Pada akhirnya Mavra dan Enrique tidak kembali ke Villa. Enrique sudah mengabari Marvel mengenai hal ini. Dan untungnya saudara kembar Mavra itu sama sekali tidak keberatan.
Setelah mendapat kabar dari Enrique, Marvel memberitahu seluruh keluarga agar tidak lagi mengkhawatirkan Mavra, karena sudah ada Enrique yang menjaganya.
Benjamin dan Giani akhirnya memutuskan ke mansion Jackson, sebelum besok mereka kembali ke Australia. Meski mereka sudah renta, tapi keduanya memiliki fisik yang kuat dan tangguh.
Marvel menghela napas lega. Semoga saja Enrique berhasil masuk perangkap kakaknya. Dia akan turut mendoakan kebahagiaan keduanya.
"Kalian berdua sungguh keterlaluan membuat jebakan yang mengguncang seluruh keluarga. Bahkan Enrique sampai 2 kali mendapat pukulan dari ayahmu dan kakek," ujar Lionel.
Saat ini Marvel, Lionel, Sean dan Beryl sedang duduk di tepi pantai. Mereka berkumpul di sana karena khawatir kakek dan neneknya mendengar masalah ini.
"Bagaimana lagi, Mavra tidak bisa membenci Enrique. Meski dia sudah minggat jauh selama 2 tahun, hatinya tetap terus tertuju pada pria itu."
"Jika begitu kenapa harus pakai kabur segala."
"Kau tahu kakakku itu manusia teraneh di muka bumi. Jadi jangan tanyakan kenapa. Bahkan selama dua tahun ini dia sudah bergonta-ganti pacar seperti ganti baju, sedangkan Enrique tetap setia mencari keberadaannya. Itu pun katanya dia hanya main-main dari pada bosan menunggu Enrique menemukannya."
"Aneh sekali, dia yang memblokir akses, dia juga yang berharap untuk ditemukan." Sean menggelengkan kepalanya sembari menenggak sekaleng bir yang ada di tangannya.
"Mavra ingin Enrique meningkatkan kemampuannya, tapi Mavra terlalu pintar, bagaimana bisa Enrique melampauinya?" Beryl ikut bersuara.
Mereka saja yang memiliki ikatan darah dengan Mavra masih sulit memahami Mavra. Apalagi Enrique. Para sepupu Mavra turut bersedih pada Enrique karena kelak memiliki istri yang begitu aneh dan terbilang sangat unik itu.
"Do'akan saja agar Enrique bisa bertahan menghadapi kakakku," kata Marvel. Lionel dan yang lainnya mengangguk.
Sementara itu, di apartemen Enrique, Mavra baru saja membuka mata. Dia tersenyum tipis saat menyadari Enrique juga terlelap di sampingnya.
Saat Enrique menggeliat, Mavra pura-pura kembali memejamkan matanya. Enrique sedikit memberi jarak agar dia bisa memandang wajah Mavra. Enrique lantas mengecup kening Mavra dengan hati-hati.
Saat Enrique bangun dan meninggalkan kamar, Mavra membuka matanya. Dia mengusap bekas ciuman Enrique di keningnya. Mavra merasakan ribuan kupu-kupu berterbangan diperutnya. Dia terkekeh sembari menatap ke arah pintu.
Mavra masuk ke kamar mandi dan mencuci muka serta menggosok gigi. Dia merapikan penampilannya sebentar, sebelum akhirnya dia keluar kamar.
"Jangan sampai dia lepas. Kalian harus terus memperhatikan wanita itu. Dengan siapa dia bekerja sama untuk menyakiti Mavra? Segera cari tahu."
Enrique lalu memutuskan panggilannya. Dia mencengkeram ponselnya dengan kuat karena merasakan kemarahan yang begitu besar. Mavra mengintip Enrique dari balik pintu. Dia menggigit bibir bawahnya demi menahan keinginannya untuk menerkam Enrique.
"Ah, sial sekali. Kenapa dia terlihat tampan dengan wajah marahnya. Apa karena 2 tahun aku tidak melihatnya, ya?"
Enrique berbalik, dia tersenyum mendapati bayangan Mavra ada di belakang pintu. Mavra pasti mencuri dengar percakapannya dengan anak buahnya.
Enrique berdeham, Mavra muncul di balik pintu dengan wajah datar.
"Kau sudah bangun?"
"Bagaimana kelihatannya?" Mavra berjalan keluar dengan mempertahankan wajah datarnya, meski dalam hatinya sedang berbunga-bunga.
"Aku sudah menghubungi keluargamu, jika kau akan menginap di sini."
"Memang sudah pasti aku mau tidur di sini?"
"Kau harus mau. Kakek dan nenekmu memberikan ijin, begitu juga dengan kedua orangtuamu."
"Pemaksa," desis Mavra sembari menghempaskan tubuhnya di atas sofa.
Enrique duduk di depan Mavra, matanya terus memindai wajah Mavra hingga membuat Mavra risih.
"Berhenti menatapku."
"Kenapa aku harus berhenti memandangi keindahan ini?"
"Terserah padamu." Mavra akhirnya memilih memainkan ponselnya dari pada terus mendebat Enrique. Mavra tak sadar jika kelakuannya terus diawasi oleh Enrique. Pria itu melihat pipi Mavra memerah hingga ke telinga.
Pada akhirnya Mavra benar-benar menginap di apartemen Enrique, tapi bedanya kali ini Enrique memilih tidur di kamar tamu. Mavra sedikit kecewa, tapi dia tidak berpikir untuk membujuk Enrique lagi. Mavra kini justru sedang sibuk memikirkan langkah untuk membuat Enrique semakin memperhatikan dirinya.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
fsf
oh good ternyata mavra cuma pura2 🤦 kasihan enrique
2024-12-19
1
aphrodite
cuma bisa ngangguk dan pasrah..Marva Ratunya apapun yg Ratu mau harus terkabul😂😂😂
2024-10-20
0
Mami Tenna
Enrique memilih tdr terpisah biar aman, tkt kebablasan y guys... ❤👍
2024-10-12
2