...~•Happy Reading•~...
Pak Belino yang mendengar keterangan Jerry dan Nestri, merasa sedikit lega. Beliau berharap ada sedikit titik terang, jika benar ada tetangga melihat siapa yang datang setelah Enni ada di rumah.
^^^Pak Belino mengerti maksud Jerry tentang tetangga yang ada pohon belimbing di depan rumahnya. Begitu juga dengan Nestri yang tahu tetangga yang dimaksud Jerry. Sehingga mereka ingin segera pulang untuk meminta keterangan tetangga tersebut tentang situasi di rumah.^^^
"Baik, Jerry. Trima kasih keterangannya. Kalau dapat informasi atau Enni ada hubungi Jerry, minta dia pulang, ya. Bilang kami sangat bingung dan cemas memikirkan keadaannya." Pak Belino berkata normal, tanpa mau menceritakan kondisi dan dugaan Enni telah diper*kosa kepada Jerry. Mereka hanya memberikan kesan, sedang terjadi perselisian dalam keluarga.
"Begini, Pak. Enni tidak mungkin hubungi saya, karna dia tidak tau rumah dan nomor telpon rumah saya." Jerry teringat tentang hubungan mereka belum terlalu dekat, sampai saling tukar nomor telpon rumah. Dia juga tidak mau berada di dekat Bargani yang terus melihatnya dengan pandangan tidak suka dan mengancam.
"Jika dia mau hubungi saya, harus ke kampus ini. Dia tahu jam kuliah kami. Jadi bapak bisa tunggu di sini, sebab sebentar lagi kami akan kuliah. Mungkin Enni akan datang kuliah, karna dia tidak pernah bolos, kecuali sakit." Jerry memberikan solusi, agar dia tidak lagi dikaitkan dengan masalah keluarga Enni.
"Ooh, kalian ada kuliah sebentar lagi?" Tanya Pak Belino dan berpikir untuk mempertimbangkan saran Jerry untuk menunggu.
"Iya, Pak. Tapi maaf, saya ngga bisa temani. Saya harus siap-siap, sebab sudah harus masuk ruang kuliah. Bapak bisa tunggu di tempat yang agak terlindung itu, agar bisa melihat Enni datang, tapi Enni tidak bisa melihat bapak." Jerry memberikan saran, karena pikirnya Enni akan datang kuliah. Supaya dia tidak menghindar, jika melihat ada kakak iparnya.
Sedangkan Bargani tidak tenang dengan semua yang dikatakan Jerry. Dia ingin segera pulang ke rumah untuk mengecek tetangga di rumah. Tapi dia khawatir, Enni datang kuliah dan dia tidak ada bersama Pak Belino. Sehingga Enni dengan leluasa menceritakan semua kepada Ayahnya.
Setelah ditinggal Jerry, Pak Beliho, Nestri dan Bargani ke tempat yang direkomdasi Jerry. Mereka hanya diam menunggu tanpa bercakap-cakap. Masing-masing berbicara dan berpikir sendiri, tentang Enni.
"Mari kita pulang, Ayah. Tidak mungkin Enni datang kuliah. Kalau mau kuliah, dia harus pulang ke rumah untuk ganti baju." Ucap Nestri tersadar dengan kondisi Enni.
"Mengapa kau tidak katakan itu dari tadi? Bikin buang-buang waktu di sini saja." Ucap Pak Belino, kesal mendengar ucapan Nestri beberapa saat kemudian.
"Maaf Ayah, baru kepikiran. Kepala penuh dengan banyak pikiran tentang kondisi Adek." Nestri mencoba meredahkan emosi Ayahnya yang langsung berjalan ke tempat parkir motor.
Mereka menjalankan motor dengan kecepatan di atas normal, berharap bisa lekas tiba di rumah. Terutama Bargani, agar tidak terlambat tiba dari Pak Belino.
Beberapa waktu kemudian, Pak Belino tiba di rumah disusul oleh Bargani. "Mba Enni belum pulang?" Tanya Pak Belino pada Acel yang keluar menyambutnya di depan rumah. Acel hanya menggeleng dengan wajah sedih, sebab melihat Ayahnya pulang sendiri tanpa Enni di boncengannya.
"Masuk saja lagi. Ayah mau ke samping dulu." Ucap Pak Belino, setelah memarkir motornya. Acel hanya mengangguk, lalu melihat kakaknya dengan wajah sedih. Nestri memberi isyarat agar Acel ikuti permintaan Ayahnya.
Pak Belino segera ke rumah tetangga tanpa mengajak siapa pun. Tapi Bargani dan Nestri segera menyusul untuk mendengar keterangan, sebab penasaran dan was-was.
"Selamat siang Bu Titi. Maaf, ganggu sebentar." Sapa Pak Belino melihat yang punya rumah sedang membersihkan dedauan yang berguguran di halaman.
"Ooh, selamat siang Pak Belino. Ada pulang, ya." Bu Titi yang terkejut disapa, langsung meletakan sapu lalu mendekati Pak Belino.
^^^Para tetangga sudah tahu, kalau Pak Belino jarang pulang ke rumah setelah istrinya meninggal. Ada gosip juga, Pak Belino sudah menikah lagi dan tinggal dengan istri keduanya. Jadi Bu Titi terkejut melihat Pak Belino menyapanya.^^^
"Iya, Bu Titi. Ini mau bertanya, kemarin ibu kasih belimbing buat Enni?" Tanya Pak Belino, tidak langsung pada intinya.
"Ooh, iya Pak. Kemarin Enni pulang, pas saya sedang ambil belimbing yang sudah pada matang. Jadi bagi buat Enni, karna kebanyakan yang matang. Apa terjadi sesuatu dengan Enni? Belimbingnya baru dipanen loh..." Bu Titi mengira terjadi sesuatu dengan Enni setelah makan belimbing darinya. Apa lagi Pak Belino seorang polisi.
"Trima kasih, Bu. Belimbingnya ngga papa. Ibu masih ingat, orang yang kemarin antar Enni ikut masuk ke rumah?" Tanya Pak Belino, pelan.
"Ooh, ngga, Pak. Orangnya langsung ngebut, saat Enni lagi ambil belimbing dari saya. Ada apa, Pak?" Bu Titi heran dengan pertanyaan Pak Belino.
"Ooh, iya Bu. Trima kasih. Setelah itu, Ibu tau ada yang datang ke rumah kami lagi, Bu?" Pak Belino bertanya lagi.
"Selama saya ada di sini, ngga ada, Pak. Tapi kalau ada yang datang setelah saya di belakang, kurang tau. Bisa tanya sama yang lain, Pak." Ucap ibu Titi sambil berpikir, mungkin ada yang terjadi di rumah Pak Belino, melihat Nestri dan suaminya menyimak pembicaraan mereka dalam diam.
...~▪︎▪︎▪︎~...
Di tempat lain ; Enni yang sudah ada di tempat tinggal Lusina, memperhatikan rumah yang menjadi tempat tinggal Lusina. Ada ruang tamu kecil, tapi tidak ada kursi, hanya ada beberapa bantal besar di atas karpet.
^^^Enni merasa tempat tinggal Lusina cukup nyaman. Selain ada kamar tidur, ada kamar mandi dan tempat yang bisa dibilang dapur, sebab bisa dipakai sebagai tempat masak.^^^
^^^Enni tidak enak bertanya, ini rumah Lusina atau rumah kontrakan. Yang penting ada tempat berlindung sementara baginya, sebelum dia berpikir untuk lakukan sesuatu.^^^
^^^Mendapatkan bantuan Lusina dan melihat kehidupan mandirinya, Enni berusaha berpikir baik. Dia sudah tidak bisa merubah atau kembali pada kehidupan sebelum kakaknya menikah dan kedatangan Bargani di tengah-tengah keluarganya. Dia harus kuat, jika tidak mau mengakhiri hidupnya.^^^
Setelah Lusina selesai mandi, dia masuk ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Dia sangat berterima kasih, Lusina membagi keperluan pribadi untuknya.
"Lusi, bolehkah aku tidur di sini?" Tanya Enni sambil menunjuk karpet di ruang tamu, setelah selesai mandi.
"Boleh, saja. Tapi kalau mau, kau bisa tidur di kamar. Kita bisa tidur berdua." Ucap Lusina pelan, sambil melihat Enni yang sudah memakai bajunya.
"Makasih. Aku tidur di sini saja." Enni merasa tidak enak, karena sudah banyak dibantu oleh Lusina. Jadi dia tidak mau mengganggu kenyamanan Lusina dengan kehadirannya.
Setelah dijinkan, Enni membaringkan tubuhnya di atas karpet, karena sangat lelah dan tubuhnya masih merasa sakit dimana-mana, terutama daerah pribadinya.
Beberapa waktu berlalu, Lusina keluar dari kamar dan melihat Enni masih tidur di atas karpet. "Enni, bangun makan dulu, baru tidur lagi. Itu makanannya sudah ada di dapur. Aku mau keluar sebentar." Ucap Lusina yang berdiri di ruang tamu dengan pakaian bagus, dandanan cantik dan wangi.
...~▪︎▪︎▪︎~...
...~●○¤○●~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
༄༅⃟𝐐༄SN⍟MakMikha ˢ⍣⃟
Kasihan,Semoga Enni kuat menghadapinya
2023-12-11
4
༄༅⃟𝐐༄SN⍟MakMikha ˢ⍣⃟
Tunggu aj pak,sampai lebaran monyet
2023-12-11
4
༄༅⃟𝐐༄SN⍟MakMikha ˢ⍣⃟
Ga mungkin ada asap kalau g ada api. Pasti ada sebabnya lah knp Enni pergi
2023-12-11
4