"Kak Lionel, Apakah dia temanmu?"
Semua orang terkejut mendengar pertanyaan Mavra. Celine dan yang lainnya langsung menatap dokter Rupert. Pria paruh baya itu menegang dengan keringat dingin yang tiba-tiba membasahi keningnya.
"Ada apa? Apa aku salah bertanya begitu?" tanya Mavra.
"Kau tidak ingat siapa dia?" Marvel tiba-tiba melempar pertanyaan spontan.
"Memangnya aku kenal dia?"
"Dia Enrique, kau tidak mengenalnya?"
"Apakah dia artis?" Mavra menutup mulutnya dengan mata terbelalak. Jika ini hanya akting, semua orang pasti akan merasa Mavra melakukan aktingnya dengan sangat luar biasa.
"Dia teman kita sejak kita kecil," ujar Marvel sembari merangkul pundak Enrique.
"Benarkah?" Wajah Mavra terlihat ragu. Dari sini semua yakin jika Mavra tidak berpura-pura. Wajah Enrique berubah sendu. Separah inikah?
Suasana ruang makan menjadi tegang. Namun, teguran dari Giani membuat semua orang akhirnya menurut.
"Sebaiknya kita makan dulu sebelum makanannya dingin. Masalah ini nanti kita bahas setelah makan," ujar Giani. Semuanya kembali fokus pada makanan di piring masing-masing. Namun, meski begitu hampir sebagian besar dari mereka kehilangan napsu makannya kecuali Mavra. Dia terlihat benar-benar tidak peduli dan menghabiskan makanannya dengan santai.
Selesai Makan, Giani, Mavra, Diana, Louisa dan Celine serta Diandra masuk ke ruang theater yang ada di lantai 2. Mereka masuk ke sana untuk mengalihkan perhatian Mavra, karena para lelaki akan melakukan rapat tertutup membahas kesehatan Mavra.
"Kau pasti bercanda 'kan?" tanya Diandra pada Mavra.
"Soal apa?" tanya Mavra tak acuh. Dia sedang memilih film apa yang akan mereka tonton nanti.
"Soal kau tidak mengenal Enrique."
"Memangnya sepenting apa dia? Kenapa aku harus berpura-pura tidak mengenalnya. Aku memang merasa asing dengan pria tadi. Itulah kenapa aku bertanya pada kak Lionel."
"Diandra, berhenti berbicara. Cepat kalian pilih saja filmnya."
Diandra langsung terdiam saat ditegur oleh neneknya. Dia sangat takut pada sang nenek, penguasa seluruh klan Alexander itu. Mavra terkekeh melihat Diandra mati kutu di depan neneknya. Celine, Diana dan juga Louisa terus mengamati Mavra. Ada rasa tenang sekaligus sedih yang mereka rasa.
Senang karena Mavra terlihat lebih ceria dan baik-baik saja, tapi sedihnya demi itu semua, Mavra bahkan sampai kehilangan sebagian besar memorinya tentang Enrique. Seberapa besar patah hatinya sampai-sampai dia membuang ingatan itu?
Di tempat lain, Dokter Rupert kini merasa seperti sedang disidang karena melakukan kriminalitas. Dia juga tidak tahu kenapa Mavra tiba-tiba mengalami amnesia lagi, tapi tidak hanya disosiatif melainkan parsial. Mavra melupakan semua memori tentang Enrique dihidupnya.
"Kenapa ini bisa terjadi?"
"Saya juga tidak yakin. Saya baru pertama kali menangani kasus seperti nona Mavra ini. Ini kejadian yang sangat langka."
"Lalu bagaimana sekarang? Aku tidak akan menyalahkanmu untuk ini dokter Rupert. Hanya saja aku berharap kau bisa memberi solusi yang terbaik." Damian berujar sembari terus melirik Enrique yang terlihat paling tertekan.
"Saya rasa ujian cinta tuan muda Enrique dimulai dari sekarang. Dia bisa perlahan mendekati nona Mavra dan membangun ulang bonding antara dirinya dan nona Mavra secara alami. Saya rasa itu lebih bisa diterima daripada terus mencoba mengingatkan nona Mavra pada kenangan masa lalunya. Salah sedikit dia bisa tiba-tiba mengingat kesalahan tuan Enrique. Jadi sebaiknya ya itu, pendekatan ulang agar terbentuk bonding pasangan secara baik dan natural. Dengan begitu saya yakin, meski ingatan nona Mavra kembali tiba-tiba, semuanya akan tertutupi karena bonding ulang."
"Aku setuju dengan pendapat dokter Rupert. Lagi pula yang terpenting kita tetap memantau kondisi psikologis Mavra untuk sekarang. Jangan sampai dia kembali down."
"Itu benar sekali, Tuan besar."
"Kau sanggup melakukannya, Enrique?" tanya Damian.
Enrique mengangguk. "Ya, uncle aku sanggup. Aku akan mencoba yang terbaik untuk Mavra," jawab Enrique mantap.
"Berati mulai sekarang jangan ada yang mengungkit masa lalu antara Mavra dan Enrique. Biarkan mereka dekat dengan sendirinya."
"Baiklah."
Semua orang setuju dengan ide dokter Rupert. Meski mereka memiliki hubungan yang harmonis dalam lingkungan keluarganya, mereka yang ada di sana juga terlalu awam untuk mengenali kondisi seperti ini.
Mereka segera membubarkan diri. Khawatir para kaum hawa kesulitan menahan Mavra. Namun, rupanya kekhawatiran mereka tidak mendasar. Mavra terlihat sangat menikmati acara nonton film malam ini.
Mavra sedang bersandar di kursi saat para kaum adam masuk ke ruang theater. Matanya melirik kedatangan Marvel dan Enrique dengan malas. Marvel memberi tanda agar Enrique duduk di dekat Mavra. Pria itu pun menurut. Malam ini penampilan Enrique terlihat cukup berantakan, tapi sialnya wajahnya justru menampakkan ketampanan yang sempurna.
"Boleh duduk di sini?" tanya Enrique, Mavra hanya menggerakkan matanya sebagai isyarat. Namun, anehnya Enrique mengerti. Dia duduk dengan wajah tegang.
"Sejak kapan kau menjadi teman kami?" tanya Mavra. Dari nada bicaranya, Enrique tahu jika itu bukan sebuah kepura-puraan.
"Sejak kau berusia 4 tahun."
"Kau terlihat lebih tua dariku." Mavra melirik penampilan Enrique. Keduanya tidak sadar jika orang-orang disekitar mereka, semuanya memperhatikan keduanya.
"Usiaku 6 tahun waktu itu. Kau menyelamatkanku."
"Omong kosong. Anak 4 tahun menyelamatkan anak berusia 6 tahun. Benar-benar daya imajinasimu terlalu tinggi."
Mavra kembali mengalihkan perhatiannya pada layar lebar di depan. Dia benar-benar tidak mengacuhkan keberadaan Enrique di sampingnya. Sangat bertolak belakang dengan kebiasaannya dulu. Biasanya dulu dia akan selalu bergelayut manja dan mengusapkan puncak kepalanya di dada Enrique. Mengenang itu semua membuat Enrique merasa pahit di hatinya. Ya, Mavra sangat menggemaskan dulu, meski dia punya jiwa psikopat. Mavra sangat suka bermanja kepadanya tanpa mengenal tempat dan waktu. Kini Enrique merindukan masa-masa itu.
Hingga film selesai diputar, semua orang langsung mengalihkan pandangannya pada Mavra. Rupanya gadis itu tertidur entah sejak kapan. Mavra tidur meringkuk dengan kepala miring bersandar di bahu Enrique. Benjamin keluar sembari merangkul istrinya, bibirnya tersenyum tipis melihat bagaimana Enrique memperlakukan cucu perempuannya.
Damian juga berjalan di belakangnya, tapi sebelum keluar dia berkata pada Marvel, "Angkat kakakmu ke kamarnya. Jangan sampai Enrique yang melakukannya. Aku tidak ingin dia mencuri kesempatan pada Mavra.
" Uncle! Aku tidak sekotor yang kau pikir."
"Who knows?"
Damian melenggang dengan tenang bersama Celine, yang lainnya pun mengikuti para tetua. Di ruangan itu hanya menyisakan Lionel, Marvel, Diandra, Enrique serta Mavra.
"Biar aku saja yang mengangkatnya," ujar Enrique.
"Kau mau aku dihukum daddy?" Marvel menatap Enrique tajam. Enrique langsung terdiam mendengar jawaban Marvel.
"Ayo kita tidur, Kak. Tinggalkan saja mereka bertiga." Diandra mengamit lengan Lionel dan membawanya pergi dari ruang theater.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Keluarga yg BODOH,Masih aja mau nerima tuh cowok setelah apa yg berlaku pada Marva..ckk..Aku yg emo..🤦🤦🤦
2024-10-11
0
Qaisaa Nazarudin
Kalo emang Marva udah lupa,Biarin aja,gak usah di tanya2 dan di ungkit2 lagi,Apa kalian mau Marva mengingat kembali dan setelah itu sakit lagi? ckk Heran aku..
2024-10-11
1
Lovelynzeaa🌷
kasian kali gue liat dokter Rupert, sekasian" ny gue liat penyakit mavra lebih kasianlh dokter Rupert, lantaran dia bekerja dengan keluarga mafia pasti sangatlah tertekan 🙃
2024-03-22
2