Lelucon apa yang Mama katakan? Qirani sakit jantung?" Kaluna mendengkus seraya tersenyum sinis. "Aku tidak percaya!" imbuhnya.
"Mama tidak sedang bercanda, Nak. Qirani memang punya penyakit jantung bawaan tipe non sianotik sejak lahir. Tipe yang tidak menunjukkan gejala apapun, hingga membuat kita tidak tahu. Kita tahu setelah dia berusia 4 tahun dan kamu saat itu masih 6 tahun." Soraya berhenti sesaat untuk mengurangi rasa sesak di dadanya. Bayangan saat pertama kali tahu kondisi putri keduanya kembali berkelebat, membuat dadanya kembali sesak seakan sedang terhimpit batu besar.
Sementara itu Baskoro yang melihat kondisi istrinya, seketika langsung mengerti apa yang dirasakan oleh istrinya itu sekarang. Pria itu pun menghela napas berat dan menatap Kaluna, yang sepertinya masih menunggu penjelasan.
" Kamu ingin tahu kan kenapa kami bisa begitu khawatir pada adik kamu Qirani dibandingkan kamu? Ini karena papa dan mama benar-benar merasa bersalah pada adikmu itu, Nak. Kami merasa kalau karena kesalahan kami berdualah yang menjadi penyebab adikmu mengalami penyakit jantung bawaan itu," ucap Baskoro, yang terasa ambigu di telinga Kaluna.
"Maksudnya?" tanya Kaluna dengan kernyitan di dahinya.
Lagi-lagi Baskoro menghela napasnya dengan panjang dan berat.
"Baiklah, Papa akan jelaskan ke kamu. Kita duduk dulu ya!" Karena sudah penasaran, akhirnya Kaluna menurut untuk duduk.
"Dulu, ketika usia kamu baru satu tahun, usaha papa bangkrut Nak. Papa terlilit hutang yang banyak dan bingung bagaimana caranya untuk melunasinya. Papa frustasi saat itu. Untuk mengalihkan rasa frustasi itu, papa banyak menghabiskan rokok dan minum alkohol. Dan Itu setiap hari papa lakukan. Mamamu juga ikut frustasi dan ikut-ikutan minum alkohol dan sesekali merokok. Kami tidak tahu kalau ternyata saat itu mama kamu sedang hamil, mengandung adik kamu Qirani. Qirani ternyata kuat di dalam rahim mama kamu, dia tetap bertahan sampai bisa lahir. Tapi, akibatnya setelah adik kamu lahir. Karena alkohol dan rokok itu, menjadi pemicu adik kamu mengidap jantung bawaan," terang Baskoro dengan wajah sendu.
"Karena itulah mama dan Papa merasa sangat bersalah pada Qirani. Karena perbuatan kami, adik kamu yang kena imbasnya," sambung Soraya, menimpali ucapan suaminya.
"Selain itu rasa bersalah kami semakin besar, karena penyakit adikmu semakin parah juga karena kelalaian kami," Baskoro kembali buka suara.
"Pa, jangan mutar-mutar! Kenapa sakit Qirani semakin parah karena kelalaian kalian berdua?" desak Kaluna.
Baskoro dan Soraya saling silang pandang untuk sejenak, bertanya melalui sorot mata mereka, siapa di antara mereka yang hendak menjelaskan pada Kaluna.
" Qirani juga dulunya sama seperti kamu, Luna. Dia dirawat oleh bibi. Bibi pernah mengatakan kalau adik kamu sering mengeluh pusing, dan kesulitan bernapas. Adik kamu juga gampang lelah, padahal hanya berjalan kaki sebentar saja. Dengan entengnya Papa dan Mama meminta agar bibi sendiri yang bawa Qirani ke rumah sakit. Karena Papa dan mama sama-sama sibuk untuk bisa mengembangkan perusahaan lagi agar bisa seperti dulu." Soraya berhenti sejenak untuk mengambil jeda, dan meraup oksigen untuk mengisi kembali rongga-rongga paru-parunya yang sudah mulai kosong.
"Bibi sudah menjelaskan pada papa dan mama kalau dokter sudah curiga Qirani mengalami cacat jantung melalui pemeriksaan fisik dan untuk lebih memastikan dokter sudah meminta untuk melakukan beberapa pemeriksaan tambahan harus dilakukan, antara lain oksimetri, elektrokardiografi (EKG), roentgen (X-Ray) dada, ekokardiografi atau USG jantung, sampai kateterisasi atau angiografi. Tapi, Papa dan Mama malah mengatakan kalau itu hanya akal-akalan dokter itu saja. Papa dan mama malah tetap memilih untuk sibuk. Sampai akhirnya, penyakit adikmu semakin parah. Itulah yang membuat mama dan Papa semakin merasa bersalah, Nak. Saking merasa bersalahnya kami sampai lupa kalau kami sudah mengabaikanmu dan malah lebih mendahulukan Qirani," lanjut Soraya lagi, sembari terisak.
Mata Kaluna membesar sempurna mendengar penuturan panjang mamanya. Wanita bermata coklat kehitaman itu, berdecak sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Bayangan Qirani yang mengalami sesak ketika habis berlarian dengannya dulu seketika berkelebat di kepalanya. Saat itu ia ingat benar, mama dan papanya marah besar padanya. Sekarang dia tahu alasan kenapa mama dan papanya itu bisa semarah itu dulu.
"Bagaimana bisa mama dan Papa menyembunyikan hal sebesar ini dariku, Ma, Pa? Sekarang, aku sudah seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa,"
"Maafkan kami, Nak. Kami tidak bermaksud untuk menyembunyikannya dari mu. Tapi, ini semua Qirani yang minta. Dia tidak ingin kamu tahu," sahut Soraya sembari menyeka airmatanya.
"Dia tidak ingin aku tahu? tapi kenapa?" Kaluna mengernyitkan keningnya.
"Karena dia merasa kalau kamu sangat membencinya. Dia tidak ingin, setelah kamu tahu kamu jadi menyayanginya karena kasihan bukan tulus dari hati. Intinya dia ingin kamu menyayanginya dengan tulus bukan karena rasa kasihan," kali ini Baskoro yang menjawab.
"Qirani sangat menyayangimu, Nak. Dia selalu cerita kalau dia iri dengan teman-temannya yang terlihat disayangi kakak mereka. Dia ingin bisa dekat denganmu, tapi setiap kali dia ingin mendekat kamu selalu menghindar," lanjut Baskoro.
Kaluna menarik napas dalam-dalam dan mengembuskan kembali berusaha untuk meredam gejolak amarah, rasa kesal dan sedih yang bercampur menjadi satu.
"Dan ini semua karena Papa dan Mama. Karena ketidakjujuran kalian membuat aku selalu merasa kalau Qirani itu sumber kesedihan terbesarku. Karena sikap kalian yang terkesan pilih kasih membuatku membenci adikku sendiri!" Kaluna terlihat mulai emosional lagi.
"Maaf, Nak. Sekali lagi kami minta maaf!" raut wajah Soraya terlihat memelas membuat Kaluna tidak tega untuk marah lagi.
"Ma, apa setelah tahu penyakit Qirani, kalian tidak ada usaha apapun untuk menyembuhkannya?" nada suara Kaluna sekarang sudah terdengar biasa saja, tidak meledak-ledak seperti di awal.
"Sudah, Nak. Dia sudah dilakukan operasi. Awalnya kami sudah lega, karena dikatakan sudah berhasil. Tapi entah kenapa bisa gagal lagi. Dan sekarang justru semakin parah," Soraya mengembuskan napas dengan sekali hentakan untuk mengurangi rasa sesak di dadanya.
"Dulu dia punya semangat untuk sembuh karena jatuh cinta untuk pertama kalinya dengan Langit. Langit menolongnya saat dia hampir ditabrak orang. Tapi, tiba-tiba kamu datang membawa Langit ke rumah, dan mengenalkan ke kita kalau Langit pacar kamu dan ternyata kalian sudah pacaran selama lebih dari satu tahun saat itu. Hati Qirani sakit saat itu, Nak. Dia kehilangan semangatnya lagi. Tapi, dia berusaha untuk tetap tegar. Dia bilang dia ikhlas, karena dia melihat kalian saling mencintai. Tapi, dia tidak bisa berbohong kalau dia tetap merasakan sakit, setiap melihat kebersamaan kalian," lanjut Soraya lagi.
"Sebenarnya, adik kamu di luar negeri bukan kuliah seperti yang kamu pikirkan. Dia di sana sengaja kami ungsikan selain untuk melakukan pengobatan. Selain itu, agar proses pengobatannya tidak terganggu ketika melihat kemesraan kamu dan Langit, sambil menunggu ada donor jantung yang cocok dengannya," sambung Baskoro, melanjutkan penjelasan istrinya.
"Karena itulah mama dan Papa memohon dengan sangat agar kamu dan Langit menikah diam-diam dulu untuk sementara, Nak. Mama mohon, sampai adik kamu menemukan donor jantung yang cocok," raut wajah Soraya terlihat sangat memelas.
"Mama tahu kalau Qirani pasti ikhlas, tapi bagaimanapun dia pasti sedih," imbuh Soraya.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Lina ciello
iyow ortu ne ada andil salah jg
2024-06-01
0
Ketawang
Apapun alasannya,di sini sumber kesalahan adalah ke egoisan org tua...😡
Dan aq ikut bersedih dg posisi Kaluna,d abaikan d asingkan dlm kluarga sendiri😭 Mski yg sakit Qirani,aq sama skali gak ikut sedih...
entahlaaah,maap🙏🏻🙏🏻
2024-04-17
0
Esther Lestari
keegoisan papa mama nya yg membuat Kinara salah paham dgn mereka
2023-12-01
0