JEJAK LUKA
...~•Happy Reading•~...
Dr. Kirana sedang istirahat diruang jaga setelah melayani pasien di ruang gawat darurat yang menjadi tugasnya malam ini. Dia menggantikan rekan dokter yang sedang menemani istrinya melahirkan. Sehingga baru bisa istirahat di ruang jaga, setelah kesibukan sepanjang hari di UGD.
Saat sudah mau pejamkan mata, dia dikagetkan oleh seorang perawat pria yang masuk ke ruang jaga dengan mengetuk pintu hanya satu kali dan tanpa menunggu dipersilahkan masuk oleh dr. Kirana, dia membuka pintunya.
"Maaf, dok. Dr. Kiran dibutuhkan di ruang gawat darurat. Ada pasien wanita yang baru masuk." Ucap perawat tersebut, lalu segera keluar dari ruangan dr. Kirana dengan tergesa-gesa.
Hal itu membuat dr. Kirana mengambil stetoskop di atas mejanya dan memakai jas dokter yang sedang digantung, lalu berjalan cepat keluar dari ruangannya menuju UGD.
"Ini pasiennya, dok." Perawat yang datang memanggilnya berkata sambil menunjuk ranjang pasien.
Melihat kondisi pasien, dr. Kirana tertegun. "Mana orang yang mengantarnya?" Tanya dr. Kirana sambil melihat wajah pasien yang lebam dan sedang tidak sadarkan diri.
"Tidak ada yang mengantarnya, dok. Tadi pasien ditemukan oleh security yang sedang patroli untuk pergantian tugas jaga." Perawat kembali menjelaskan apa yang terjadi.
"Segera panggil dua suster ke sini." Dr. Kiran berkata sambil menarik krey menutupi ranjang pasien dari pasien yang lain, lalu mulai memeriksa pasien tersebut.
"Baik, dok." Perawat segera berjalan cepat meninggalkan tempat tersebut, karena mengerti maksud dr. Kirana.
Tidak lama kemudian, perawat tersebut kembali dengan dua orang suster yang berjalan cepat di belakangnya. "Tolong tinggalkan kami." Dr. Kirana berkata kepada perawat, setelah dua suster mendekati dr. Kirana.
Perawat Pria segera meninggalkan tempat pasien. Dia mengerti maksud dr. Kirana dan apa yang akan mereka lakukan pada pasien tersebut.
"Ambil pakaian ganti untuk pasien. Kita akan membuka pakaiannya." Ucap dr. Kirana tanpa senyum seperti biasanya. Dia berbicara dengan wajah kaku dan rahang yang mengeras.
Kedua suster jaga segera lakukan yang diminta dr. Kirana. "Tolong periksa di pakaiannya, mungkin ada tanda pengenal pasien..." Ucap dr. Kirana saat salah satu suster mau melepaskan celana pendeknya.
"Tidak ada sama sekali, dok. Celana ini tidak berkantong. Sepertinya ini celana yang dipakai dalam rumah." Suster yang membuka celana pendek pasian berkata setelah memeriksa.
"Dok, lihat kakinya ini. Sangat kotor dan penuh luka." Ucap suster yang mau mengganti pakaian pasien dan menyingkirkan selimut yang menutupi kakinya.
"Sepertinya, pasien ke sini tanpa alas kaki." Suster yang satu lagi berkata setelah memeriksa bawah ranjang pasien.
Mendengar itu, dr. Kirana makin emosi dan geram melihat tubuh telanjang pasien. "Jangan dulu pakaikan pakaian. Ambil peralatan, kita akan lakukan visum untuk semua ini." Ucap dr. Kirana tegas, melihat kondisi tubuh pasien penuh luka lebam dan juga berdarah.
"Sepertinya, pasien kabur dari seseorang atau suatu tempat yang tidak jauh dari sini." Dr. Kirana berkata pelan sambil memeriksa setiap inci tubuh pasien.
"Ini bukan baru saja terjadi, dok. Ini ada bekas lebam yang mulai memudar." Salah satu suster menunjuk pergelangan tangan dan lengan pasien.
"Yang lakukan ini, pasti sudah gila, atau baru keluar dari rumah sakit jiwa. Wanita secantik ini, diperlakukan seperti hewan. Ini ada bekas ikatan juga." Dr. Kirana memberiksa tanpa suara, sambil menahan emosi. Tapi kedua suster yang bantu memeriksa tidak tahan untuk berkomentar.
"Balikin badannya. Kita lihat ada luka atau bekas luka di sana atau tidak." Dr. Kirana meminta kedua suster untuk membantunya membalik tubuh pasien, agar bisa melihat bagian belakangnya.
"Astaghfirullah... Ini ada bekas lebam, tapi sudah lama. Begitu juga dengan bekas cakaran di punggung ini sudah mulai kering." Ucap salah seorang suster sambil melihat dr. Kirana yang langsung melepaskan tangannya dari tubuh pasien.
"Ambil gambar semua ini, baru kita obatin yang masih mengeluarkan darah dan yang belum sembuh." Dr. Kirana berkata cepat, lalu menyiapkan peralatan untuk mengobati pasien.
"Sebentar... tolong buka pahanya, saya akan periksa bagian intimnya. Tidak mungkin dengan luka seperti ini, dia tidak mengalami pelecehan atau kekerasan se*ksual." Saat menyiapkan peralatan, baru terpikirkan untuk memeriksa bagian pribadi pasien untuk melengkapi hasil diagnosanya.
Setelah selesai, dr Kirana menyimpan cairan yang diambil dari bagian pribadi pasien. 'Mungkin nanti akan dibutuhkan.' Dr. Kirana berkata dalam hati.
Kemudian kedua suster membersihkan luka lalu mengobatinya. Setelah itu, mereka memakaikan pakaian rumah sakit lalu memasang infus di tangannya.
"Dokter, mau ditulis apa di sini?" Tanya salah suster, yang mau menulis keterangan tentang pasian yang sedang dirawat.
"Saya dokternya. Namanya nanti saja, setelah siuman. Tanggal masuk hari ini, karna sebentar lagi pagi." Dr. Kirana berkata sambil memeriksa lagi tubuh pasien untuk meyakinkannya, karena sebentar lagi akan berganti tugas jaga.
Setelah membersihkan tangan, dr. Kirana masih berdiri di kaki ranjang tempat tidur pasien yang belum sadar dan sudah diinfus oleh suster.
Melihat kondisi pasien, hatinya belum bisa beranjak meninggalkannya. Dr. Kirana terus memandang sambil berpikir tentang apa yang dialami pasien tersebut dan membuatnya penasaran. Dia berharap, pasien segera sadar, agar bisa berbicara dengannya.
"Siapa, Kiran? Kau mengenal pasiannya?" Dr. Dewi yang sudah mencarinya di ruang jaga, menemuinya di ruang UGD berdasarkan apa yang dikatakan suster kepala yang sedang menjaga.
"Tidak. Aku sedang menunggunya siuman, untuk menanyakan siapa dia." Dr Dewi langsung melihat papan data pasien. Di sana hanya ada tercantum nama dr. Kirana dan tanggal masuk, tanpa ada nama pasien.
"Apa yang terjadi dengan pasiennya?" Tanya dr. Dewi yang jadi penasaran mendengar ucapan dr. Kirana. Walaupun dr. Kirana baik hati, tapi waktu dinasnya dari kemarin sudah mau berakhir.
"Ini...." Dr. Kirana menunjuk semua yang dialami pasien dan juga hasil visum yang dilakukannya. Dr. Kirana menjelaskan semua tentang pasien dan juga mengapa sampai berada di UGD.
Mendengar itu, dr. Dewi mengangkat selimut yang menutup kaki dan juga membuka baju pasien untuk melihat apa yang dijelaskan dr. Kirana.
"Astaghfirullah... Wanita ini tinggal dengan hewan?" Dr. Dewi heran dan emosi melihat kondisi pasien.
"Jika tanpa semua luka ini, sesama wanita akan sangat iri melihat wajahnya yang cantik dan bentuk tubuhnya bak gitar." Ucap dr. Dewi lagi yang melihat kecantikan dan kemolekan tubuh pasien.
"Kau yang primadona rumah sakit saja mengaguminya, apalagi level di bawahmu." Ucap dr. Kirana sambil tersenyum, mendengar ucapan dr. Dewi.
"Ssssstttt... Dia sadar." Ucap dr. Dewi yang melihat gerakan mata dan juga kepalanya.
Dr. Kirana mendekat dari sisi ranjang pasien yang satu untuk memeriksanya. "Tidak apa-apa. Kau ada di rumah sakit." Ucap dr. Kirana dan dr. Dewi untuk menenangkan pasien yang terlihat panik dan takut.
"Siapa namamu? Kami perlu namamu, agar bisa merawatmu di sini." Dr. Kirana berkata sambil mengelus pelan tangan pasien untuk menenangkan.
Tiba-tiba, bulir bening mengalir dari pinggiran mata pasien. "En ni..." Dia menyebut namanya pelan dan perlahan.
"Enni? Kau mau kami hubungi keluargamu?" Tanya dr. Kirana lagi, agar lebih mengetahui siapa pasien tersebut. Namun dia terdiam, saat melihat cairan bening mengalir deras dari pinggiran mata Enni.
...~▪︎▪︎▪︎~...
...~●○¤○●~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Bambut That
top
2024-08-13
0
Jkiraina💙
baru baca ka, tapi kayaknya menarik
2024-06-10
1
☠𝐁𝐀ʰᵃ
baru mampir yg ini dulu thor
2024-04-23
2