Malam ini Mavra tidur ditemani oleh Celine. Gadis berusia 18 tahun itu terlihat begitu lelap di dekapan ibunya. Celine benar-benar menyayangkan sikap keras kepala putrinya. Mavra masih menolak untuk bertemu dengan Enrique. Malah sebaliknya, gadis itu berniat memperkenalkan pacar barunya pada keluarganya.
Celine bertukar pesan dengan suaminya. Dia mengatakan jika putrinya sudah terlelap. Celine meminta agar tidak mengatakan apapun pada Enrique mengenai Mavra. Dia tidak ingin nantinya Mavra kecewa dan justru malah mencari tempat perlindungan lain, karena merasa keluarganya sendiri tidak bisa dipercaya.
Setelah berkirim pesan dengan sang suami, Celine membetulkan posisi kepala Mavra dan dia pun merebahkan kepalanya di samping putri pertamanya itu.
"Mom," lirih Mavra, sepertinya dia sedang mengigau. Celine mengusap pipi Mavra dengan sangat pelan agar tidak membangunkannya.
Esok harinya, Mavra sudah kembali ke setelan pabriknya. Diam dan tidak banyak berinteraksi. Dia turun mengambil selembar roti di dapur dan langsung pergi begitu saja. Dia sepertinya juga lupa jika semua anggota keluarganya sedang berkumpul di sana.
"Kau sudah membangunkan Mavra?" tanya Damian.
"Mavra sudah berangkat 15 menit yang lalu, Uncle," jawab Diandra.
Celine tentu saja terkejut, karena tadi saat dia meninggalkan kamar, Mavra masih tidur nyenyak.
"Sudah berangkat? Kenapa tidak berpamitan padaku?"
"Mungkin dia lupa jika semalam kalian datang," jawab Diandra terlalu jujur. Raut wajah Damian berubah serius ketika melihat kekecewaan di wajah istrinya.
"Habiskan makananmu, jangan bicara lagi," ujar Lionel. Dia tahu suasana di ruang makan sudah berubah tegang setelah mendengar ucapan adiknya.
Jack, Louisa dan Jasson si anak bungsu baru bergabung. Mereka belum tahu topik pembicaraan di meja makan. Jack mengerutkan alisnya melihat wajah sedih adiknya.
"Ada apa ini?"
"Tidak apa-apa, Kak. Aku hanya tadi bertanya mengenai Mavra."
"Dia sudah pergi?" tebak Jack. Celine mengangguk. Dia tak kuasa menahan kesedihannya hingga air matanya mengalir.
"Apa setiap hari dia selalu begini?" tanya Celine dengan suara bergetar. Damian lekas berdiri dan mengusap punggung sang istri dengan lembut.
Marvel yang kebetulan juga sudah ada di ruang makan itu pun menatap keluarganya dengan perasaan campur aduk. Marah, kecewa, sedih semuanya membuat perasaannya bergolak. Dulu keluarganya begitu bahagia dan sangat harmonis. Hanya gara-gara kesalahpahaman antara Mavra dan Enrique, masalah justru menyebar kemana-mana.
"Aku sudah selesai, Mom. Aku akan keluar dulu untuk menemui temanku." Marvel gegas berdiri dan mendekati ibunya. Dia mengusap pipi Celine dengan lembut.
"Mommy jangan bersedih. Aku akan membuat Mavra kembali seperti dulu lagi."
Setelah mengatakan hal itu, Marvel mencium puncak kepala Celine dan pergi meninggalkan ruang makan. Dia akan menemui saudara kembarnya sekarang juga. Masalah ini tidak akan dia biarkan berlarut.
Sementara itu, Mavra baru saja sampai di kampus. Dia berjalan dengan santai di sepanjang koridor.
"Sayang." Seorang pria mendekati Mavra.
Mavra melihat ke arah jamnya, dia lalu mengernyit.
"Ini sudah tanggal 1, Claude. Kau tahu kan apa artinya?"
Ya, Mavra selalu memberi batas 1 bulan untuk setiap pria yang menjadi kekasihnya. Bahkan sebagian gadis di kampus sangat membenci Mavra karena terlalu sok dan sombong.
"Tidak bisakah kita tetap bersama?" tanya Claude sembari menatap Mavra penuh kasih.
Namun, sayangnya Mavra sudah terlanjur buta perasaannya. Bahkan sampai saat ini tidak ada seorang pun yang bisa menggeser nama Enrique di hatinya. Bodoh memang, tapi itulah dia.
"Bersamamu terlalu berbahaya untukku. Kemarin mantan kekasihmu Beatrice mengirim pembunuh bayaran untuk menyerangku. Aku tidak mau terluka hanya karena laki-laki seperti kalian," ujar Mavra dengan nada penuh kesombongan.
Mavra segera meninggalkan Claude yang masih tercenung. Tangan Claude mengepal setelah mendengar ucapan Mavra.
"Tunggu saja, aku pasti akan bisa memilikimu seutuhnya Mavra."
Tiba di kelasnya Mavra meletakkan tasnya dengan kasar hingga mengejutkan teman di sebelahnya.
"Mavra, tidak bisakah kau lebih berhati-hati?"
"Tidak. Aku memang sengaja membangunkanmu, Viora."
"Ah, aku ngantuk sekali. Semalam Kaylee mengajakku party. Aku mencoba mengajakmu, tapi mengapa nomormu tidak aktif?"
"Aku sedang tidak enak badan, Viora."
"Kau bisa sakit juga ternyata?"
"Tentu saja bisa. Apa kau pikir aku ini monster?" Viora tertawa mendengar nada bicara Mavra yang mulai kesal. Viora Jansen adalah seorang putri pejabat yang memiliki perangai cukup unik. Dia tidak suka memiliki banyak orang di sekitarnya, tapi dia suka dengan pesta.
Saat Viora akan berbicara lagi, Dia dibuat terdiam melihat kedatangan sosok pria tampan yang berjalan ke arahnya dengan tatapan tajam. Mavra langsung menoleh, melihat ke arah pandangan Viora. Matanya langsung membulat sempurna.
Belum sempat Mavra buka mulut, Dia sudah ditarik dengan keras. Mulut Viora ternganga.
"Hei, kau tidak bisa sembarangan berbuat kasar terhadap seorang wanita," ujar Viora. Beberapa teman Mavra melihat adegan itu dan tidak ada yang berani bersuara.
"Ini urusanku dan dia. Jangan ikut campur."
"Tidak apa-apa, Vior. Dia saudaraku."
Mavra hanya diam saat Marvel membawanya keluar dari kelas. Marvel mengangkat Mavra naik ke atas motor sport. Dia dengan penuh perhatian memakaikan helm untuk saudari serahimnya.
Marvel pun segera naik dan memacu kuda besinya membelah jalanan kota San Francisco. Mavra tidak banyak bicara karena tahu suasana hati saudara kembarnya.
Mereka tiba di tepi pantai. Marvel menurunkan Mavra dan melepaskan helmnya. Marvel bahkan merapikan rambut kakaknya dengan lembut. Meski mereka jarang berinteraksi, tapi kedekatan mereka secara naluri terbentuk. Ikatan antara mereka begitu kuat, bahkan sampai-sampai Marvel bisa merasakan apa yang dirasakan oleh kakaknya.
"Kenapa membawaku ke sini?"
"Kenapa tidak berpamitan pada mommy saat berangkat tadi?" Marvel mengembalikan pertanyaan Mavra dengan pertanyaan.
"Aku terlalu malu," jawab Mavra. Dia duduk di atas bebatuan dan menatap hamparan laut dengan sendu.
"Malu?"
"Ya, aku malu. Seharusnya sejak awal aku tidak bertingkah kekanakan dan membuat mommy juga Daddy kepikiran. Aku tahu selama ini kalian mengkhawatirkanku."
"Jika kau tahu itu kenapa kau menghindari kami? Apa kau masih menganggap kami keluarga?"
"Marvel, hatiku sakit sekali. Aku lelah, setiap saat rasanya aku ingin mati," lirih Mavra.
Marvel segera menarik Mavra ke dalam pelukannya. Inilah yang dia khawatirkan. Sejak kecil Mavra sudah sangat mandiri bahkan diusianya yang masih terbilang muda. Dia terbiasa untuk menyimpan semuanya sendirian. Menyembunyikan perasaannya dengan bersikap ceria. Hanya satu hal yang tidak pernah dia sembunyikan, yaitu perasaan cintanya pada Enrique. Namun, pada akhirnya dia hanya mendapatkan kekecewaan.
Marvel awalnya juga sangat kecewa dengan Enrique karena dia sudah membuat saudara kembarnya terluka, tapi lama kelamaan rasa kecewa itu berubah, setelah dia melihat kegigihan Enrique untuk menemukan keberadaan Mavra.
"Kau masih memiliki kami, hilangkan perasaan itu."
"Setiap hari aku selalu ketakutan, Monster dalam diriku seperti ingin menguasaiku. Aku takut tidak bisa mengendalikan diriku sendiri."
Ketakutan Mavra jelas mengacu pada jiwa psikopatnya. Bahkan jika dirunut dari awal, Sejak Mavra merasa dikecewakan oleh Enrique, dia semakin menggila dan menganggap nyawa setiap laki-laki tidak lah penting. Mereka manusia dengan penuh tipu daya. Jadi hasrat ingin membunuh pun semakin besar.
Bagaimana pun juga saat itu, Mavra hanyalah seorang gadis 16 tahun yang memiliki perasaan cinta yang terlalu meluap pada Enrique. Kenyataan bahwa Enrique berbohong padanya, langsung menjadi pukulan telak untuk Mavra. Terlebih kebohongan itu berkaitan dengan wanita lain.
Wanita mana yang rela diduakan pas lagi sayang-sayangnya? Tanpa sadar hal itu membangkitkan jiwa Mavra yang selama ini berusaha dia tekan. Dan Mavra sepertinya terlalu frustasi menghadapi kekejamannya sendiri.
Berada dalam pelukan adik laki-lakinya membuat Mavra merasakan ketenangan yang selama ini dia rindukan. Perlahan mata sayu itu terpejam, Mavra kehilangan kesadarannya.
Marvel mengangkat Mavra dan membawanya berjalan cukup jauh menuju villa di pinggir laut, milik Jack.
"Tuan muda, saya sudah menyiapkan kamar untuk anda dan nona."
"Tolong panggilkan dokter, Paman. Kakakku pingsan."
"Baik, Tuan muda."
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Ayu
wah.. jgn2 penyakit nya celine yg sk pingsan menurun ke mavra
2024-11-24
0
Taty Hartaty
koq 18 THN , bukan nya udah 2 THN berlalu
2024-12-20
0
Qaisaa Nazarudin
Lebay..Berlebihan banget..
2024-10-11
0