...~•Happy Reading•~...
Nestri menyadari, Enni curiga Bargani ada punya hubungan tertentu dengan wanita yang mereka lihat tadi. Itu terlihat dari sikap Enni yang tidak mau berlama-lama dengannya dan langsung meninggalkan mereka berdua makan sendiri.
"Ooh, itu hanya client. Mas Gani sedang tangani kasus penipuan wanita itu." Nestri menjelaskan agar bisa mengurangi rasa curiga Enni terhadap Bargani.
"Client...? Ko', begitu...? Lupakan, deh... Mba lebih tau." Enni tidak meneruskan ucapannya, nanti menyinggung kakaknya. Padahal dia mau mengatakan, client ko' mesra bangeett... Bukan saja pegang tangan, tapi mengelusnya. Itu yang dilihatnya dari jauh.
"Nanti gajian, Mba' ganti duitmu yang tadi, ya." Ucap Nestri, lalu berdiri untuk meninggalkan Enni yang sudah duduk di atas tempat tidur.
"Ngga usah, Mba. Enni masih ada duit. Nanti kalau kurang, Enni minta." Enni tidak turun dari tempat tidur, saat kakaknya keluar dari kamar. Dia jadi sedih memikirkan kakaknya yang pacaran dengan pria yang kurang baik, menurut perasaannya.
^^^Walaupun tampan untuk ukuran seorang polisi, tapi auranya sangat negatif dan tidak menyenangkan. Itu terlihat jelas dari sikap dan terutama matanya.^^^
^^^Enni mengingat pesan Almh. Ibunya. 'Mata adalah cerminan hati seseorang. Jadi kau bisa mengenalnya dari mata, sebelum bergaul dengannya.'^^^
Tanpa diketahui oleh Nestri dan Enni yang sedang berbincang-bincang di kamar, Bargani sedang memutar lapangan bola untuk memastikan bahwa Enni sedang berada di sana bersama adiknya.
Pertemuan dengan Enni telah mempengaruhi akal dan pikirannya. Di matanya, Enni bukan saja cantik wajahnya, tapi juga penampilan fisik membuat matanya tidak mau beranjak.
Melihat dari jauh saja, pikirannya sudah melalang buana ke berbagai benua wanita. Apa lagi bisa berada di dekatnya dan memegang atau dll nya.
Hal itu membuat dia memutar otak agar bisa bertemu lagi dengan Enni. Baginya, Nestri sudah tidak menarik lagi baginya. Enni menjadi tantangan baru baginya untuk ditaklukan.
...~▪︎▪︎▪︎▪︎~...
Setelah pertemuan dengan Nestri dan Enni di Mall, Bargani mulai mau menjemput dan mengantar Nestri dari dan ke kantor. Semuanya dilakukan agar bisa bertemu dan melihat Enni.
Walaupun Nestri merasa heran dengan sikap Bargani, tapi hatinya senang. Sekarang Bargani lebih perhatian dan sayang padanya. 'Mungkin Bargani mau lakukan itu, karena merasa bersalah padanya atau dia tahu Ayahnya sudah jarang pulang ke rumah.' Pikir Nestri, melihat perubahan sikap Bargani.
Sedangkan apa yang dilakukan Bargani, membuat Enni merasa tidak nyaman. Sehingga dia akan berangkat ke kampus lebih dulu, atau kembali tidur, jika kuliah siang. Dia akan bangun setelah kakaknya berangkat ke kantor.
Dia tidak bisa katakan apa-apa pada kakaknya tentang Bargani, karena dia tidak lakukan apa-apa yang membuat Enni bisa protes. Sebab apa yang dirasakannya tidak bisa dibuktikan.
Jika dia katakan pada kakaknya, Bargani sering melihatnya saat bertemu, kakaknya akan berpikir dia menaruh hati pada pacarnya. Jadi Enni menghindar sebisanya dengan cara yang bisa dia lakukan.
Seperti hari ini, hampir dua minggu berlalu setelah pertemuannya di Mall dengan Bargani. Enni sedang berjalan dengan teman-teman sambil bercanda keluar dari kampus.
"Enniiii...!" Tiba-tiba ada suara pria memanggil namanya, membuat Enni mencari sumber suara untuk mengetahui siapa yang memanggilnya. Ketika melihat siapa yang memanggilnya, Enni langsung memegang lengan salah seorang teman yang ada di dekatnya.
Enni sudah tidak bisa hindari, jadi dia berjalan ke dekat Bargani yang sedang duduk di atas motor dan sudah memegang helm di tangannya.
"Ada apa, Kak...?" Tanya Enni cepat, tanpa melihat wajah Bargani.
"Ayo, aku antar pulang..." Bargani berkata lalu mau melepaskan helm cadangan dari motornya.
"Maaf, Kak. Saya belum pulang. Kami masih mau mengerjakan tugas. Trima kasih." Enni berusaha berbicara baik, lalu segera balik berkumpul dengan teman-temannya.
"Siapa, Enni? Kau sudah dijemput?" Tanya salah satu teman pria yang berada dalam kelompak, lalu mdlihat ke arah Bargani yang belum beranjak dengan motornya.
"Jangan melihat ke sana, Jer. Itu pacar kakakku, nanti dikira kita sedang bicarakan dia. Dia mau jemput aku, tapi aku ngga mau." Enni berkata pelan sambil menyenggol lengan Jerry.
"Kita ngobrol di sini sampai orangnya pulang dulu, ya. Please..." Enni berharap dia tidak ditinggal oleh teman-temannya.
"Ya, sayang, hari ini aku ngga bawa motor. Kalau bawa, aku sudah mengantarmu pulang." Ucap Jerry yang melihat Enni agak panik dan tidak tenang.
"Ngga papa. Temani ngobrol dulu, sampai orangnya pergi, baru kita pulang." Enni berkata pelan dan berharap dukungan dari teman-temannya.
"Kalau begitu, mari kita pergi minum di situ. Ngga enak berdiri terus di sini. Nanti orangnya ngga pergi-pergi." Jerry mengajak kelima temannya untuk pergi ke warung terdekat.
"Iya, deh. Thanks." Enni menyetujui, sebab pikirnya, anggap saja mereka sedang mengerjakan tugas sambil minum warung.
Saat mereka berjalan meninggalkan depan kampus, Bargani langsung membawa motornya dengan kesal, melihat Enni dan kelima temannya berjalan tanpa menghiraukannya. Bargani emosi, sebab dia berpikir mungkin ada pacar Enni diantara teman-temannya.
Menjelang sore, Enni tiba di rumah. Dia dan teman-teman pergunakan waktu menemaninya, sambil mengerjakan tugas kuliah. Enni minta pulang setelah memperkirakan kakaknya dan Acel sudah ada di rumah.
"Dek, ko' baru pulang sekarang?" Tanya Nestri yang baru keluar dari kamar mandi. Enni melihat kakaknya dengan alis bertaut, heran.
"Bentar, ya, Mba. Enni mau mandi dulu." Enni tidak mau bicarakan yang dialaminya di kampus, sebab suasana hatinya kurang baik. Dia khawatir akan ribut dengan kakaknya, karena kelakuan pacarnya.
Selesai mandi dan minum air dingin, Enni menuju kamar kakaknya lalu mengetuk pintu. Dia mau bicara berdua dengan kakaknya, agar tidak didengar oleh adik mereka, Acel.
"Ada apa, Dek..." Tanya Nestri yang melihat wajah Enni serius, tidak seperti biasanya.
"Begini, Mba. Lain kali ngga usah minta Kak Gani jemput aku di kampus. Aku ada banyak tugas kuliah dan bisa pulang sendiri." Enni berkata serius dan tegas. Nestri terkejut mendengar ucapan Enni, sebab dia tidak meminta Bargani menjemput Enni di kampus.
"Menjemputmu di kampus? Mba ngga minta jemput ko'. Mungkin lewat sana dan lihat Ade, kali. Jadi sekalian ngajak." Ucap Nestri, tapi dia berpikir tentang apa yang dikatakan Enni. Tadi Bargani saat jemput dia pulang kantor, tidak bilang apa-apa tentang itu.
"Tapi Mba Nes kasih tau kampus Enni padanya?" Enni heran dengan jawaban kakaknya.
"Iya. Mas Gani tanya, kau kerja atau kuliah. Jadi Mba kasih tau, kau kuliah di sana." Nestri ingat pertanyaan Bargani saat mereka makan di Mall.
"Nanti Mba bilang sama Kak Gani, ngga usah jemput Enni di kampus atau dimana saja, ya. Nanti ada yang naksir Enni, jadi mundur sebelum maju." Enni berusaha bicara santai dan tenang, agar kakaknya tidak berpikir dia sedang kesal.
"Kau bisa saja, Dek. Iya, nanti Mba bilang." Ucap Nestri sambil berpikir, cara bicara dengan Bargani. Dia tidak menyangka, Bargani mau jemput Enni di kampus.
...~▪︎▪︎▪︎~...
...~●○¤○●~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Bambut That
pemain
2024-08-13
0
☆《𝕴𝖐𝖇𝖆𝖑》☆
jaga jarak adalah solusi terbaik sih
2023-12-18
3
🏘⃝Aⁿᵘ𝐀⃝🥀му𒈒⃟ʟʙᴄ𝐙⃝🦜ˢ⍣⃟ₛ
harusnya kamu curiga dengan bang Gani mu itu Nes
2023-12-11
3