...'Kebenarannya, menghancurkan hubungan seseorang adalah tahap awal dari kehancuran dirimu sendiri.'...
...~ Malini Lestari...
🌿🌿🌿
"Temanku akan menikah besok. Kita datang ke acaranya, ya." Yuna menyodorkan surat undangan pernikahan ke hadapan Hudda yang sudah duduk di bangku kerjanya.
"Lihat dulu. Akhir-akhir ini banyak pekerjaan yang membuatku sibuk," kata Hudda sambil memainkan mouse dan mata tertuju ke komputer yang ada di sampingnya.
"Tumben kamu dingin begini. Istrimu tahu tentang hubungan kita?" Raut wajah Yuna berubah bingung.
"Aku sudah bilang kalau aku banyak kerjaan, Yuna. Kamu kembali ke ruangan mu dan kerjakan pekerjaan mu. Pergilah!" usir Hudda secara halus.
Anisa mengetuk pintu ruangan. Hudda menatap Yuna tajam, berusaha membuat wanita itu mengerti. Yuna berdiri dengan wajah kesal dan berjalan menuju toilet yang ada di ruangan itu untuk bersembunyi.
"Pak, ini berkas yang harus Bapak tandatangani," kata Anisa ambil berjalan masuk sambil menyodorkan map berisi sehelai kertas.
Hudda megambil pena dan menggoreskan tinta untuk memberikan tandatangannya di bagian bawah kertas setelah membaca sekilas isinya. Anisa mengarahkan pandangan ke pintu toilet, ia tahu kalau Yuna ada di sana. Beberapa kali Anisa melihat Yuna masuk ke ruangan itu dan menghilang setiap kali ia memasuki ruangan Hudda. Dugaan perselingkuhan muncul dibenak Anisa ketika ia pernah melihat mereka memasuki hotel Texas.
Anisa tersenyum setelah Hudda menandatanganinya. Ia mengambil kertas dan map itu dan meninggalkan ruangan tersebut.
Setelah keluar dari ruangan itu, muncul perasaan bersalah di hati Anisa karena masih menyembunyikan kecurigaannya dari Malini yang dikenalnya sebagai wanita baik selama ini. Anisa menghidupkan ponsel yang sejak tadi ada di tangannya dan berniat untuk menghubungi Malini, memberitahu wanita itu tentang kecurigaannya.
Sambungan telepon Anisa masuk ke ponsel Malini yang berada di wastafel toilet di bagian luar kantor. Malini lupa membawa ponsel yang sempat di letakkannya di wastafel saat mencuci wajah dan tangannya di sana. Rangga mendengar bunyi nada dering sambungan telepon itu, kebetulan ia berdiri di depan toilet dengan mata masih mencari wujud Malini. Karena toilet bagian luar untuk umum, Rangga bisa leluasa masuk.
"Ponsel siapa ini?" Rangga mengambil ponsel tersebut dan memperhatikannya sejenak sebum menjawab sambungan telepon.
Rangga menggeser tombol hijau di layar ponsel itu untuk menjawab sambungan telepon.
"Halo? Buk Lini. Ini aku, Anisa. Aku ingin mengatakan sesuatu mengenai Pak Hudda. Maaf sebelumnya jika aku salah, tetapi akhir-akhir ini aku melihat Pak Hudda bersama Buk Yuna. Aku harap Buk Lini mengerti maksud perkataanku. Aku merasa segan menyebutkan maksud tujuan perkataanku secara langsung karena takutnya aku salah mengira. Sebaiknya Buk Lini coba selidiki sendiri." Anisa berbicara tanpa membiarkan orang yang diajaknya berbicara untuk mencela.
Anisa berbicara di dalam lift yang kebetulan di isi olehnya sendiri. Ia berhenti berbicara setelah pintu lift terbuka dan memperlihatkan beberapa orang di luar lift ingin memasuki lift itu. Anisa memutuskan sambungan telepon, ia tersenyum kepada mereka dan lanjut berjalan keluar dari lift.
"Pak Hudda selingkuh dengan Buk Yuna?" Rangga bereaksi bingung.
Rangga memandangi layar ponsel dan melihat foto Malini bersama Hudda dan kedua anak kembar mereka. Barulah Rangga sadar kalau orang yang ditabraknya adalah istri bos-nya.
Rangga menoleh ke belakang setelah melihat suara langkah kaki berhenti di belakangnya, melihat Malini berdiri. Malini mengambil ponselnya dari tangan Rangga dan meninggalkan pria itu yang masih diam mematung masih tidak menyangka dengan t Hudda. Rangga bergegas keluar toilet dan berlari mengejar Malini, ia berjalan di samping wanita itu sambil menyodorkan kalung yang ditemukannya.
"Ini punya Ibuk? Saya menemukan di lantai setelah kita tidak sengaja bertabrakan," kata Rangga.
"Terima kasih," ucap Malini, dingin.
Rangga berhenti melangkah, ia memperhatikan Malini yang berjalan semakin jauh dari pelupuk matanya.
Malini kembali ke mobil. Untuk menyembunyikan suasana hati yang sudah hancur itu, ia menunjukkan senyuman seperti sebelumnya dan bertingkah seolah semuanya baik-baik saja. Malini memasang sabuk pengaman dan menyetir mobil dengan kecepatan sedang.
Dari gedung itu, mereka ke rumah Adam. Mobil yang dikemudikan Malini berhenti di halaman rumah Adam yang luas. Mella terlihat tidak sabaran, ia bergegas keluar dari mobil dan berjalan menuju teras sambil memanggil nama Chika, sang anak yang sudah berusia 10 tahun.
"Mama …!" teriak Chika, gadis dengan rambut dikepang dua berlari keluar dari rumah sambil memeluk boneka Doraemon.
Mella menangkap tubuh gadis itu dengan pelukan, sesekali bibirnya mengecup pipi Chika yang memperlihatkan kerinduan.
Seorang wanita yang jauh lebih muda dari Mella keluar dari rumah dengan gaya modis. Wanita itu berdiri dengan kedua tangan menyilang di dada dan menatap angkuh mereka yang berdiri di teras. Wanita itulah yang menjadi orang ketiga dalam hubungan Mella dan Adam.
"Chika. Masuk!" suruh wanita itu kepada gadis kecil itu.
"Enggak. Aku mau ketemu Mama. Tante tidak boleh melarang ku untuk bertemu Mama," tolak Chika, keras.
"Kamu boleh memerintahkan suami saya, tapi tidak dengan putri saya," kata Mella dengan nada marah.
"Kamu masih muda. Kamu memiliki banyak jalan di masa depan untuk bahagia. Jangan menghancurkan dirimu sendiri dengan cara ini. Cepat atau lambat karma itu berlaku. Ketika kamu menghancurkan suatu hubungan, kamu lebih dulu telah hancur sebenarnya. Ingat itu," kata Malini berbicara dalam keadaan tenang.
"Terima kasih atas ceramah singkatnya. Masih kurang? Aku bisa menyewa masjid untukmu," balas wanita itu yang bernama Uchi.
"Tidak ada gunanya berbicara dengan orang bodoh. Kita pergi saja. Ayo!" ajak Mella sambil mendorong pelan tubuh anaknya untuk berjalan maju keluar dari pekarangan rumah.
"Tunggu! Kamu tidak bisa membawanya," tahan Uchi sambil berjalan mengikuti mereka dari belakang.
Malini menahan Uchi untuk mencegatnya memberhentikan Mella membawa Chika pergi. Malini merentangkan tangan, membatasi Uchi berjalan maju dari sisi manapun. Keberadaan Malini membuat Uchi, wanita yang 8 tahun lebih muda darinya itu merasa kesal. Uchi mendorong Malini keras sampai terjatuh dan kepalanya terbentur ke pot bunga beton yang ada di halaman rumah.
Desis sakit Malini ditangkap samar oleh Mella, ia menoleh ke belakang dan kaget melihat adik iparnya itu terduduk di atas rumput. Mella menyuruh Chika masuk ke dalam mobil dan ia menghampiri Malini.
"Apa yang kamu lakukan? Selain menjadi pelakor, kamu juga ingin menjadi pembunuh? Mas Adam memang salah memilihmu menjadi selingkuhannya. Seharusnya dia bisa memilih wanita lebih baik daripada wanita murahan sepertimu," hina Mella, marah besar.
Uchi berjalan masuk ke dalam rumah dengan wajah sedikit cemas, takut ia akan dilaporkan ke kantor polisi ataupun Adam mengetahui sikapnya itu.
Mella membantu Malini berdiri dan mengajaknya meninggalkan pekarangan rumah itu. Mereka berdua ganti sopir, Mella yang mengemudikan mobil Malini dan akan mengajak adik iparnya itu ke rumah sakit.
Hampir lima belas menit mereka habiskan waktu diperjalanan, akhirnya mereka sampai di rumah sakit. Meskipun Malini menolak, Mella tetap membawanya ke rumah sakit. Dahi Malini yang sedikit terluka di plester dan setelah diberi obat pembersih dan antibiotik.
"Ini hanya luka ringan. Dalam beberapa hari kedepan semua akan baik-baik saja," kata dokter Indah, dokter langganan keluarga Nitami, termasuk Mella.
"Aku sudah bilang dokter, tapi Kak Mella terlalu berlebihan dengan membawaku ke sini. Kalau begitu, terima kasih," ucap Malini kepada dokter berparas cantik dan pemilik rambut pirang sebahu itu.
Indah tersenyum dan berjalan duduk di bangku kerjanya untuk menuliskan beberapa resep obat yang harus ditebus untuk masa pengeringan luka itu.
"Ini. Kalian bisa tebus obat ini ke apotek," ucap Indah sambil menyodorkan resep obat itu kepada Mella.
"Terima kasih, Dok," ucap Mella sambil mengambil kertas itu.
Mella menghampiri Malini dan Chika yang sudah berdiri di pintu ruangan Indah. Mereka meninggalkan ruangan itu setelah berpamitan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
yuyunn 2706
letoy amat Malini didorong smpe jatoh,balaslah dorong lagi
2025-02-18
0
Cicih Sophiana
untuk para suami yg tega menyakiti hati istri istri nya yg baik semoga dpt balasan...
2023-11-24
1