Ke Hotel Victoria

🌿🌿🌿

Hudda berjalan keluar dari kamar mandi dalam balutan handuk kimono, kakinya melangkah pelan menuju Malini yang sedang memainkan laptop di atas pangkuannya. Istrinya itu duduk dengan kaki memanjang ke depan dengan piyama merah terpasang di tubuhnya.

"Malam ini saatnya kita menghabiskan waktu bersama." Hudda menarik laptop itu dan meletakkannya ke atas meja. 

"Pekerjaanku belum selesai, Mas. Besok aku akan masuk kerja. Malam ini aku atur jadwal untukku dan anak-anak juga. Besok akan ada pembantu yang akan mengurus mereka." Malini kembali mengambil laptop itu. 

"Kamu yakin akan bekerja? Kita tidak kekurangan uang." Hudda ragu akan keputusan istrinya itu.

Malini hanya tersenyum dan menganggukkan kepala. Wanita itu memainkan keyboard laptop dan mengabaikan Hudda yang masih berdiri di sampingnya. Pria itu menarik kembali laptop tersebut dan menaruhnya di atas meja. Setelah itu, ia membaringkan tubuh istrinya dan bersikap memaksa, mengajak Malini berhubungan suami-istri. 

"Mengapa aku merasa kamu menghindariku?" tanya Hudda dengan dahi mengkerut bingung.

"Mas … aku sudah bilang kalau aku ada pekerjaan. Nanti saja, aku sedang sibuk. Tengah malam saja, bagaimana?" Malini tersenyum menggoda untuk menyembunyikan emosi yang sempat muncul.

"Aku ada urusan. Jam sepuluh nanti aku bertemu teman lama di luar dan kemungkinan kembali dini hari," balas Hudda, mengingat permintaan Yuna hari ini. 

Malini memberhentikan tangan mengetik di keyboard laptop, sejenak ia terdiam sambil mengingat pembicaraan Hudda dan Yuna hari ini yang didengarnya secara diam-diam. Hatinya kembali sesak, seperti tertimpa oleh benda yang begitu berat. 

"Kalau begitu, kamu bisa pergi sekarang. Jangan terlalu larut kembali. Setelah itu, baru kita melakukannya." Malini menatapnya dengan senyuman lebar sampai kedua pipinya naik.

Hudda diam memikirkan Malini, ia merasa apa yang dikatakan istrinya bisa dijalankan. Hudda menganggukkan kepala dan tersenyum, tangannya mendarat di pundak Malini dan berjalan menuju lemari. Sesekali Malini memperhatikannya, mengamati Hudda yang sedang merapikan rambut sampai memakai parfum yang menyengat.

"Kalau begitu, aku pergi sekarang," pamit Hudda sambil mengambil jas di atas meja dan mengenakannya. 

Hudda menghampirinya dan memberikan satu kecupan di dahinya. Lalu, pria itu keluar dari kamar. Malini pun bangkit dari kasur, ia mengambil jaket dan mengenakannya. Kembali, ia mengambil ponsel dan kunci mobil dari meja dan bergegas keluar dari rumah. Mobilnya keluar dari pekarangan rumah dan dikemudikan mengikuti mobil Hudda secara diam-diam. 

"Bu Malini." Rangga berpapasan dengan Malini di jalan raya.

Rangga putar arah dan mengikuti mobil Malini setelah melihat mobil Hudda yang juga berpapasan dengannya. Ia merasa sesuatu terjadi, apalagi setelah melihat gelagat Malini yang sepertinya terburu-buru sampai tidak melihatnya. Sekarang mereka saling mengikutiku saru sama lain dalam ketidaksadaran.

Mobil Hudda masuk ke pekarangan hotel Victoria. Malini menginjak rem, memberhentikan mobilnya di tepi jalan. Rangga pun begitu. 

"Bu Lini!" panggil Rangga sambil berlari menghampiri Malini yang hendak berjalan setelah keluar dari mobil.

"Rangga," lirihnya kaget.

"Mas Hudda akan menemui wanita itu di dalam. Mereka akan …." Malini menggantungkan perkataannya karena membayangkan suaminya dan Yuna bertindak tidak senonoh.

"Tenang. Kita lihat mereka. Ayo!" Rangga merangkul bahunya dan mengajaknya masuk ke hotel itu. 

Rangga menghampiri resepsionis hotel dengan Malini berdiri di pojokan lobi hotel. Ia mencari tahu keberadaan Hudda dengan bertanya kepada resepsionis hotel itu. Malini memperhatikan mereka dari jauh, melihat komunikasi antara Rangga dan resepsionis hotel berjenis kelamin perempuan itu.

Setelah berbicara, Rangga menghampiri Malini.

"Mereka ada di kamar sepuluh," kata Rangga. 

Malini bergegas memasuki lift yang berada di sampingnya. Kakinya tidak bisa berjalan pelan karena tidak bisa menahan kesabaran untuk melihat mencegat mereka. Namun, setelah sampai di depan kamar nomor sepuluh itu, pikirannya jadi buntu, ia tidak tahu bagaimana bertindak. 

"Apa lagi? Masuk saja," kata Rangga, ikut tampak emosi. 

"Tidak. Itu bukan adegan yang bagus untuk membongkar hubungan mereka." Malini tegak pinggang dan berjalan mondar-mandir sambil berpikir di depan pintu kamar hotel itu. 

Mata Malini mendapati wujud Anisa yang baru keluar dari sebuah kamar yang berada di lantai yang sama. Sekretaris Hudda itu keluar bersama suaminya yang baru menikahinya enam bulan lalu. Melihatnya membuat Malini mendapatkan ide. 

Malini berjalan cepat mencegatnya masuk ke lift. 

"Bisa berbicara sebentar? Empat mata," kata Malini.

Anisa menoleh ke samping, menatap suaminya. Pria bertubuh lebih tinggi darinya itu tersenyum dan paham dengan tatapan sang istri. Pria itu berjalan masuk ke lift, meninggalkan Anisa bersama Malini. Barulah Rangga menghampiri mereka. 

Malini meminta bantuan Anisa untuk terlibat dalam sandiwara yang dibuatnya nanti. Malini menceritakan semua plan yang sudah dibuatnya untuk memergoki Hudda dan Yuna di kamar itu. 

Anisa sedikit ragu dengan rencana nya, tapi wanita itu tetap mencoba dan menyetujuinya.

"Rangga, kamu juga bisa ikut dalam rencana kami," kata Malini. 

Pria itu menganggukan kepala dan tersenyum.

Sekitar lima menit kemudian, Malini memulai rencananya. Ia mengetuk pintu nomor sepuluh itu dalam balutan pakaian rapi dan tas menggantung di pundaknya. Pakaian yang digunakannya saat milik Anisa, kebetulan wanita itu menyimpan pakaiannya di kamar hotelnya. 

Setelah beberapa kali mengetuk pintu, seseorang membuka pintu tersebut. Orang yang membukanya seorang pelayan hotel. Wujud wanita pelayan hotel itu membuat Malini sedikit bingung. 

"Anisa …!" panggil Malini sambil menerobos masuk ke dalam kamar hotel itu.

Kamar tersebut malah kosong. Matanya menjelajahi setiap sisi kamar dan tidak melihat siapa pun di sana. Akan tetapi, indera pendengaran menangkap suara kran air yang hidup dari kamar mandi. Kakinya langsung menghampiri pintu kamar mandi dan menggenggam daun pintu. 

"Jangan! Anda siapa?" Pelayan hotel itu menahan tangannya membuka pintu itu. 

"Saya? Saya temannya," balas Malini, emosi. 

Tangan Malini terlepas dari daun pintu  setelah merasakan seseorang membukanya dari dalam. 

"Sayang …!" Yuna keluar dari kamar mandi dalam balutan handuk kimono warna putih.

Wanita itu terdiam dengan mata terbelalak kaget melihat Malini berdiri di hadapannya. Lalu, matanya beralih mengarah ke pintu kamar melihat Hudda baru masuk dan ikut berdiri membeku melihat Malini di kamar itu. 

Malini menoleh kiri dan kanan, memperhatikan mereka secara bergantian dengan ekspresi dingin. Lalu, ia berjalan mendekati Hudda, berdiri di hadapan suaminya yang berdiri dengan kepala tertunduk.

"Teman lama. Lanjutkan!" Malini menepis pundak Hudda dan kakinya lanjut berjalan keluar dari kamar itu. 

Hudda mengikutinya, ia mencoba memberikan penjelasan kepadanya. 

"Aku tidak memiliki hubungan apa pun bersama Yuna. Kami hanya teman biasa. Aku bertemu dengannya hanya karena pekerjaan. Aku …." Hudda menggantungkan perkataannya setelah masuk ke kamar hotel di mana ada Anisa dan Rangga sedang duduk di sofa bersama beberapa berkas-berkas kerja di atas meja. 

"Aku tidak pernah bilang kamu dan dia memiliki hubungan. Bukankah kamu ingin bertemu temanmu? Pergilah! Aku juga ada pekerjaan." Malini berbicara dengan santai dan lanjut berjalan menghampiri kedua temannya sampai ikut duduk bersama mereka. 

Hudda jadi bingung.  Akankah dirinya kembali ke kamar Yuna atau berbicara bersama Malini, meskipun wanita itu bersikap santai seolah tidak ada kemarahan di wajahnya. Namun, ia masih merasa ada sikap aneh dari istrinya itu yang membuatnya keringat dingin dan tidak tenang.

"Pergilah! Jangan bilang kalau kamu benar memiliki hubungan dengannya?" Malini tersenyum dengan mengajak Anisa dan Rangga ikut tersenyum, seolah mereka sedang mengajak Hudda bercanda biasa.

Hudda tersenyum dan memutar tubuh membelakangi mereka dengan perasaan masih dilanda kebingungan. Apakah istrinya itu tahu dan marah atau istrinya tidak berpikir kalau dirinya sedang mendua. Kaki Hudda lanjut berjalan keluar dari kamar itu dengan langkah pelan menuju kamar Yuna.

Terpopuler

Comments

Etika Purnamasari

Etika Purnamasari

cerita yang begitu bodoh

2024-04-12

2

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

Yg bodoh itu siapa yah ? aq jd bingung

2023-12-09

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Sembunyikan Perasaan
3 Nasib Yang Sama
4 Bertemu Wanita Itu
5 Mencurigai Mereka
6 Apartemen Berantakan
7 Mengingat Dalam Kesedihan
8 Kedatangan Sahabat
9 Kebohongan Kerja Luar Kota
10 Membohongi Hudda
11 Membuatnya Curiga
12 Ke Hotel Victoria
13 Membuat Mereka Bingung
14 Sedih Dalam Diam
15 Sengaja Mengabaikannya
16 Lawan Berbisnis
17 Pulang Kerja
18 Dalam Keadaan Mabuk
19 Identitas Tanum
20 Menjemput Malini
21 Menahan Emosi dan Marah
22 Mengetahui Kesalahpahaman
23 Kepergian Sang Ibu
24 Mendengar Kebenaran
25 Pesta Bisnis
26 Obat Gairah
27 Mendominasi Istri
28 Penampilan Tidak Sesuai
29 Diam Memberi
30 Pembicaraan Di Toilet
31 Kebingungan Semua Orang
32 Pesan Masuk
33 Berdebat Di Mobil
34 Diundang Ke Rumah
35 Tiba-Tiba Datang
36 Bersikap Lebih Tenang
37 Wanita Yang Dimaksud
38 Demi Kebersamaan
39 Membantu Menyembunyikan
40 Masih Peduli
41 Datang
42 Tamparan
43 Dipecat
44 Membalas Pesan
45 Di Bius
46 Dibalik Selimut
47 Tetap Santai
48 Kembali Ke Kantor
49 Dalam Tidur Singkat
50 Tanyakan Pada Dirimu
51 Ancaman Suami
52 Terusik Oleh Perkataan
53 Menepikan Prinsip
54 Pewarna Bukan Darah
55 Pria Paruh Baya Di Rumah Sakit
56 Untuk Memata-matai
57 Pemilik Benih Diperut Yuna
58 Tuhan Menakdirkan
59 Kejutan Besar
60 Secara Kebetulan
61 Hadiah Suami
62 Tidak Ada Salah Paham
63 Kamu?
64 Siapa Yang Memberitahunya?
65 Senjata Makan Tuan
66 Siapa?
67 Mengakuinya
68 Terkuak Di Kantor Polisi
69 Berdebat Di Hadapan Keluarga
70 Meninggalkan Rumah
71 Menempatkan Diri Dalam Sedihnya
72 Jalang Terlatih
73 Gengsi
74 Ternyata Saudari Tiri
75 Suami Yang Sama
76 Kamu Siapa?
77 Bukan Cinta, Tapi Obsesi
78 Menghindari Keluarga Mertua
79 Melarikan Diri
80 Menandatangani Surat Cerai
81 Mengetahui Perpisahan Mereka
82 Menyalahkan
83 Jangan Bahas Itu Lagi
84 Marah Setelah Diam
85 Mereka Pergi
86 Juga Korbannya
87 Turun!
88 Kamu Menyetujuinya?
89 Menunggu Untuk Bertemu
90 LEPAS LANDAS
91 Tiga Tahun Kemudian
92 Rencana Para Kurcaci
93 Kembali Dalam Kegelisahan
94 Diketahui Malini
95 Masih Mencintainya
96 Bertemu Mereka
97 Bisa Berubah
98 Menutupi Rasa Bahagia
99 Sedikit Menggoda
100 Kita Main Lagi?
101 Kompensasinya, Apa?
102 Jangan Menikahinya
103 Keluar Masuk Apartemen
104 Masih Ada Yang Harus Diluruskan Lagi?
105 Dain Anak Kita
106 Beri Kesempatan
107 Kembali Ke Rumah Lama
108 Sadar, Mas!
109 Sekarang Tentukan Pilihan
110 Mengajak Mereka
111 Pernyataan Hudda Di Hadapan Semua Orang
112 Semoga Semua Orang Baik-Baik Saja
113 Berkorban Demi Dirimu
114 Dalang Masalah Selama Ini
115 Pengorbanan Selama Ini
116 Pantas Saja Dia Mencari Kasih Sayang Pria Lain
117 Rencana B (Pernikahan)
118 Padahal, Kami Sering Melakukannya
119 Your Husband (ENDING)
120 BONUS CERITA D3
121 Buru Baca Cerita On-Going Ke-enam Author!
Episodes

Updated 121 Episodes

1
Prolog
2
Sembunyikan Perasaan
3
Nasib Yang Sama
4
Bertemu Wanita Itu
5
Mencurigai Mereka
6
Apartemen Berantakan
7
Mengingat Dalam Kesedihan
8
Kedatangan Sahabat
9
Kebohongan Kerja Luar Kota
10
Membohongi Hudda
11
Membuatnya Curiga
12
Ke Hotel Victoria
13
Membuat Mereka Bingung
14
Sedih Dalam Diam
15
Sengaja Mengabaikannya
16
Lawan Berbisnis
17
Pulang Kerja
18
Dalam Keadaan Mabuk
19
Identitas Tanum
20
Menjemput Malini
21
Menahan Emosi dan Marah
22
Mengetahui Kesalahpahaman
23
Kepergian Sang Ibu
24
Mendengar Kebenaran
25
Pesta Bisnis
26
Obat Gairah
27
Mendominasi Istri
28
Penampilan Tidak Sesuai
29
Diam Memberi
30
Pembicaraan Di Toilet
31
Kebingungan Semua Orang
32
Pesan Masuk
33
Berdebat Di Mobil
34
Diundang Ke Rumah
35
Tiba-Tiba Datang
36
Bersikap Lebih Tenang
37
Wanita Yang Dimaksud
38
Demi Kebersamaan
39
Membantu Menyembunyikan
40
Masih Peduli
41
Datang
42
Tamparan
43
Dipecat
44
Membalas Pesan
45
Di Bius
46
Dibalik Selimut
47
Tetap Santai
48
Kembali Ke Kantor
49
Dalam Tidur Singkat
50
Tanyakan Pada Dirimu
51
Ancaman Suami
52
Terusik Oleh Perkataan
53
Menepikan Prinsip
54
Pewarna Bukan Darah
55
Pria Paruh Baya Di Rumah Sakit
56
Untuk Memata-matai
57
Pemilik Benih Diperut Yuna
58
Tuhan Menakdirkan
59
Kejutan Besar
60
Secara Kebetulan
61
Hadiah Suami
62
Tidak Ada Salah Paham
63
Kamu?
64
Siapa Yang Memberitahunya?
65
Senjata Makan Tuan
66
Siapa?
67
Mengakuinya
68
Terkuak Di Kantor Polisi
69
Berdebat Di Hadapan Keluarga
70
Meninggalkan Rumah
71
Menempatkan Diri Dalam Sedihnya
72
Jalang Terlatih
73
Gengsi
74
Ternyata Saudari Tiri
75
Suami Yang Sama
76
Kamu Siapa?
77
Bukan Cinta, Tapi Obsesi
78
Menghindari Keluarga Mertua
79
Melarikan Diri
80
Menandatangani Surat Cerai
81
Mengetahui Perpisahan Mereka
82
Menyalahkan
83
Jangan Bahas Itu Lagi
84
Marah Setelah Diam
85
Mereka Pergi
86
Juga Korbannya
87
Turun!
88
Kamu Menyetujuinya?
89
Menunggu Untuk Bertemu
90
LEPAS LANDAS
91
Tiga Tahun Kemudian
92
Rencana Para Kurcaci
93
Kembali Dalam Kegelisahan
94
Diketahui Malini
95
Masih Mencintainya
96
Bertemu Mereka
97
Bisa Berubah
98
Menutupi Rasa Bahagia
99
Sedikit Menggoda
100
Kita Main Lagi?
101
Kompensasinya, Apa?
102
Jangan Menikahinya
103
Keluar Masuk Apartemen
104
Masih Ada Yang Harus Diluruskan Lagi?
105
Dain Anak Kita
106
Beri Kesempatan
107
Kembali Ke Rumah Lama
108
Sadar, Mas!
109
Sekarang Tentukan Pilihan
110
Mengajak Mereka
111
Pernyataan Hudda Di Hadapan Semua Orang
112
Semoga Semua Orang Baik-Baik Saja
113
Berkorban Demi Dirimu
114
Dalang Masalah Selama Ini
115
Pengorbanan Selama Ini
116
Pantas Saja Dia Mencari Kasih Sayang Pria Lain
117
Rencana B (Pernikahan)
118
Padahal, Kami Sering Melakukannya
119
Your Husband (ENDING)
120
BONUS CERITA D3
121
Buru Baca Cerita On-Going Ke-enam Author!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!