07. Luka.

...~•Happy Reading•~...

Enni makin trauma dengan tindakan Bargani atau berdekatan dengannya. Selama ini, dia hanya bersikap tanpa sengaja menyenggolnya. Tapi tadi dia benar-benar melakukan dengan sengaja, mengusap tangannya yang sedang bersabun.

^^^Semua yang terjadi di tempat cuci piring bukan Bargani hanya mencuci tangan biasa seperti pada umumnya orang lakukan itu. Bargani mengambil tangannya dan mencuci tangan sambil menautkan jarinya di sela-srla jari Enni. Hal itu sangat mengganggu Enni, sehingga dia hanya berjalan mondar-mandir sambil berpikir dalam kamar.^^^

"Mas, ngapain di situ. Biarkan saja Enni yang nyuci." Ucap Nestri yang baru masuk ke dapur dan melihat Bargani sedang berdiri di tempat cuci piring.

^^^Tadi dia diminta Bargani untuk menyiapkan seragamnya di kamar, sehingga dia bisa ke dapur untuk mendekati Enni yang sedang mencuci piring.^^^

"Aku hanya cuci tangan. Masa aku harus nyuci ini? Lalu kalian untuk apa?" Bargani melampiaskan emosinya kepada Nestri, lalu meninggalkan dapur.

Melihat suaminya sedang emosi, Nestri jadi terdiam lalu kembali menuju kamar Enni dan mengetuk pintunya. "Dek..." Panggil Nestri.

"Ya, Mba..." Jawab Enni yang mendengar suara kakaknya memanggil, baru membuka pintu.

"Gimana tuh, Dek. Cuci piring dulu, baru tidur. Biar besok pagi bisa ngerjain yang lain." Nestri berkata sambil menahan emosi, karena Enni tidak seperti biasanya dan membantunya.

^^^Padahal biasanya, Enni tidak perlu diajarin atau diingatkan lagi. Dia sudah tahu apa yang akan dikerjakan. Selama ini mereka selalu saling membantu di rumah.^^^

"Iya, Mba. Tadi memang mau nyuci... (suami Mba aja, tangannya ngelaba)." Enni meneruskan ucapannya dalam hati dengan emosi yang ditahan.

Nestri hanya bisa melihat punggung adiknya sambil memikirkan perubahan sikap adiknya yang tidak lagi ramah seperti biasanya, saat berbicara dengannya.

Suasana rumah yang biasanya tenang dan hangat tidak ada lagi. Sebab Enni tidak lagi berada di luar kamar, saat berada di rumah. Dia akan terus berada di kamar dengan berbagai alasan atau berada di kamar Acel.

^^^Biasanya dengan santai dia keluar dari kamar mandi. Namun sekarang Enni akan segera ke kamar, sebab dia pernah melihat Bargani memperhatikan dia dengan mata yang pernah di lihatnya di Mall, saat dia selesai mandi.^^^

^^^Kamar mandi mereka hanya satu di belakang, dekat dapur. Sedangkan Nestri dan Bargani yang telah menikah, mempergunakan kamar orang tuanya. Kamar orang tuanya ada kamar mandi di dalam.^^^

Jika akhir pekan, Enni agak santai, karena kakaknya ada di rumah. Jadi dia bisa lakukan apa saja, di dapur.  Seperti hari ini, dia mau ambil mixer dari dalam lemari kithcen set untuk membuat kue. Nestri meminta dia bikin kue kesukaan mereka bertiga.

Dengan senang, dia mengambil kursi meja makan lalu naik untuk mengambil mixer. Tiba-tiba dia berteriak sekeras-kerasnya. "Kakaaaaa...." Enni berteriak lalu berjokok di atas kursi sambil memegang dadanya dengan kedua tangannya, karena sangat terkejut.

"Ada apa, Dek?" Tanya Nestri yang berlari masuk dapur.

"Aku pegang kursi, takut dia jatuh, malah dia berteriak." Ucap Bargani yang pegang sandaran kursi yang dinaiki Enni.

"Pegang kursi...? Mba ambil mixer sendiri dan bikin kue sendiri." Enni langsung turun dari kursi, lalu berjalan cepat ke kamar dengan air mata mengalir.

^^^Dia tidak menyangka, saat tenang dan merasa aman, akan alami hal itu. Dia sedang berada di atas kursi untuk mengambil mixer, tiba-tiba Bargani memegang betis dan mau menggerayanginya. Sangking terkejut dia berteriak lalu jongkok untuk mencegah Bargani melakukan tindakan yang lebih jauh.^^^

Nestri hanya bisa melihat punggung Enni yang berjalan cepat dan balik melihat suaminya dengan wajah tidak mengerti.

Tindakan Enni yang berteriak membuat Bargani sendiri terkejut. Dia berjalan cepat menyusul Enni untuk menemuinya. Tapi saat mengetahui Enni sudah di kamar, dia menahan langkahnya untuk membuka pintu.

^^^Tadi saat melihat Enni sedang berdiri di atas kursi dan melihat kakinya yang mulus dan jenjang, dia tidak tahan untuk menyentuh dan mengelusnya.^^^

Enni duduk di atas tempat tidur sambil menggosok kaki dan betisnya dengan apa yang ada di dekatnya untuk menghilangkan sentuhan tangan Bargani dari tubuhnya.

...~▪︎▪︎▪︎~...

Setelah peristiwa itu, Enni sudah tidak merasa aman di mana saja, walau itu di rumah sekali pun. Sebab Bargani selalu punya cara untuk mendekatinya. Jika bisa tinggal di kampus, dia akan melakukannya.

Enni pernah datang ke kantor Ayahnya untuk berbicara. Jika Ayahnya ijinkan, dia mau ikut tinggal dengan Ayahnya. Tetapi dia tidak bisa menemui Ayahnya yang sedang bertugas di luar.

Tanpa dia sadari, semua gerak geriknya diawasi oleh Bargani atau anak buah yang disuruhnya. Sehingga dimana pun Enni berada dan dengan siapa, Bargani akan tahu.

Seperti hari ini, dia mendapat laporan dari anak buahnya, bahwa Enni sudah pulang ke rumah diantar oleh salah satu teman prianya. Membuat Bargani emosi dan langsung meninggalkan kantor menuju rumah.

^^^Enni meminta tolong Jerry mengantarnya pulang, karena kondisi tubuhnya kurang sehat. Dia sangat tertekan dan takut akan sekitanya, hingga membuatnya tidak bisa tidur. Kondisi ini membuat staminanya menurun dan kurang fit.^^^

^^^Dia tidak bisa konsentrasi untuk belajar dan mudah lelah. Hal itu membuat dia ingin beristirahat, selagi tidak ada orang di rumah. Jadi saat membaringkan tubuhnya di tempat tidur, dengan cepat dia tertidur.^^^

Dia terkejut bangun saat ada tangan yang mendekap mulutnya dengan tangan. Enni meronta dengan sekuat tenaga, lalu menggigit tangan yang mendekap mulutnya. Namun sebuah tamparan yang kuat, membuatnya pening dan juga pusing.

Dengan kekuatan yang masih dimiliki, dia terus berjuang untuk bisa meloloskan diri, saat melihat Bargani telah menindih tubuhnya.

Enni menendang sekuat tenaga, tapi Bargani sudah membuka seluruh pakaiannya dengan tangan sebelah. Dia menariknya dengan kasar, hingga hanya pakaian dalam yang masih menutupi tubuhnya.

"Jika kau berani berteriak, aku akan mematahkan rahangmu." Bargani mengancam sebelum melepaskan tangannya dari mulut Enni.

Kemudian dia melepaskan pakaiannya lalu melakukan apa yang sudah dibayangkan dan ditunggu-tunggunya selama ini, ketika melihat Enni pertama kali.

Bargani menekannya dengan tubuhnya dan memegang kedua tangan Enni yang sudah dibuka ke kiri dan kanan, karena berusaha mencakarnya. Dengan penuh naf*su yang sudah ditahannya selama ini, dia mengambil kesucian Enni dengan puas.

Tindakannya membuat Enni pingsan berulang kali, karena rasa sakit di seluruh tubuhnya. Terutama di bagian intim tubuhnya, yang diperlakukan secara kasar oleh Bargani. Tidak perduli Enni sedang sadar atau pingsan, karena dia tidak mau membuang waktu dan kesempatan baik yang diperolehnya.

"Jika kau mengadu, atau menceritakan ini kepada siapa pun, aku akan menghabisi kakak dan adikmu." Bargani yang sedang memakai pakainnya, mengancam saat melihat mata Enni bergerak.

"Sekarang kau sudah jadi milikku, jadi jangan coba macam-macam di luar sana. Aku tidak segan menghabisi pria itu." Bargani kembali mengancam, agar Enni tidak berani macam-macam dengan pria lain, selain dia.

Seluruh tubuh Enni bergetar ketakutan. Selain tubuhnya bagaikan tidak bertulang, dia merasa seluruh tubuhnya sakit, terutama bagian pribadinya. Menyadari apa yang sudah terjadi, dia menutup mulutnya dengan tangan lalu menangis merung-raung. Tangisannya melebihi kehilangan Ibunya saat meninggalkan mereka.

...~▪︎▪︎▪︎~...

...~●○¤○●~...

Terpopuler

Comments

Gendhis

Gendhis

culek aja lahh itu mata

2024-12-17

1

☠𝐁𝐀ʰᵃ

☠𝐁𝐀ʰᵃ

bargani ambisi 😆😆

2024-04-24

2

🍁Ƭɧเɛɛ❣️❀∂я 💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

🍁Ƭɧเɛɛ❣️❀∂я 💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ

menjijikan bargandul😠👹🤬

2024-03-18

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!