakutan sehingga tidak sadar sampai merangkak masuk ke bawah ranjang.
"Rani, bangun! Hei, bangun!" Langit berkali-kali menepuk-nepuk pipi Qirani, berharap wanita itu akan bangun. Namun, wanita itu tidak mau membuka matanya. Sepertinya saking takutnya, Qirani sembunyi ke bawah ranjang dan pingsan.
Langit tidak ingin membuang waktu lagi. Dia langsung mengangkat tubuh kecil istrinya itu dan membawanya keluar untuk dibawanya ke rumah sakit.
"Dasar wanita lemah, benar-benar menyusahkan!" Langit menggerutu, mengumpat ketika memasukan tubuh Qirani ke dalam mobil.
Di tengah perjalanan, tiba-tiba terdengar suara lenguhan dari bibir Qirani. Sepertinya wanita itu akan siuman.
"A-aku di mana? Kenapa aku ada di dalam mobil?" benar saja, wanita yang memiliki mata hitam kecoklatan itu, membuka matanya dan bingung kenapa dia bisa ada di dalam mobil.
Qirani menoleh ke sampingnya dan melihat Langit yang fokus melihat jalanan di depan, tidak menjawab apa yang ditanyakan oleh Qirani barusan.
"Kak, aku kenapa? Kakak mau bawa aku kemana?" tanya Qirani beruntun.
"Kamu pingsan, dan aku mau bawa kamu ke rumah sakit," jawab Langit tanpa menoleh ke arah Qirani.
Qirani terdiam untuk beberapa saat, mencoba mengingat apa yang terjadi. Bayangan dirinya yang ketakutan saat petir ditambah dengan listrik yang mati, langsung berkelebat di kepalanya. Wanita itu pun langsung paham dengan apa yang baru saja menimpanya.
"Ternyata Kak Langit khawatir padaku makanya dia pulang. Aku kira dia tidak akan peduli. Sekarang dia bahkan akan membawaku ke rumah sakit saking khawatirnya. Ternyata dia peduli padaku," batin Qirani, tersenyum bahagia.
"Kak Langit, terima kasih sudah khawatir sampai membawaku ke rumah sakit. Maaf, sudah merepotkanmu," ucap Qirani, memasang wajah tidak enak pada Langit.
"Kamu memang menyusahkan dan lemah. Tidak seperti Kaluna," umpat Langit, dengan nada dan raut wajah dingin.
Senyum di bibir Qirani langsung menyurut mendengar Langit yang kembali membandingkannya dengan Kaluna almarhumah kakaknya.
"Maaf, Kak. Tapi, aku memang takut pada petir dan kegelapan," ucap Qirani lirih.
"Apa sih kelebihan kamu selain selalu merepotkan orang? Sama petir aja kamu takut. Kamu benar-benar lemah!" ucap Langit ketus, lagi-lagi tidak peduli dengan ucapannya yang pasti menyakiti hati wanita yang sudah menjadi istrinya itu.
"Kak, sekarang kit mau kemana? Sebaiknya kita pulang saja, tidak perlu ke rumah sakit lagi. Aku sudah baik-baik saja," Qirani yang tidak ingin berdebat, akhirnya memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan.
"Enak saja. Kita harus tetap ke rumah sakit. Aku ingin memastikan kalau jantung itu baik-baik saja. Aku tidak ingin jantung itu jadi bermasalah karena ketakutanmu yang tidak masuk akal itu," lagi-lagi Langit berbicara dengan nada dingin dan menyakitkan hati.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Bagaimana, Dok kondisinya?" tanya Langit begitu dokter selesai melakukan pemeriksaan.
"Tidak ada masalah sama sekali. Semuanya baik-baik saja. Tensi normal, dan detak jantung juga bagus. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan Pak Langit," terang dokter itu dengan bibir yang tersenyum.
"Apa anda yakin, Dok? Hanya dengan cara periksa seperti itu, aku benar-benar tidak yakin. Aku mau pemeriksaan jantungnya dilakukan dengan benar seperti CT scan, MRI jantung, pokoknya yang hasilnya akurat," desak Langit.
"Maaf, Pak. Aku tidak punya kapasitas untuk itu karena aku dokter umum. Sementara dokter spesialis jantung, adanya besok karena ini sudah malam. Tapi, walaupun aku dokter umum, aku bisa pastikan kalau jantung istri anda benar-benar baik-baik saja," ucap dokter itu meyakinkan.
"Argh, aku tidak peduli! Pokoknya sekarang juga kamu hubungi dokter spesialis jantung. Kalau tidak aku tidak akan segan menghancurkan rumah sakit ini. Yang aku inginkan sekarang, aku hanya ingin memastikan jantung yang ada di tubuh istriku baik-baik saja. Cepat!" titah Langit dengan suara meninggi.
Sementara di lain sisi, tepatnya di atas ranjang, Qirani kembali meneteskan air mata. Hatinya benar-benar sakit melihat yang dipedulikan pria yang katanya suaminya itu hanya mengkhawatirkan kondisi jantung yang ada di tubuhnya.
"Kak, suami seperti apa yang kamu kirimkan padaku? Dia hanya mencintai Jantung ini Kak. Kalau boleh, tolong ambil kembali jantung ini," bisik Qirani pada dirinya sendiri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Langit menutup pintu mobilnya dan langsung berjalan masuk ke rumah, meninggalkan Wira di belakangnya.
Ya, akhirnya dokter spesialis jantung terpaksa datang dan melakukan pemeriksaan seperti yang diinginkan oleh Langit, dan hasilnya membuktikan semuanya baik-baik saja.
"Kenapa kamu berjalan sangat lambat. Cepat masuk dan langsung tidur!" ucap Langit yang kini sudah berdiri di ambang pintu dan menunggu Qirani masuk.
"Cepat tidur sana!" titah Langit lagi begitu kaki Qirani sudah menapak di dalam rumah.
"Baik, Kak. Tapi, apa Kakak tidak ikut masuk ke kamar? Kakak tidak mau tidur?" tanya Qirani sembari menggigit bibirnya.
"Aku akan tidur nanti. Tapi aku tidur di kamar lain,"
"Kamar lain? tapi kenapa, Kak? Bukannya seharusnya kita tidur di dalam kamar yang sama?" tanya Qirani menahan sesak di dadanya.
"Aku mau tidur di kamar lain, itu hakku. Kamu memang istriku tapi maaf, aku tidak akan melakukan apa yang biasanya dilakukan suami istri. Sekarang kamu pergi tidur dan jangan banyak tanya!" Langit berjalan menuju dapur meninggalkan Qirani yang kembali menangis.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Patrish
readers..... ada pemukul baseball?? pengen mukul kepal Langit... 😠😠😠😠
2023-11-26
1
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
kuat banget kamu ran hidup sama cowok kek langit yang masih belum bisa lepas dari kaluna. kalau aku mending pulang lah ke rumah sendiri 🤭
2023-11-19
12
sri hasan basri, S.Pd.
aku heran kok rani g ngerti2 ya kalau langit g cinta sama dia, ini qiraninya dungu, naif atau begok, g mesti berulangkali buat paham jika suaminya g suka dg dia apalgi cinta, tpi tetap dipertanyakan, rani, lama2 yg bikin jengkel bukan langit, tpi dirimu yg begoknya g bagi2 buat org lain. jdi perempuan itu mesti tegas juga mandiri, dia g cinta ya udah, utk apa msh mencoba menggantungkan diri, toh slama ini berhubungan juga enggak. karakter qirani kurang menarik buat dikasih simpati.
2023-10-31
3