Tidak boleh makan sembarangan

Di saat Qirani hendak meletakkan kembali pigura itu, tiba-tiba mata Langit terbuka.

"Hei, apa yang kamu lakukan? Berani sekali kamu menyentuh barangku!" bentak Langit seraya merampas pigura photo Kaluna dari tangan Qirani, wanita yang baru saja dia nikahi.

"Ma-maaf, Kak, tadi aku hanya __"

"Aku tidak mau mendengar penjelasan apapun. Intinya jangan pernah sentuh barangku. Paham kamu!" Langit menyela ucapan Qirani dengan suara tinggi, hingga membuat wanita itu terjengkit kaget dan mulai menangis.

"Ahh, dasar cengeng. Begitu saja menangis. Kaluna saja bertahun-tahun diabaikan di keluargamu, tetap kuat, tidak cengeng seperti kamu. Kalian benar-benar berbeda!" ucap Langit, yang benar-benar tidak peduli dengan perasaan Qirani.

"Tapi, aku memang bukan, Kak Luna, Kak. Aku Qirani, tentu saja kami beda," sahut Qirani dengan suara yang sangat pelan dan hati-hati. Takut kalau ucapannya semakin memancing kemarahan pria berbadan tegap di depannya itu.

"Ya, kalian benar-benar berbeda. Baguslah kalau kamu menyadarinya. Intinya kamu tidak bisa dibandingkan dengan Kaluna. Kalian berdua bagaikan langit dan bumi, walaupun kalian satu darah. Sudahlah, kamu tolong menyingkir dulu dari depanku. Tolong jangan buat pagiku jadi hancur," suara Langit kini kembali rendah. Pria itu menghempaskan tubuhnya duduk di sofa.

Sementara Qirani tetap berdiri di tempatnya. Wanita itu sama sekali tidak bergerak.

"Kenapa kamu masih berdiri di sini? Kamu tidak mendengar apa yang aku katakan tadi?" Langit menatap Qirani dengan tatapan menyelidik.

Qirani tidak langsung menjawab. Wanita yang memiliki mata indah itu, menggigit bibir tipisnya, seakan sedang ingin bertanya sesuatu.

"Emm, Kak, aku mau tanya, apa Kakak semalaman tidur di sini? kenapa tidak tidur di kamar?" akhirnya Qirani memberanikan untuk bertanya.

Langit mengembuskan napasnya dengan sekali hentakan, kemudian berdiri dari tempat duduknya. Bukannya menjawab, pria berusia 27 tahun itu, malah melangkahkan kakinya berlalu meninggalkan Qirani.

"Kak, kenapa langsung pergi? Kakak belum menjawab sama sekali!" seru Qirani.

"Bukan urusanmu!" sahut Langit singkat sembari tetap melangkah tanpa menoleh ke arah Qirani lagi.

Qirani kini hanya bisa diam terpaku menatap tubuh Langit yang semakin menjauh sampai pria itu masuk ke dalam kamar.Sementara Langit menghela napasnya dengan berat dan menggusak rambutnya dengan kasar.

"Apa yang sudah aku lakukan? Apa tadi aku sudah keterlaluan padanya? Padahal Kaluna sudah menitipkannya padaku dan memintaku untuk menyayangi adiknya itu. Tapi, apa tadi? Aku berbicara ketus padanya," Langit merutuki dirinya sendiri.

"Tapi, maaf, Sayang! Aku belum bisa sepenuhnya melakukan pesanmu untuk menyayangi adikmu itu. Bagaimanapun, aku sangat mencintaimu, Kaluna. Sulit bagiku untuk menerima orang lain, walaupun dia itu adikmu sendiri," batin Langit lagi seakan sedang mengajak Kaluna sang kekasih bercengkrama. Kemudian, pria tampan pemilik salah satu perusahaan besar itu menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang dengan mata yang menerawang menatap langit-langit kamar.

"Sepertinya aku memang harus minta maaf padanya nanti. Sebaiknya aku mandi dulu," Langit bangun kembali dan melangkah ke kamar mandi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sementara itu Qirani terlihat bingung di dapur. Sumpah demi apapun wanita itu tidak tahu mau melakukan apa, karena dirinya sama sekali tidak tahu masak. Berhubung selama ini, makanan yang boleh dimakan oleh wanita itu selalu diatur membuat dirinya tidak pernah menyentuh kegiatan apapun yang berhubungan dengan dapur.

"Aku lapar. Aku makan apa ya?" batin Qirani sembari mengelus-elus perutnya.

"Emm, kalau mau pesan makanan via online, pasti lama dan ini masih Pagi. Sebaiknya aku keluar aja cari sarapan. Biasanya kan di pinggir jalan banyak tuh yang jual sarapan," dengan sedikit berlari, Qirani naik kembali ke atas untuk mengambil uang miliknya. Bayangan makanan yang ingin sekali dia makan selama ini, sudah beterbangan bagaikan kupu-kupu di kepalanya, membuat wanita cantik itu semakin bersemangat dan tidak sabar.

Saat masuk ke dalam kamar, ia mendengar suara gemericik air dari kamar mandi.

"Kak Langit lagi mandi, dia mau sarapan apa ya pagi ini? Aku takut kalau tanya. Apa aku tanya aja ya?" Qirani menggigit bibirnya, gusar.

"Ah, aku beli saja seperti yang aku makan. Mudah-mudahan dia mau," Qirani akhirnya melangkah pergi tanpa bertanya lagi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Langit sudah selesai mandi dan berganti pakaian. Pria itu terlihat rapi dan tampan, walaupun pria itu hanya memakai celana jeans dan kaos oblong saja.

Setelah melihat penampilannya di cermin, pria itu kemudian keluar kamar dan turun ke bawah.

"Kemana dia?" batin Langit sembari mengedarkan pandangannya ke segala penjuru.

"Dia tidak mungkin kan pergi dari rumah hanya gara-gara sikapku tadi?" raut wajah Langit mulai panik dan berpikir yang tidak-tidak.

"Ahh, benar-benar menyusahkan. Aku harus mencarinya sekarang!" baru saja Langit hendak melangkah, Qirani sudah muncul di depan pintu ruang makan dengan tangan yang menenteng kantongan plastik yang bisa dipastikan berisi makanan. Binar di wajahnya terlihat jelas, begitu bahagia dengan makanan yang dia bawa.

"Kak Langit, kamu sudah selesai mandi?" tanya Qirani dengan ceria, seakan-akan tidak terjadi apapun di antara mereka berdua tadi.

"Kamu dari mana? Dan apa itu?" bukannya menjawab pertanyaan Qirani, Langit justru balik bertanya dan menunjuk ke arah kantongan yang dibawa oleh wanita itu.

"Oh, ini. Lihat aku beli sarapan tadi di luar." Qirani mengangkat kantongan yang dia bawa dengan senyum merekah di bibirnya.

"Kakak tenang saja, aku juga beli untuk Kakak," imbuhnya.

"Apa yang kamu beli, Hah?" suara Langit meninggi sembari merampas kantongan dari tangan adik dari wanita yang dia cintai itu, hingga membuat Qirani terjengkit kaget.

"Apa-apaan ini? Kamu beli makanan seperti ini untuk apa? Kamu mau buat jantungmu bermasalah lagi? Kamu tahu kan kalau makanan seperti ini tidak baik untuk jantung!" bentak Langit, lupa kalau tadi dia berniat untuk minta maaf tentang sikapnya tadi pagi. Pria itu tanpa perasaan, langsung membuang makanan yang tidak lain adalah lontong dan gorengan itu, ke tempat sampah.

Qirani tersenyum, merasa bahagia melihat suaminya yang sepertinya sangat mengkhawatirkan jantungnya.

"Jangan sampai terjadi apapun pada jantung itu, karena hanya jantung itu milik Kaluna yang masih hidup," ucap Langit lagi membuat senyum Qirani yang tadi merekah, langsung redup seketika.

"Ternyata perasaanku salah. Kak Langit hanya mengkhawatirkan jantung ini, bukan aku," batin Qirani. Walaupun Qirani ingin sekali menangis, namun dia tetap berjuang untuk menahan air matanya agar tidak keluar. Dia tidak mau lagi terlihat cengeng di depan suaminya itu, mengingat pria di depannya itu tidak menyukai wanita yang cengeng seperti yang dikatakannya dua jam lalu.

"Kak, bukannya jantung Kak Kaluna ini sehat? dan dokter juga mengatakan tidak ada masalah lagi kan? Aku hanya ingin merasakan makanan yang sama sekali tidak pernah aku makan, kak," ucap Qirani dengan suara lirih dan memelas.

"Tetap tidak bisa. Jantung itu sehat, saat berada di tubuh Kaluna. Aku tidak mau saat sudah di tubuhmu, jantung yang sehat itu jadi bermasalah lagi mengingat tubuh kamu lemah dan pernah punya penyakit jantung. Jadi, kamu harus tetap memperhatikan apa yang harus kamu makan!" tegas Langit.

Tbc

Terpopuler

Comments

🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ

🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ

hanya jantung kaluna yang kamu khawatir kan, gimana sama hati qirani yang kamu bentak² terus langit 😔

2023-11-19

13

Pujiastuti

Pujiastuti

sedihnya jadi Qirani yang ngak diangap sama suaminya mrndingan kemarin ngak usah nikah aja,,,

2023-10-24

0

Tatik R

Tatik R

cari aman aja Qirani. diam aja gak usah banyak bantah

2023-10-23

0

lihat semua
Episodes
1 Pernikahan yang mewah tapi hambar
2 Luapan kemarahan Kaluna
3 Memutuskan untuk pergi
4 Alasan sebenarnya
5 Menemukan Diary
6 Panggilan Adek
7 Kaluna pergi selamanya
8 Menunggu Langit
9 Tidak boleh makan sembarangan
10 Aku juga ingin lahir normal.
11 Kedatangan Mama Mona
12 Dokter Nathan
13 Ketakutan
14 Ke rumah sakit
15 Kamu subur kan?
16 Harus tetap periksa
17 Nasehat Rico
18 Mau bekerja
19 Mulai bekerja
20 Aku berharap bukan aku
21 Langit merasa panas
22 Melarang
23 Keanehan Langit
24 Rencana yang gagal
25 Memperingatkan Nathan.
26 Rencana Langit
27 Memasak untuk Qirani
28 Ungkapan hati Nathan
29 Tidak bisa menahan diri lagi
30 Kemarahan Baskoro
31 Langit frustasi
32 Tolong kasih aku satu kali lagi kesempatan
33 Sudah terlanjur sakit
34 Adu jotos
35 mabuk
36 Izinkan aku memperjuangkanmu
37 Jangan percaya padanya
38 Aku akan memperjuangkannya lagi.
39 Syarat Nathan
40 Sudah terlanjur
41 Claire
42 Tidak mau menggunakan uang dan kuasa
43 Memesankan makanan
44 Nathan mulai menuntut
45 Claire bertemu Qirani
46 Aku tidak mau bercerai
47 Rico melihat Nathan dan Claire
48 Langit tahu Nathan punya tunangan
49 Rencana licik Nathan
50 Bersandiwara lagi
51 Jebakan Nathan
52 Dugaan Langit
53 Nathan panik
54 Kita lihat saja nanti
55 Aku yang tidak mau
56 Aku tidak akan pernah mau bercerai
57 Nathan tidak berkutik
58 Baskoro dan Qirani tahu yang sebenarnya
59 Permintaan maaf Nathan
60 Keputusan Qirani.
61 Kembali ke rumah
62 Menghempaskan keraguan
63 Menarik gugatan cerai
64 I Love you
65 Ekstra part 1
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Pernikahan yang mewah tapi hambar
2
Luapan kemarahan Kaluna
3
Memutuskan untuk pergi
4
Alasan sebenarnya
5
Menemukan Diary
6
Panggilan Adek
7
Kaluna pergi selamanya
8
Menunggu Langit
9
Tidak boleh makan sembarangan
10
Aku juga ingin lahir normal.
11
Kedatangan Mama Mona
12
Dokter Nathan
13
Ketakutan
14
Ke rumah sakit
15
Kamu subur kan?
16
Harus tetap periksa
17
Nasehat Rico
18
Mau bekerja
19
Mulai bekerja
20
Aku berharap bukan aku
21
Langit merasa panas
22
Melarang
23
Keanehan Langit
24
Rencana yang gagal
25
Memperingatkan Nathan.
26
Rencana Langit
27
Memasak untuk Qirani
28
Ungkapan hati Nathan
29
Tidak bisa menahan diri lagi
30
Kemarahan Baskoro
31
Langit frustasi
32
Tolong kasih aku satu kali lagi kesempatan
33
Sudah terlanjur sakit
34
Adu jotos
35
mabuk
36
Izinkan aku memperjuangkanmu
37
Jangan percaya padanya
38
Aku akan memperjuangkannya lagi.
39
Syarat Nathan
40
Sudah terlanjur
41
Claire
42
Tidak mau menggunakan uang dan kuasa
43
Memesankan makanan
44
Nathan mulai menuntut
45
Claire bertemu Qirani
46
Aku tidak mau bercerai
47
Rico melihat Nathan dan Claire
48
Langit tahu Nathan punya tunangan
49
Rencana licik Nathan
50
Bersandiwara lagi
51
Jebakan Nathan
52
Dugaan Langit
53
Nathan panik
54
Kita lihat saja nanti
55
Aku yang tidak mau
56
Aku tidak akan pernah mau bercerai
57
Nathan tidak berkutik
58
Baskoro dan Qirani tahu yang sebenarnya
59
Permintaan maaf Nathan
60
Keputusan Qirani.
61
Kembali ke rumah
62
Menghempaskan keraguan
63
Menarik gugatan cerai
64
I Love you
65
Ekstra part 1

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!