06. Jejak 5.

...~•Happy Reading•~...

Enni berusaha menguasai dirinya dengan menunduk dan berpikir baik, agar kakaknya tidak bertanya atau berprasangka buruk padanya.

"Ada apa Dek?" Tanya Nestri yang melihat perubahan sikap, wajah Enni dan tidak happy.

"Ngga papa, Mba. Kaget aja, abis Mba tiba-tiba bilang mau nikah, padahal sebelumnya ngga pernah ngomong apa-apa." Enni mencoba bersikap santai, sedangkan Acel hanya diam sambil melihat kedua kakaknya bergantian. Dia hanya mengikuti yang baik menurut kakak-kakaknya.

"Ooh, iya, Dek. Tadi baru diajak bicara Mas Gani. Mba kasih tau berdua dulu, lalu mau kasih tau Ayah. Kami ngga rame-ramein. Nikah sederhana saja." Nestri menjelaskan apa yang dikatakan Bargani saat dia menjemputnya dari kantor.

^^^Penjelasan Nestri makin membuat Enni khawatir. Dia jadi mengaitkan dengan kejadian tadi siang di kampus, saat Bargani melihat dia keluar kampus dibonceng Jerry.^^^

^^^'Apakah kejadian itu mendorongnya untuk menikah dengan Mba Nestri?' Enni bertanya dalam hati, saat memikirkan apa yang sedang terjadi dengan kejadian di depan kampus.^^^

"Apa masih lama, Mba?" Enni berharap masih lama, agar dia masih punya waktu untuk berpikir dan cari cara yang baik.

"Ngga, Dek. Kalau Mas Gani sudah bicara dengan Ayah dan Ayah setuju, kami langsung menikah. Cepat atau lambat, sama saja. Kami ngga rame-ramein, ko'. Jadi lebih baik secepatnya saja." Nestri menjelaskan lebih detail, agar Enni tidak bertanya lagi.

Enni melihat Nestri dengan berbagai pertanyaan di benaknya, diantaranya. 'Apakah Mba Nes sudah hamil, hingga mereka mau cepat menikah?' Enni berpikir demikian, sebab melihat perilaku pacarnya yang seperti buaya jadi-jadian.

Jika demikian, Enni tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia berharap, bukan karena dia. Dia berharap juga, setelah menikah, mereka tidak tinggal bersama mereka. 'Tidak apa-apa kalau Ayah mau bawa pulang istrinya ke rumah.' Enni membatin.

Dia berpikir juga, kalau kakaknya menikah dan ikut suaminya, pasti Ayahnya akan pulang ke rumah bersama istri barunya. Tidak mungkin kakaknya akan membiayai mereka berdua lagi.

Memikirkan kakaknya akan menikah dan meninggalkan mereka, hati Enni sedikit lega. Dia berharap demikian, tapi hatinya pasrah pada keputusan kakak dan Ayahnya.

...~▪︎▪︎▪︎~...

Tiga bulan kemudian, Bargani dan Nestri melangsungkan pernikahan di rumah mereka. Benar-benar sederhana seperti yang dikatakan Nestri pada kedua adiknya.

Pak Belino hanya datang sebagai wali Nestri. Sebab setelah berbicara dengan Bargani, Ayah Nestri setuju dengan konsep pernikahan yang dikatakan oleh Bargani dan Nestri. Yang penting mereka menikah secara resmi dan juga nikah dinas di kepolisian.

Ayah Nestri tidak bisa menuntut lebih, sebab tidak bisa menyumbang materi untuk pernikahan putrinya. Jadi Pak Belino menerima apa yang sudah diatur Bargani dan Nestri.

Pak Belino sudah tidak memiliki harta yang bisa untuk dijual lagi. Semua tanah yang dimiliki saat menikah dengan Almh. Ibu Nestri telah dijual untuk bisa menghidupi istri baru dan semua keinginannya.

Selain keterbatasan dana, pangkat Bargani lebih tinggi di kepolisian dari Pak Belino. Jadi ikut saja permintaan Bargani.

Selain itu juga, Pak Belino setuju atas pernikahan mereka, karena Nestri dan Bargani bersedia tetap merawat dan menghidupi Enni dan Acel, juga membiayai pendidikan mereka.

Dengan persetujuan itu, pupus harapan Enni agar Ayahnya pulang ke rumah atau kakaknya keluar dari rumah setelah pernikahan mereka. Justru Bargani yang datang tinggal bersama mereka.

Sedangkan Acel senang-senang saja dengan kehadiran Bargani tinggal bersama mereka. Karena sudah lama tidak ada sosok lelaki dewasa di dalam rumah. Sehingga dia menganggap Bargani sebagai pengganti Ayahnya yang sudah jarang datang melihat mereka, apa lagi tinggal bersama.

Jadi setelah pernikahan Nestri dan Bargani, hari-hari Enni tinggal dalam rumah seperti berada di tepi jurang. Apa pun yang dia lakukan harus berhati-hati dan waspada terhadap interaksi yang terjadi dengan Bergani. Sebab kadang Bargani mencuri kesempatan untuk bisa bersenggolan dengannya saat berada dalam rumah.

Jadi Enni lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah, terutama jika kakaknya belum pulang dari kantor. Dia akan menghabiskan waktu di perpustakaan dari pada tinggal dan menghabiskan waktu di rumah sendiri atau berdua dengan Acel. Dia khawatir, adiknya pergi keluar bersama teman-temannya hingga dia jadi sendiri di rumah dan Bargani tiba-tiba pulang ke rumah.

Semua hal itu lolos dari perhatian Nestri, karena sibuk dengan pekerjaan kantor dan juga melakukan banyak permintaan Bargani yang tiba-tiba. Nestri tidak menyadari perubahan itu, sebab sebelum menikah, Enni sudah sering pulang ke rumah setelah dia pulang dari kantor.

"Sekarang pulangnya malam terus, Dek. Tolong Mba nyiapin makanan buat kita makan malam, ya. Biar Mas Gani pulang sudah matang." Nestri berkata saat melihat Enni masuk rumah.

"Iya, Mba. Abis mandi, Enni bantu Mba masak." Enni jadi kasihan melihat kakaknya yang kecapean, karena pulang kerja harus masak. Semua yang biasa dilakukan Enni saat pulang kuliah untuk mereka bertiga.

Namun setelah kakaknya menikah, dia sudah tidak bisa lakukan lagi. Kecuali Bargani sedang tugas ke luar kota, Enni akan pulang seperti biasa untuk membuat masakan bagi mereka bertiga.

"Dek, ada masalah di kampus? Ko' pulang malam terus?" Tanya Nestri sambil mereka memasak.

"Ngga, Mba. Hanya sekarang harus giat dan tekun belajar, agar tetap bisa dapat beasiswanya. Sekarang banyak mahasiswa baru yang pintar-pintar dan berprestasi. Jangan sampai beasiswaku lolos." Enni berkata sambil membantu Nestri, tanpa melihatnya.

"Jangan paksain diri, Dek. Nanti Mba bicara lagi dengan Ayah." Nestri berkata untuk menghibur adiknya, agar bisa sedikit santai.

"Iya, Mba. Tenang saja. Semoga tetap aman. Ini sudah selesai, Enni taru di meja, yaa." Nestri mengangguk, mengiyakan. Enni menata semua masakan di meja lalu keluar dari dapur untuk memanggil Acel.

^^^Enni berdiam diri lama di kamar Acel, agar dia tidak dimintain tolong oleh kakaknya untuk memanggil Bargani. Setelah mendengar suara orang berbicara di dapur, Enni dan Acel keluar dari kamar menuju dapur.^^^

Mereka berempat makan tanpa suara. Tidak ada canda atau cerita yang mereka ceritakan seperti biasa. Semuanya konsentrasi pada makanan yang ada di atas meja. Nestri hanya bisa melirik kedua adiknya, karena menyadari Bargani yang diam dan kaku terhadap kedua adiknya.

Setelah selesai makan, Enni merapikan meja makan seperti biasanya, lalu meletakan peralatan makan kotor di tempat cuci piring. Dia langsung mencuci piring seperti biasa, agar besok pagi tidak perlu bangun pagi.

Tiba-tiba Enni sangat terkejut, saat Bargani mendekatinya lalu mengambil busa sabun di tangannya, lalu menggosok kedua tangannya ke tangan Enni. Membuat Enni melepaskan gelas di tangannya tanpa berpikir gelas akan pecah, lalu menarik tangannya dengan kuat.

Dia meninggalkan tempat cuci piring dengan tangan berbusa sabun, sambil melap pada bajunya. Dia berjalan cepat ke kamarnya, sebab merasa jijik dengan cara Bargani mencuci tangannya dengan busa sabun yang ada di tangan Enni.

Dan juga, Enni segera pergi meninggalkan tempat cuci piring, sebelum tergoda dengan pisau dapur yang ada dalam tempat cuci untuk menusuk tangan Bargani yang lancang memegang tangannya dan mengusapnya dengan kurang ajar.

...~▪︎▪︎▪︎~...

...~●○¤○●~...

Terpopuler

Comments

Bambut That

Bambut That

hahahhahha, komodo

2024-08-13

0

🏘⃝Aⁿᵘ𝐀⃝🥀му𒈒⃟ʟʙᴄ𝐙⃝🦜ˢ⍣⃟ₛ

🏘⃝Aⁿᵘ𝐀⃝🥀му𒈒⃟ʟʙᴄ𝐙⃝🦜ˢ⍣⃟ₛ

itu raja buaya Enni, lebih balik kamu ngga tinggal serumah sama kakak mu dan suami raja buayanya itu

2023-12-14

3

༄༅⃟𝐐༄SN⍟MakMikha ˢ⍣⃟

༄༅⃟𝐐༄SN⍟MakMikha ˢ⍣⃟

Dasar ipar gila

2023-12-11

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!