...~•Happy Reading•~...
Prita jadi menatap Enni serius, sebab tidak mengerti. Mengapa Enni melihatnya dengan mata membulat, seakan tidak mengerti yang dia katakan.
"Ada apa? Sekarang mandi, lalu istirahat. Hari ini belum kerja, kau diijinkan untuk istirahat sambil menyesuaikan diri dengan keadaan di sini. Nanti besok baru dengar pekerjaan apa yang akan diberikan Mami Sin untukmu." Prita menjelaskan lagi, sebab tugasnya untuk menemani Enni menyesuaikan diri di awal keberadaannya di tempat itu.
^^^Mendengar apa yang dikatakan Prita, Enni hanya diam dan tidak mengiyakan. Dia belum memahami maksud Prita, tapi mengikutinya untuk mengetahui apa yang dia maksudkan.^^^
"Maaf, Mba. Saya bisa mandi sendiri. Bisa tinggalkan saya?" Enni berkata pelan, saat mereka sudah dalam kamar mandi dan melihat Prita tetap berada dalam kamar mandi bersamanya.
"Maaf juga, ngga bisa. Sebab aturan di sini seperti ini. Semua gadis yang pertama kali berada di sini, harus dimandikan. Aku juga mengalaminya. Dimandikan, agar benar-benar bersih." Ucapan Prita membuat Enni mundur ke arah tembok kamar mandi, sambil mengangkat kedua tangan memeggang pakaiannya, erat. Dia tidak mau pakaiannya dilepaskan, apa lagi dimandikan.
"Tenang saja. Aku bukan jeruk makan jeruk. Aku masih normal. Aku hanya bantu bersihkan punggungmu. Kau sendiri yang akan bersihkan daerah pribadimu." Ucap Prita untuk menenangkan Enni, sebab dia melihat Enni gemetar dan ketakutan. Jadi dia melonggarkan aturan yang berlaku di tempat itu.
"Kau harus terbiasa dengan situasi ini, sebab sudah ada di sini. Sekarang tubuhmu bukan lagi milikmu sendiri. Jadi coba belajar dan jangan ketakutan seperti itu." Prita berkata pelan, dan berusaha menenangkan Enni. Dia tidak boleh bersikap tegas terhadap Enni, sebab dia khawatir kondisi mentalnya.
^^^Enni berjalan mendekat ke arah Prita, lalu melepaskan pakaiannya satu persatu dengan wajah memutih dan tangan gemetar. Dia terus menunduk, tanpa melihat ke arah Prita. Apa yang sedang dilakukannya seakan merobek jiwa dan raganya.^^^
^^^Enni mengerti yang dikatakan Prita, jadi dia benar-benar pasrah dengan apa yang terjadi. Selain tangannya gemetar, air matanya menetes tanpa bisa ditahan. Tanpa berkata dan melihat Prita, perlahan dia duduk berjongkok di lantai setelah melepaskan pakaiannya.^^^
^^^Prita jadi terdiam dan sedih melihat Enni yang ketakutan dan menangis terisak, dalam diam. Hanya pundaknya yang bergerak turun naik, menandakan dia sedang menahan tangis.^^^
Prita mengambil shower, lalu membasahi tubuh Enni yang sedang membelakanginya. Dia membuka kunciran rambut Enni lalu menyiram sambil menggerai rambutnya, agar basah merata.
"Rambutmu sangat lebat dan indah. Dirawat saja dengan baik. Ada semua perawatan rambut dan tubuh di sini. Kau bisa gunakan sesukamu." Prita menjelaskan sambil memberikan shampo ke rambut Enni.
"Nanti aku minta sama Mami Sin, agar bisa sering-sering datang berbicara denganmu." Ucap Priska pelan, sambil membersihkan shampo di rambut Enni, lalu menggosok punggungnya yang mulus dan seperti warna gading.
^^^Enni hanya diam menerima dengan berurai air mata sambil memeluk kedua lututnya. Dia berharap, Prita adalah orang baik yang bisa menolongnya, agar dia bisa bertanya sesuatu yang pribadi atau sebagai tempat minta tolong dalam keadaan yang tidak dia mengerti.^^^
^^^Apa yang dilakukan Lusina padanya membuat dia tidak mudah percaya pada orang lain, apa lagi orang baru dikenalnya. Oleh sebab itu, dia hanya diam menerima dan berharap ada setitik kebaikan yang bisa dia dapatkan di tempat itu.^^^
"Ini aku sudah gosok punggungmu. Sekarang kau bisa mandi sendiri. Tapi jangan lama-lama, nanti ada yang datang. Aku tunggu di luar." Ucap Priska cepat, sambil menyerahkan perlengkapan mandi untuk Enni lalu membuka pintu kamar mandi. Dia menghargai keinginan Enni untuk mandi sendiri.
Tapi dia berdiri di depan kamar mandi sambil berharap, Enni bisa mandi dengan cepat, sebelum Mami Sinna atau pelayan datang membawa pakaian untuknya. Agar dia tidak dimarahi, telah membiarkan Enni mandi sendiri.
"Mba, bolehkah aku pakai handuk di sini?" Tanya Enni yang tiba-tiba buka pintu dan melogokan kepalanya untuk mencari Prita.
"Iyaa. Cepat pakai handuknya..." Prita segera mendorong pintu kamar mandi, lalu masuk ke dalam untuk menunjukan apa yang harus dipakai Enni. Agar dia tidak berlama-lama di kamar mandi.
^^^Priska langsung masuk ke kamar mandi lagi, sebab dia tahu Enni sudah selesai mandi. Agar jika ada yang datang ke kamar, bisa melihat dia baru keluar dari kamar mandi bersama Enni.^^^
Prita meminta Enni pakai mantel mandi setelah tubuhnya dikeringkan dengan handuk. "Sini, aku keringkan rambutmu." Prita melilit handuk di kepala Enni lalu mengajaknya keluar dari kamar mandi.
"Kau sudah selesai memandikannya?" Tanya Bu Sinna yang sudah berada dalam kamar Enni. Membuat Prita bernafas lega, sambil memegang lengan Enni, agar bisa lebih tenang.
"Sudah Mami Sin. Kami lagi tunggu bajunya." Jawab Prita cepat, lalu mengajak Enni untuk duduk di depan meja rias. Prita bersikap serius, tidak seperti saat mereka berdua ada di kamar mandi.
"Peringatkan dia untuk tidak menangis. Matanya bisa bengkak." Ucap Bu Sinna saat melihat mata Enni agak memerah.
"Sudah, Mami Sin. Tadi saya pakein shampo agak banyak, sebab rambutnya tebal. Mungkin ada busa shampo yang masuk ke matanya." Ucap Prita memberikan alasan, agar mereka berdua tidak kena marah. Terutama Enni, sebab itu bisa merusak penampilannya.
Enni jadi sadar, Prita sedang membelanya dari Mami Sinna. Sebab Prita tahu, tadi dia sedang menangis. "Baik. Hati-hati dengannya." Bu Sinna berkata tegas, lalu keluar kamar meninggalkan mereka.
Tidak lama kemudian seorang wanita masuk sambil membawa tas kecil di tangannya. "Ini pakaiannya." Dia meletakan tas pakaian tersebut di lantai dengan kasar.
"Eeeh, napa luuu..." Tanya Prita kepada wanita yang baru masuk tanpa berhenti mengeringkan rambut Enni.
"Baru datang sudah dikasih kamar ginian. Kita yang bertahun-tahun, masih di kamar standart." Wanita itu mengajukan rasa kesal dan protes, saat melihat isi kamar Enni.
"Napa protes dan kesal samanya? Sanaaa, minta sama Mami Sin. Siapa tau dipindahin ke kamar ginian..." Prita berkata lagi, tanpa peduli dengan kekesalan wanita tersebut.
"Ngga usah pura-pura. Kau iri juga, kan?" Wanita tersebut berkata serius dengan mimik wajah sinis ke arah Prita dan Enni.
"Dinaa, dengar, ya. Aku ngga ngiri, tapi tau diri. Lihat dirimu dan diriku. Siniii, ngacaaa... Supaya kau tau, mengapa dia ditempatkan di sini." Prita berkata sambil melambaikan tangannya ke arah Dinaa.
^^^Prita berkata demikian, agar Dinaa bisa berdiri berdampingan dengan Enni. Jadi dia tidak perlu menjelaskan perbedaan wajah dan tubuhnya dengan Enni. Dan mengapa mereka diperlakukan berbeda dengan Enni oleh Bu Sinna.^^^
"Ngga usah pura-pura dan merasa cantik. Apa bedanya kau denganku? Kau ingin di kamar begini juga, kan?" Dinaa masih kesal dengan apa yang dilihatnya di kamar Enni, hingga mencari teman untuk protes.
Dia tahu, kamar yang ditempati mereka menunjukan kelas dan juga siapa pelanggan yang akan mereka layani. Semuanya berhubungan dengan penghasilan atau tips yang akan mereka terima dari para pelanggan.
...~▪︎▪︎▪︎~...
...~●○¤○●~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻Stargirl✨
Bagus sih kalau ada yang pandu gitu, yang bingung baru masuk dah di kasih tugas namun itu mana mungkin ya kan?
2023-11-19
4
🏠⃟ᵐᵒᵐરuyzz🤎𝐀⃝🥀ˢ⍣⃟ₛ🍁🥑⃟❣️
waduh yg berkelas... ada pula yg iri... apaan sih... kasian kamu en moga ada jalannya
2023-11-13
3
☠ᵏᵋᶜᶟ Fiqrie Nafaz Cinta🦂
huhh... wanita ngajak ribut nih.... tenang jngan garang dan galak sesama wanita... nty kamu butuh wanita
2023-11-13
3