Beatrice meninggalkan kafetaria dengan dendam yang semakin membara pada Mavra. Bagaimana bisa wanita itu memutuskan Claude begitu saja dan sekarang sudah memiliki pacar yang lebih tampan.
"Sial! Tunggu aja, aku bakalan bikin kamu nyesel sudah merebut Claude dan menyia-nyiakannya," desis Beatrice. Wanita itu mengambil ponselnya dan kembali menghubungi temannya yang bernama Rocco.
("Halo, cantik.")
"Aku butuh orangmu lagi untuk menghabisi ja*lang itu."
("Oww, ada apa denganmu? Kau tidak lupa 'kan aku baru saja kehilangan 3 anak buahku karena perintahmu untuk menghabisi gadis itu?")
"Aku akan membayarmu lebih?"
("Bagaimana jika kita pakai cara halus. Aku akan mendekatinya dan lalu memghancurkannya.")
Beatrice mendengus mendengar jawaban Rocco. Dia tahu Rocco pasti menyukai Mavra. Dia tidak akan membiarkan hal itu. Rocco bisa saja membelot dan mengkhianatinya.
"Tidak, aku tidak suka idemu."
("Jika begitu cari orang lain untuk menjalankan rencanamu. Karena aku berniat untuk mendekatinya.")
"ROCCO!!" Beatrice memekik saat Rocco mematikan sambungan teleponnya. Beatrice mengumpat keras. Sungguh sangat menyebalkan.
Beatrice pergi dari kampus. Namun, dia tidak menyadari jika ada mobil Sedan hitam mengikutinya.
Di tempat lain, Mavra mendengus kesal melihat Enrique yang sejak tadi terus tersenyum menatapnya.
"Hentikan wajah bod*hmu itu. Kau membuatku muak."
Enrique semakin melebarkan senyumnya saat pikirannya tadi terus bergentayang di otaknya. Ya, pikiran mengenai Mavra yang hanya sedang mengelabuhinya karena ingin membalaskan dendam kesalahpahaman waktu itu.
"Apa wajahku sangat mengganggumu?" tanya Enrique.
"Ya! Sangat mengganggu."
"Begitu kah? Padahal banyak wanita yang memuja ketampanan ku, loh."
"Mereka semua buta," sarkas Mavra. Enrique sama sekali tidak marah, dia justru semakin tersenyum lebih lebar lagi.
"Bisakah kau berhenti tersenyum. Apa kau tidak takut gigimu kering?"
Mendengar ucapan Mavra, Enrique tidak tahan lagi untuk tidak mengacau rambut Mavra dengan usapan tangannya. Mavra mematung dengan wajah terkejut.
"Apa yang kau lakukan!" Mavra mendelik kesal dan merapikan rambutnya.
"Bagaimana kau akan menangani perempuan tadi?" tanya Enrique mengalihkan kekesalan Mavra. Bisa bahaya jika dia sungguhan marah padanya.
"Aku sudah mengurusnya. Kau pikir aku akan diam saja diperlakukan begitu."
"Tentu saja tidak. Mavra yang aku kenal tidak akan diam saja, tapi kau bisa menyerahkan masalah ini padaku. Jangan sibuk mengotori tanganmu dengan hal-hal yang tidak penting. Kau boleh mengandalkanku mulai sekarang dan seterusnya."
Enrique mengajak Mavra kembali ke mobilnya, dia membuka pintu belakang dan mengambil sebuah paperbag yang berisi kaosnya.
"Masuk dan ganti bajumu. Aku akan menunggu di luar."
"Kau gila?"
"Mobilku memiliki filter satu arah. Orang luar tidak akan bisa melihatmu di dalam," ujar Enrique.
"Kita kembali saja. Aku tidak nyaman karena semuanya lengket. Pakaian dalamku juga basah."
Enrique tidak membujuk Mavra, melainkan dia menuruti ucapan gadis itu. Dia membuka pintu depan dan mempersilahkan Mavra masuk. Enrique bergegas mengitari mobil, setelah memastikan Mavra duduk dengan nyaman.
Saat Enrique menutup pintu di sebelah Mavra, sorot mata dingin Mavra berubah sesaat. Dia menatap sosok Enrique dengan tatapan hangat, tatapan yang dulu selalu Mavra berikan pada Enrique.
Mobil Enrique kembali melaju dengan kecepatan sedang. Namun, Enrique rupanya justru berhenti di depan sebuah butik dan keluar dari mobil. Mavra mengeryit heran.
"Kenapa berhenti di sini."
"Aku yakin kau sudah sangat tidak nyaman. Jadi aku membawamu ke sini."
"Tapi aku butuh mandi Enrique," ujar Mavra.
"Apartemenku ada di sebelah sana. Lebih efisien jika kau membeli baju di sini dan mandi di apartemenku dari pada pulang dalam kondisimu seperti ini, semua orang di Villa pasti akan sangat cemas dan marah."
"Kau tidak sedang membodohiku 'kan?"
Enrique tersenyum mendengar ucapan Mavra. "Andai aku bisa? Kau terlalu pintar untuk dibodohi. Sudah ayo!"
Enrique mengulurkan tangannya dan lagi-lagi Mavra tidak sadar menerima uluran tangan Enrique. Dulu mereka juga terbiasa seperti ini. Hanya saja, dulu Enrique menggandeng tangannya dengan cuek. Seperti tidak ada feel sama sekali.
Mereka berdua masuk, Enrique membiarkan Mavra memilih baju yang dia suka. Sementara dirinya juga memilihkan beberapa baju yang menurutnya cocok untuk Mavra. Beruntung di butik itu juga menjual set pakaian dalam. Enrique meminta pelayan menyiapkan set pakaian dalam yang dipilih Mavra dalam jumlah yang lumayan banyak.
"Apa kau Maniak? Kenapa kau membeli begitu banyak pakaian dalam wanita?" Mata Mavra berkilat penuh kemarahan. Dia tidak akan mengira dengan jawaban Enrique kemudian.
"Aku tidak hanya membeli itu, aku sudah memilihkan beberapa baju untukmu, aku ingin menyimpannya di apartemenku agar jika ada kejadian tak terduga lagi padamu, kita tidak perlu repot membeli."
Mavra hanya diam dan masih menatap Enrique dengan curiga. Enrique mengikis jarak antara dirinya dan Mavra. "Percayalah. Aku tidak punya niatan apapun. Semua pure aku lakukan untukmu. Sekarang ayo kita pergi. Kau sudah mendapatkan apa yang kau perlukan bukan?"
Tak lagi banyak protes, Mavra mengikuti Enrique ke kasir. Semua belanjaan telah dibayar Enrique. Enrique pun segera membawa Mavra ke apartemennya.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Mami Tenna
beatric hanya mengandalkan orang bayaran.. beda sm mavra..
2024-10-11
2
Winarno Suzhi
penasaran sama beatric semoga pembalasan nya lebih kejam..
2024-03-10
0
Nendah Wenda
bersyukur banget kalau jadi mavra punya calon suami kaya Enrique
2023-12-10
0