Bab 19. Aku Rocco

Pagi ini meski malas, Mavra tetap bangun pagi karena dia memiliki jadwal kuliah. Sedangkan Enrique perlu beberapa hari lagi untuk kuliah, karena proses transfernya masih perlu beberapa berkas lagi. Enrique hanya mengantar Mavra sampai ke gerbang masuk fakultas Mavra.

Biasanya Mavra akan membuka pintu mobil sendiri, tapi sekarang, Enrique yang membukakan pintu untuk sang pujaan hatinya.

"Thankyou, Mon chery," ujar Mavra dengan nada bicara yang lembut seperti dulu sebelum mereka berpisah.

Enrique mengusap puncak kepala Mavra dan menghadiahkan kecupan lembut di kening gadis itu. Mavra terlihat lebih bersemangat saat mendapat kecupan kecil dari Enrique. Dia berjalan dengan riang tanpa memperhatikan langkahnya.

Setelah mobil Enrique menghilang, Sesosok pria menyeringai sambil menatap Mavra dengan tatapan memuja. Pria itu berjalan dengan tenang mengikuti Mavra. Saat hampir dekat, pria itu mempercepat jalannya dan menubruk Mavra. Beruntung Mavra memiliki ketahanan yang sangat kuat. Dia hanya sedikit terhuyung, sementara orang yang menabraknya jatuh tersungkur.

"Apa kau tidak bisa lebih berhati-hati?" ujar Mavra kesal.

"Ma_maafkan aku, aku tidak sengaja." Rocco meraba ke depan, Mavra mengangkat sebelah alisnya keheranan. Dia mengambil kaca mata di samping pria itu dan menyodorkannya.

"Kau mencari ini."

"Ah, terima kasih. Aku memiliki silinder yang cukup parah. Maaf sudah menabrakmu." Mavra menjadi tak enak hati karena sudah memarahi pria ini tadi.

"Tidak masalah. Aku juga minta maaf karena memarahimu tadi."

Setelah memakai kacamatanya, pria itu mengulurkan tangannya pada Mavra.

"Aku Rocco. Boleh aku berkenalan denganmu. Lain kali aku akan mentraktirmu sebagai permintaan maaf."

"Itu tidak perlu. Ini bukan sebuah hal yang perlu dibesar-besarkan. Namaku Mavra. Maaf aku tidak bisa berlama-lama. Aku harus masuk ke kelas," jawab Mavra sembari menjabat tangan Rocco sesaat.

Mavra meninggalkan Rocco begitu saja. Setelah bayangan Mavra menghilang, Rocco kembali melepas kacamata tebalnya. Dia mencium tangannya yang tadi berjabatan dengan Mavra, biir pria itu menyeringai.

"Kau akan menjadi milikku sebentar lagi, cantik."

Rocco menegakkan tubuhnya dan berjalan menuju ke kantor administrasi. Rocco masuk ke universitas itu sebagai pegawai. Dia memanfaatkan koleganya untuk bisa masuk ke sana.

Siang hari, usai Mavra menyelesaikan semua mata kuliahnya. Dia memutuskan utuk langsung pulang. Sebuah pesan dari Enrique masuk ke ponselnya. Mavra tersenyum membaca pesan dari Enrique. Dia lantas memasukkan ponselnya ke tas, setelah membalas pesan kekasihnya.

Saat Mavra hampir mencapai gerbang, dia melihat pria pagi tadi berdiri bersandar di dekat gerbang dengan membawa 2 cup minuman. Mavra awalnya tidak terlalu memperdulikan pria itu, tapi pria itu langsung mendekati Mavra begitu jarak mereka hanya tinggal beberapa meter saja.

"Mavra!"

"Ya." Mavra terpaksa menghentikan langkahnya. Rocco menyodorkan satu cup minuman pada Mavra, Mavra mengeryit mendapat perlakuan seperti itu dari pria tersebut.

"A_aku membelikan minuman ini untukmu sebagai permintaan maafku."

"Aku sudah bilang ini bukan masalah besar. Kau tidak perlu terlalu menaruh perhatian seperti ini."

"K_kau tidak mau menerima kopi ini?" Rocco menunduk. Mavra menghela napas sebelum akhirnya mengambil cup kopi itu dari tangan Rocco.

"Aku sudah menerimanya. Terima kasih." Mavra segera pergi. Dia tidak mau berlama-lama berbicara dengan Rocco. Dia punya firasat buruk mengenai pria itu. Instingnya mengatakan Rocco tidak sesederhana penampilannya.

Rocco cukup terkejut. Dia bahkan tidak menyangka Mavra akan menerima kopi darinya. Namun, dia merasa kecewa karena Mavra langsung pergi begitu saja. Saat Rocco mengangkat kepalanya, Dia melihat Mavra sudah membonceng ke sebuah motor sport.

Di atas motor, Enrique menanyai Mavra mengenai kopi yang dibawanya. Mavra tidak menyukai kopi seperti itu jadi dia heran dan ingin tahu.

"Tadi pagi ada seseorang menabrakku. Dia merasa bersalah dan memberiku kopi sebagai permintaan maaf."

"Laki-laki atau perempuan?"

"Laki-laki."

"Dia bisa saja menyukaimu," ujar Enrique dengan nada kesal. Mavra tersenyum dibalik punggung Enrique. Dia tahu saat ini Enrique pasti cemburu.

"Tidak masalah dia menyukaiku, di kampus banyak laki-laki yang menyukaiku," jawab Mavra enteng. Enrique segera memberhentikan motornya, dia mematikan mesin motornya dan lalu menoleh dan menatap Mavra dengan tajam.