...~•Happy Reading•~...
Setelah kembali dari toilet, Enni terkejut melihat wajah kakaknya sudah cerah dan sedang dipegang tangannya oleh pria itu. Membuat Enni kembali ke toilet, makin mual dan ingin mengeluarkan isi perutnya yang hanya berisi air.
'Ini yang dibilang cinta buta, atau cinta membuat bodoh.' Enni membantin, sambil mencipratkan wajahnya dengan air dari kran untuk menjaga kewarasannya.
Setelah sedikit lebih tenang, dia kembali keluar dari toilet menemui kakaknya. Dia bergidik melihat pandangan pria itu yang melihatnya bagaikan baru melihat makhluk wanita, berjalan di atas lantai.
"Mba, pesananku dimakan saja, ya. Aku mau beli punya Acel untuk dibawa pulang. Mungkin sekarang dia sudah di rumah." Enni pamit kepada kakaknya dan langsung keluar dari restoran itu, tanpa menunggu jawaban dari kakaknya.
Enni berjalan cepat menuju restoran sebelumnya untuk membeli menu yang direncakan buat Acel. Dia mau beli juga buat dirinya, agar segera meninggalkan Mall. Sedangkan Nestri beranggapan, Enni memberikan kesempatan baginya berdua dengan pacarnya.
^^^Walaupun tidak suka dengan tindakan Enni, pacar Nestri menahan emosinya dengan bersikap baik dan bertanya tentang gadis yang baru meninggalkan mereka.^^^
"Siapa dia?" Tanya pria itu sambil melihat punggung Enni yang sedang keluar dari restoran.
"Dia adikku, Enni. Maaf Mas, belum sempat berkenalan." Nestri jadi tidak enak, karena Enni langsung pergi tanpa berkenalan dengan pacarnya. Padahal, tadi dia sudah menunggu untuk memperkenalkan Enni pada pacarnya.
"Ooh, adikmu. Padahal dia bisa makan bersama kita." Pria itu masih mencoba menahan diri dengan bersikap baik, agar bisa bertanya tentang Enni pada Nestri.
"Dia mau bawa lauk buat adik kami di rumah. Mungkin karna melihat Mas Gani sudah temani aku, jadi dia buru-buru pulang bawain lauknya." Nestri coba menjelaskan sesuatu yang bisa diterima oleh pacarnya.
^^^Padahal dia sendiri bingung dengan sikap Enni yang tidak biasanya. Enni adalah adiknya yang baik dan ramah dengan siapa saja, apa lagi pada teman kuliah atau kantornya.^^^
^^^Nestri juga berpikir, Enni bisa tinggal untuk makan bersama mereka, sambil mengakrabkan diri dengan pacarnya. Namun Nestri berusaha tidak membahas adiknya, karna ada yang mengganjal di hatinya.^^^
"Mas Gani, benar wanita tadi hanya client? Mengapa pake pegang tangan segala?" Nestri bertanya, karena masih meragukan penjelasan pacarnya. Dia terlihat mesra dengan wanita yang bersamanya.
"Iya, hanya client. Dia sedang ditipu, soal utang piutang. Jadi minta tolong aku tangani dan tadi sedang meyakinkan dia, aku bisa bantu." Pacar Nestri menjelaskan sekenanya, agar bisa diterima. Dia masih mau menanyakan tentang Enni dan tidak suka kalau Nestri mulai 'cek end ricek'.
Nestri bisa terima penjelasan pacarnya, karena Bargani seorang polisi. Sehingga bisa berhubungan dengan kasus seperti itu, seperti Ayahnya. Nestri juga tidak mau memperpanjang dengan membahas tentang itu, agar pacarnya tidak emosi dan meninggalkannya.
Melihat reaksi Nestri, Bargani merasa sedikit tenang. Dia makan menu yang dipesan untuk Enni, sambil memutar otaknya untuk bertanya tentang Enni dan aktivitasnya.
Dia ingin tahu, apakah Enni sudah bekerja, atau belum dan lain sebagainya. Ketika dibilang masih kuliah, Bargani menanyakan lebih detail tentang itu, dengan kata-kata yang samar agar Nestri tidak curiga.
"Ada apa, Mas?" Sikap Bargani yang tidak membicarakan tentang hubungan mereka, yang mulai jarang bertemu di jam istirahat kantor, tapi malah menanyakan kegiatan hari-hari Enni membuat Nestri heran.
Walau pun Nestri merasa heran dan aneh dengan sikap Bargani, dia berusaha mengendalikan diri, karena dia sangat mencintainya. Dia tidak mau Bargani marah, sebab dia sudah merasa ada perubahan sikap Bargani padanya belakangan ini.
Terutama setelah mereka melakukan mantap-mantap di ranjang hotel melati beberapa waktu lalu. Jadi dia tidak mau menambah jarak di antara mereka, atau ditinggal pergi oleh Bargani. Sehingga dia tidak mau memancing emosi atau pertengkaran.
"Ayo, mari aku antar pulang. Soalnya, aku ngga bisa lama, mau bertugas." Bargani berkata cepat, setelah mereka selesai makan. Walaupun Nestri masih ingin berlama-lama, dia mengangguk, senang.
Selama ini, Bargani tidak pernah mau mengantarnya pulang, karena tidak mau bertemu dengan Ayahnya. Tapi sekarang mau mengantar, itu adalah sinyal bagus, jadi Nestri menurut dengan hati senang.
...~▪︎▪︎▪︎~...
Enni yang sudah tiba di rumah, segera makan walau hatinya kesal. Tadinya mau makan di luar dan bersenang-senang dengan kakaknya buyar seketika, karena bertemu dengan pacar kakaknya yang tidak menyenangkan.
Dia menyimpan menu buat Acel, karena belum pulang dari nonton bola, lalu duduk di dapur memikirkan kakaknya.
Saat mendengar, suara motor berhenti di depan rumah, Enni berdiri lalu mengintip keluar jendela untuk melihat siapa yang datang. Ketika melihat kakaknya turun dari motor, Enni segera masuk kamar dan naik tempat tidur.
'Kok mereka cepat pulang?' Tanya Enni dalam hati, karena melihat pacar kakaknya yang mengantar saat melepaskan helm nya.
'Mungkin karna naik motor, aku naik angkot, jadi aku yang lama di jalan.' Enni membantin, mencoba berpikir positif dan mengabaikan semua praduga negatif.
"Deeek..." Teriak Nestri memanggil Enni saat masuk ke dalam rumah.
Enni tidak menjawab, karena belum mendengar bunyi motor meninggalkan halaman rumah. Dia yakin, kakaknya mau memperkenalkan dia pada pacarnya.
Enni berpikir, buat apa berkenalan dengan pria seperti itu. Gelagatnya, tidak akan lama berhubungan dengan kakaknya. Sebab matanya tidak bisa lihat wanita lain, di depan kakaknya. Enni terus berkata dalam hati sambil berusaha bertahan di tempat tidur, seakan sedang tidur.
"Mas, mungkin Enni sedang keluar menyusul Adek kami yang sedang nonton bola dan lupa waktu." Nestri berkata cepat, saat tidak mendengar sahutan Enni.
"Ok... Aku pamit..." Hanya itu yang terucap dari bibirnya, lalu menaikan standart motornya.
'Mas ngga mampir, du lu...' Nestri mau bertanya demikian, tapi ditahannya. Sebab dia melihat Bargani telah memakai helm dan menyalakan mesin motornya.
Setelah motor Bargani berlalu dari depan rumah, Nestri segera masuk ke dalam rumah untuk mencari keberadaan Enni dan Acel.
"Dek, kau ngga papa?" Tanya Nestri sambil menggoyang kaki Enni yang sedang tidur. Dia terkejut melihat Enni sedang tidur, padahal belum waktunya istirahat siang.
"Mba sudah pulang? Enni ngga papa. Tadi hanya sedikit pening, jadi dibawa merem saja." Enni menjawab, tapi tidak bangun. Dia khawatir kakaknya curiga, kalau dia hanya pura-pura tidur.
"Ooh, padahal tadi Mba mau kenalkan Mas Gani padamu." Nestri berkata pelan, sambil duduk di kursi meja belajar Enni.
"Siapa Mas Gani, Mba? Pria yang tadi bersama Mba?" Tanya Enni, karena dia melihat kakaknya ingin bicara dengannya.
"Iyaa... Mas Gani tadi pacar Mba yang pernah Mba ceritain itu." Nestri menjelaskan sambil melihat Enni yang terus berbaring.
"Oh. Orangnya teman kantor Mba Nes?" Tanya Enni ingin tahu.
"Bukan. Polisi seperti Ayah. Hanya pangkatnya lebih tinggi dari Ayah." Ucap Nestri lagi.
"Maaf, Mba. Lalu wanita tadi yang bersamanya itu siapa?" Enni bertanya hanya mau membuat kakaknya berhati-hati, jangan sampai dia punya pacar lain, atau sudah beristri.
Walau pun Enni belum punya pacar, tapi dia belum pernah melihat pria seperti pacar kakaknya yang melihat dia seperti itu. Terkesan kurang ajar, karena melihatnya dari atas ke bawa seperti sedang memeriksa ikan yang mau dipanggang dan melahapnya.
...~▪︎▪︎▪︎~...
...~●○¤○●~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Bambut That
pemain rupanya
2024-08-13
0
☠𝐁𝐀ʰᵃ
gani cari mangsa baru😅😅😅
2024-04-24
1
Nnek Titin
oknum yg playboy tuh kayanya atau mucikari yaa
cum ngkiu ngaku polisi
2024-01-20
3