...~•Happy Reading•~...
Menjelang sore, Lusina yang sudah kembali ke tempat pemakaman mencari Enni, karena tidak terlihat dari tempat parkir. Dia meminta sopir turun bersamanya untuk mencari Enni di setiap makam.
Ketika melihat Enni sedang menunduk di atas salah satu pusara tanpa bergerak, Lusi memberi isyarat kepada sopirnya untuk mendekatinya (sebab mereka mencari Enni secara berpencar).
Setelah sopir berada di dekatnya, Lusina memegang punggung Enni dan agak menggoyangnya. Dia khawatir terjadi sesuatu dengan Enni dan disalahkan, jadi sopir bisa menjadi saksinya.
Mengetahui Enni tidak bergerak, Lusina memegang punggungnya dengan kedua tangan dan membalikan tubuhnya. Saat melihat Enni masih bernafas, Lusina menepuk pelan pipi Enni untuk menyadarkannya.
Ketika Enni membuka mata dan mengumpulkan kesadarannya, dia menegakan tubuhnya dan duduk di pinggiran makam.
Lusina menarik nafas lega, saat mengetahui Enni sudah bisa duduk. "Enni, berdiri. Mari kita pergi." Lusina berkata sambil menjulurkan tangannya ke arah Enni, agar bisa berdiri dengan baik.
Ketika sopir menjulurkan tangannya untuk memapah Enni, secara refleks dia mengibaskan tangannya dan mundur. Sehingga Lusina dan Enni hampir jatuh, sebab gerakan Enni terlalu tiba-tiba dan Lusina tidak siap.
Lusina memberi isyarat kepada sopir untuk tidak usah membantu. Dia menyadari, mungkin Enni masih trauma dengan apa yang baru dialaminya. Terutama dengan sentuhan laki-laki pada tubuhnya. Sopir mengangguk, tanpa mengerti apa yang sedang terjadi, lalu berjalan mendahului mereka ke mobil.
"Pak, kita langsung saja, ya. Nanti kita cari makan di jalan." Ucap Lusina saat mereka telah mereka telah berada dalam mobil.
"Baik, Nona." Sopir segera meninggalkan tempat parkir pemakaman.
Tiba-tiba Enni menengok ke belakang mobil, membuat Lusina juga ikut melihat ke belakang. "Ada apa...?" Tanya Lusina penasaran. Dia berpikir, mungkin Enni melihat sesuatu.
Dugaan Lusina benar. Enni tersentak, karena mobil mereka berpas-pasan dengan sebuah motor yang masuk ke lokasi pemakaman dan samar-samar dia mengenal jacket adiknya, Acel. Membuat dia kembali meneteskan air mata, mengingat adiknya.
^^^Sebenarnya, memang tadi Ayahnya bersama Acel masuk ke tempat pemakaman untuk mencarinya. Jadi apa yang dilihat Enni sepintas itu benar adanya.^^^
"Cukup menangisnya, Enni. Matamu sebentar lagi ngga bisa terbuka." Ucap Lusina yang melihat mata Enni sudah sangat bengkak dan hampir tidak terlihat bola matanya.
Lusina yakin, tadi Enni sudah banyak menangis di pusara Ibunya. Dia bisa sakit, jika menangis lagi. Dan itu akan menyulitkan perjalanan mereka.
...~▪︎▪︎▪︎~...
Setelah melakukan perjalanan panjang dan lama, juga sopir beristirahat beberapa waktu, ke esokan harinya mereka tiba di ibu kota. Mereka menuju tempat tinggal Lusina yang terletak di jantung kota. Cukup bersih, nyaman dan lingkungan jauh dari rumah tetangga.
Enni yang sudah bisa tidur dalam mobil, mulai bisa berpikir dengan lebih baik. Dia sedikit lebih tenang, saat menyadari perjalanan mereka yang jauh. Dia tidak akan ditemukan, karena ke esokan harinya baru mereka tiba di tempat tinggal Lusina. Jadi Enni yakin, mereka sudah jauh dari tempat tinggal keluarganya.
"Ayoo, masuk. Ini tempat tinggalku. Sementara kau tinggal dan istirahat di sini dulu, nanti baru kita bicara." Ucap Lusina, sambil membuka pintu rumahnya. Mereka sudah makan di jalan, jadi dia bisa langsung istirahat lagi.
Enni masuk dengan ragu-ragu sambil melihat sekitar tempat tinggal Lusina. Ketika melihat tidak ada yang memperhatikan mereka, Enni ikut masuk mengikuti Lusina. Sebab sopir sudah pergi meninggalkan mereka, setelah bantu menurunkan semua bawaan Lusina.
"Ini bajuku, bisa kau pakai untuk ganti bajumu. Aku mandi dulu, nanti kita gantian." Ucap Lusina yang sudah keluar dari kamar sambil membawa pakaiannya untuk Enni, lalu meletakan di atas karpet.
...~▪︎▪︎▪︎~...
Di sisi yang lain ; Pak Belino dan Acel yang mencari Enni ke berbagai tempat, sangat gelisah dan khawatir, sebab tidak menemukan Enni di mana pun. Begitu juga dengan Bargani dan Nestri yang tidak menemukan Enni.
Bargani seperti orang gila yang mencari di berbagai tempat yang dia ingat sebagai tempat berkumpul Enni dengan teman-temannya. Begitu juga ke rumah sakit dan kantor polisi di kota itu.
Dia tidak berani lapor polisi perihal Enni yang menghilang. "Mas, kita pulang dulu. Ini sudah larut, mungkin Adek sudah pulang ke rumah." Nestri berkata demikian, sebab dia tahu Enni tidak ada tempat untuk bermalam.
Dia khawatir Enni sudah pulang dan tidak bisa masuk ke rumah. Hal yang sama juga dipikirkan oleh Pak Belino. Mereka kembali ke rumah yang terlihat gelap dari luar, segelap hati penghuninya. Termasuk Bargani yang tidak menyangka Enni akan lakukan hal nekad. Sambil mencari, dia terus menyesal, telah mengancam Enni.
...~▪︎▪︎▪︎~...
Keesokan harinya, Pak Belino mengajak Nestri ke kampus Enni untuk menanyai beberapa temannya. Sebab Nestri tidak tahu satu pun tempat tinggal teman-teman Enni.
Bargani juga ikut ke kampus, agar bisa tahu perkembangan dan mungkin bisa tahu posisi Enni. Dia juga khawatir ada informasi yang merugikannya dari teman-teman Enni.
Saat tiba di kampus, mereka berpencar menanyakan mahasiswa yang kenal dengan Enni. Saat dia melihat Pak Belino berbicara dengan salah satu mahasiswa yang dikenalnya, dia berjalan cepat ke tempat Pak Belino dan diikuti oleh Nestri.
"Kau yang bernama Jerry?" Tanya Pak Belino.
"Iya, Pak. Ada apa nih, Pak." Tanya Jerry heran, karena tiba-tiba dia dikelilingi oleh 3 orang. (Acel tinggal di rumah untuk menunggu kakaknya, Enni pulang).
"Kau kenal, Enni Sriwedari?" Tanya Pak Belino.
"Ooh, Enni. Kenal, Pak. Dia teman kuliah saya." Jawab Jerry, was-was. Dia berpikir, apa terjadi sesuatu dengan Enni.
"Kapan terakhir kau melihat Enni?" Tanya Pak Belino, yang sudah mengajak Jerry menjauh dari teman-temannya.
"Kemarin, siang, Pak. Saya mengantarnya pulang ke rumah. Tapi ada apa nih, Pak" Jawab dan tanya Jerry yang belum mengerti maksud pertanyaan Pak Belino. Melihat sikap dan cara bicara Pak Belino, dia jadi berpikir yang bicara dengannya seorang aparat polisi.
"Ooh, jadi kemarin kau yang mengantarnya pulang?" Tanya Pak Belino, sedikit lega. Ada yang bersama Enni kemarin. Jerry hanya mengangguk, sebab belum mengerti maksud Pak Belino.
"Kau masuk ke dalam rumah?" Tanya Pak Belino serius, menyelidiki.
"Ngga, Pak. Saya hanya turunin di depan rumah, sebab saya harus kembali ke kampus, ada kuliah." Jawab Jerry cepat, dia mulai berhati-hati menjawab.
Alis Pak Belino bertaut. "Enni ngga ikut kuliah?" Tanyanya lagi.
"Ngga, Pak. Dia bilang agak pening dan ngga bisa konsen untuk belajar. Jadi minta tolong diantar pulang untuk istirahat." Jerry menjawab sesuai dengan apa yang dikatakan Enni.
"Mengapa dia memintamu untuk antar pulang? Kau pacarnya?" Tanya Pak Belino serius dan ingin tahu.
"Ooh, nggak Pak. Kami hanya sebatas teman kuliah." Jerry yang sudah berpikir, ada sesuatu dengan Enni, makin berhati-hati menjawab.
"Kau tau ada teman kuliah yang mau jahatin Enni atau mencelakainya?" Tanya Pak Belino lagi.
"Ngga ada, Pak. Pergaulan kami biasa saja. Hanya kadang berkumpul untuk diskusi tugas atau traktir minum di warung depan kampus. Justru Enni takut sama kakak iparnya." Jawab Jerry, tanpa menyadari kakak ipar yang dia maksudkan sedang berdiri di dekatnya.
...~▪︎▪︎▪︎~...
...~●○¤○●~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
🌞𝙊𝙚૨αɳ𝙜𝕻𝖓𝖉ˢ⍣⃟ₛ
semoga kekejaman dan kebudukan gani segera terungkap...
2023-12-11
5
🍭ͪ ͩ🍀⃟ᏽꮲ𐑈•ꪀׁꪱ꯱ׁׅ֒꯱ɑׁ🐅⃫⃟⃤
yaaa trs lanjutttkann biar ketauan yg bikin enni pergi si gani benconggg
2023-12-05
3
¢ᖱ'D⃤ ̐🔵⏤͟͟͞R𝔞shqι🐬𝐀⃝🥀
Ayo Jer. Ceritakan semua yang kau tau ke Ayah nya Enni. Semoga aja cepet terungkap kebusukan dan kekejaman Bargani
2023-11-16
3