Membohongi Hudda

🌿🌿🌿

Rangga mengantar Malini dan kedua anaknya ke rumah. Malini mempersilahkan Rangga masuk dan bertamu di rumahnya. Malini menyuguhkan segelas teh ke hadapan Rangga yang duduk sambil bercanda bersama kedua anak Malini.

"Anak-anak, kalian main di kamar. Ayo!" suruh Malini.

"Iya, Ma," balas kedua anak itu dan berlari ke kamar mereka.

"Jadi, kamu tahu hubungan mereka? Kamu mendukung hubungan mereka?" tanya Malini, beranggapan Rangga mendukung Hudda selingkuh, begitu semua karyawan di kantor setelah mengingat sikap Rangga sama seperti yang lainnya, yaitu diam seolah tidak ada yang terjadi.

"Tidak. Aku baru mengetahui kemarin dari Buk Anisa. Sebelum Ibuk mengambil ponsel dariku, Buk Anisa menghubungi Ibuk dan menceritakan kecurigaannya mengenai hubungan mereka berdua. Semua orang tidak tahu karena mereka beranggapan Pak Hudda masih sama seperti pria yang mereka kenal setia. Hanya Buk Anisa yang mengetahuinya, itupun masih kecurigaannya. Tapi ternyata, semuanya …." Rangga menggantungkan perkataannya. 

"Iya. Aku tahu sejak beberapa hari lalu," ungkap Malini dengan wajah geram. 

"Kenapa Ibuk diam? Jika Ibuk bersuara, semua bisa lebih baik."

"Lebih baik? Sikapnya sekarang sudah bertolak belakang dengan prinsipku. Aku akan melihat sejauh mana dia bertindak. Pria yang berselingkuh itu tidak akan bisa berubah jika kita memaksanya dan perubahan itu tidak berasal dari dirinya sendiri," kata Malini sambil mengingat kisah rumah tangga kakak iparnya.

"Aku tahu itu. Tapi, apa semua masalah akan selesai dengan diam?" tanya Rangga dengan menunjukkan wajah tidak bisa menerima sikap diam Malini.

"Bangkai tidak bisa disembunyikan. Tidak perlu aku yang membuka kebenaran itu, dia sendiri yang akan membukanya. Saat itu dia akan sadar kalau dirinya begitu bodoh dan malu sendiri karena tidak bisa menepati janjinya. Terima kasih karena sudah mau mendengar ceritaku. Aku berharap kamu bisa diam," harap Malini. 

"Ibuk akan diam? Bukankah itu sakit?" tanya Rangga dengan memasang wajah prihatin.

"Benar. Sakit sekali. Luka yang paling sakit itu berada di hati. Meskipun tidak berdarah, tapi perlahan bisa menggerogoti pikiran dan membuat seseorang bisa kehilangan akal sehat mereka," kata Malini, menatap vas bunga yang ada di atas meja dengan tatapan kosong.

Rangga menarik napas dalam dan menenangkan perasaan yang sempat tersulut emosi dengan perselingkuhan Hudda yang membuat Malini bersedih. 

Notifikasi pesan masuk ke ponsel Hudda di tengah pria itu sedang mendentingkan gelas bersama orang. Tangannya bergerak menarik gelas lebih dulu dari yang lainnya setelah melihat foto Malini dan Rangga saat berpelukan. Kedua bola matanya membola kaget. Tawa di bibir Yuna memudar setelah melihat ekspresi Hudda. 

Hudda meletakkan gelas di di tangannya ke atas meja dan berjalan keluar dari gedung pernikahan itu. Yuna mengikutinya, berdiri di sampingnya saat Hudda mencoba menghubungi nomor Malini. Namun, sambungan telepon tidak terjawab karena ponselnya tinggal di mobil Rangga yang masih terparkir di halaman rumah. 

"Kalau begitu, aku pamit, Buk. Jangan banyak pikiran, kasihan anak-anak melihat Mama mereka bersedih."

Rangga berdiri dari sofa dan mengambil kunci mobil yang diletakkan di atas meja. Malini berjalan di samping Rangga, mengantar kepergian pria itu dari rumahnya sampai di teras rumah. Rangga tersenyum lebar kepada Malini setelah membuka pintu mobil dan sebelum tubuhnya masuk. Malini membalas senyuman itu. Setelah itu, Rangga masuk dan mengontakkan kunci mobil sampai menyalakan mesin mobil. Klakson mobil dibunyikan dan berlanjut mobil itu berjalan keluar dari gerbang rumah. 

Setelah beberapa meter mobil itu berjalan, deringan telepon dari ponsel Malini terdengar. Rangga mencari-cari sumber suara setelah sadar kalau deringan itu bukan berasal dari ponselnya. Ia mengambil ponsel yang ternyata ada di laci depan mobilnya, ia ingat Malini meletakkannya di sana saat mengutip barang-barang di tasnya yang jatuh di lantai mobil. 

"Pak Hudda," kata Rangga setelah melihat sambungan telepon yang masuk. 

Rangga memutar arah mobilnya dan menjawab sambungan telepon. 

"Halo?" 

Suara Rangga masuk ke sambungan telepon. Suara pria itu terdengar jelas di telinga Hudda dan membuat tangan Hudda mencengkram kuat ponselnya menahan emosi. Hudda memutuskan sambungan telepon dan menanam kesalahpahaman, mengira pria itu benar selingkuh istrinya. 

"Kenapa?" tanya Yuna dengan nada pelan.

"Aku harus kembali ke rumah," kata Hudda dan berjalan menuju mobil.

"Kita belum selesai. Ayolah …!" bujuk Yuna sambil berjalan mengikutinya.

"Aku ada urusan penting. Aku tidak bisa mengantarmu, kamu menggunakan taksi online saja," kata Hudda berbicara setelah membuka pintu mobil.

Hudda masuk ke dalam mobil dan menancap gas mobilnya menuju rumah tanpa berpikir panjang karena sudah termakan oleh sulutan emosi. Dalam waktu setengah jam ia sampai di rumah, mobilnya terparkir tepat di teras rumah. Lalu, tubuhnya bergelagat cepat masuk ke dalam rumah.

"Malin!" panggil Hudda seperti orang yang ingin menggerebek.

Malini keluar dari kamar anak-anaknya, ia berdiri di ambang pintu kamar dengan senyuman tipis yang diperlihatkan. Hudda mendekatinya dan menunjukkan foto yang ada di ponselnya.

"Maksudnya apa?" Hudda mempertanyakan foto itu.

Malini paham dengan emosi yang terlihat di wajah Hudda, ia tahu kalau suaminya itu sudah salah paham. Namun, ia terus menunjukkan ekspresi santai dan tenang, seolah tidak terjadi apa pun. Sikapnya itu membuat Hudda tidak berkutik, apalagi setelah mempertanyakan keberadaan suaminya itu. 

"Itu bukan aku. Mas tahu sendiri kalau sekarang banyak orang yang bisa melakukan manipulasi foto dengan hasil yang sempurna. Bukannya Mas di Bandung? Kenapa tiba-tiba ada di sini?" tanya Malini, berpura-pura tidak tahu kebohongan suaminya itu. 

Emosional membara di wajah Hudda meredah setelah mendengar penjelasan singkat Malini. 

"Baru itu saja kamu sudah tidak bisa menahan emosional mu, Mas. Bagaimana dengan aku yang tahu semua perbuatanmu?" Malini berbicara dalam hati. 

"Aku … aku terpaksa pulang karena ada urusan mendadak di kantor. Perusahaan membutuhkan ku. Kalau begitu, aku akan bersiap-siap ke kantor," kata Hudda.

Hudda berjalan menaiki tangga, sedangkan Malini berjalan menuju dapur dengan perasaan lega karena berhasil berbohong pada Hudda. Padahal, saat berbohong, ia berusaha membenamkan rasa gugupnya karena tidak terbiasa berbohong.

Kaki Hudda berhenti bergerak setelah menaiki tiga tangga dari bawah. Memorinya berputar mengingat sambungan teleponnya yang dijawab oleh seorang pria yang diyakini adalah Rangga, pria yang ada di foto yang didapatnya. Hudda memutar tubuh dan memanggil Malini. Wanita itu berhenti berjalan setelah sampai di depan pintu dapur. 

"Siapa pria yang menjawab sambungan teleponku tadi? Kamu baru saja berbohong mengenai foto editan itu, kan?" tanya Hudda, menatap Malini yang masih berdiri diam membelakangi keberadaannya.

Malini menoleh ke belakang dan tersenyum.

"Tadi Mas menghubungiku dan setelah itu memutuskan sambungan telepon setelah aku berbicara halo. Sebenarnya, apa yang terjadi,  Mas? Apa suaraku seperti laki-laki? Aneh," kata Malini dengan memperlihatkan wajah bingung. 

"Ponselmu mana?" Hudda ingin meyakinkan kalau dirinya tidak halu. 

"Ini." Malini mengeluarkan ponsel dari saku rok nya dan memperlihatkannya kepada Hudda.

"Apa mungkin aku halu? Jelas-jelas telingaku tadi menangkap suara pria," kata Hudda berbicara dalam hati sambil mengingat kembali suara pria yang ditangkap oleh indera pendengarannya.

"Kamu mandi dulu saja, Mas. Tenangkan pikiranmu agar lebih fokus." 

Malini membodohi suaminya itu dengan kebohongan. Tapi, butuh perjuangan baginya untuk berbohong.

Malini lanjut berjalan ke dapur, lalu Hudda kembali melangkahkan kaki ke atas. 

Terpopuler

Comments

Cicih Sophiana

Cicih Sophiana

tukang se ling kuh juga klo di seling ku hi sih ga mau yah 🤭😄😄

2023-12-09

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Sembunyikan Perasaan
3 Nasib Yang Sama
4 Bertemu Wanita Itu
5 Mencurigai Mereka
6 Apartemen Berantakan
7 Mengingat Dalam Kesedihan
8 Kedatangan Sahabat
9 Kebohongan Kerja Luar Kota
10 Membohongi Hudda
11 Membuatnya Curiga
12 Ke Hotel Victoria
13 Membuat Mereka Bingung
14 Sedih Dalam Diam
15 Sengaja Mengabaikannya
16 Lawan Berbisnis
17 Pulang Kerja
18 Dalam Keadaan Mabuk
19 Identitas Tanum
20 Menjemput Malini
21 Menahan Emosi dan Marah
22 Mengetahui Kesalahpahaman
23 Kepergian Sang Ibu
24 Mendengar Kebenaran
25 Pesta Bisnis
26 Obat Gairah
27 Mendominasi Istri
28 Penampilan Tidak Sesuai
29 Diam Memberi
30 Pembicaraan Di Toilet
31 Kebingungan Semua Orang
32 Pesan Masuk
33 Berdebat Di Mobil
34 Diundang Ke Rumah
35 Tiba-Tiba Datang
36 Bersikap Lebih Tenang
37 Wanita Yang Dimaksud
38 Demi Kebersamaan
39 Membantu Menyembunyikan
40 Masih Peduli
41 Datang
42 Tamparan
43 Dipecat
44 Membalas Pesan
45 Di Bius
46 Dibalik Selimut
47 Tetap Santai
48 Kembali Ke Kantor
49 Dalam Tidur Singkat
50 Tanyakan Pada Dirimu
51 Ancaman Suami
52 Terusik Oleh Perkataan
53 Menepikan Prinsip
54 Pewarna Bukan Darah
55 Pria Paruh Baya Di Rumah Sakit
56 Untuk Memata-matai
57 Pemilik Benih Diperut Yuna
58 Tuhan Menakdirkan
59 Kejutan Besar
60 Secara Kebetulan
61 Hadiah Suami
62 Tidak Ada Salah Paham
63 Kamu?
64 Siapa Yang Memberitahunya?
65 Senjata Makan Tuan
66 Siapa?
67 Mengakuinya
68 Terkuak Di Kantor Polisi
69 Berdebat Di Hadapan Keluarga
70 Meninggalkan Rumah
71 Menempatkan Diri Dalam Sedihnya
72 Jalang Terlatih
73 Gengsi
74 Ternyata Saudari Tiri
75 Suami Yang Sama
76 Kamu Siapa?
77 Bukan Cinta, Tapi Obsesi
78 Menghindari Keluarga Mertua
79 Melarikan Diri
80 Menandatangani Surat Cerai
81 Mengetahui Perpisahan Mereka
82 Menyalahkan
83 Jangan Bahas Itu Lagi
84 Marah Setelah Diam
85 Mereka Pergi
86 Juga Korbannya
87 Turun!
88 Kamu Menyetujuinya?
89 Menunggu Untuk Bertemu
90 LEPAS LANDAS
91 Tiga Tahun Kemudian
92 Rencana Para Kurcaci
93 Kembali Dalam Kegelisahan
94 Diketahui Malini
95 Masih Mencintainya
96 Bertemu Mereka
97 Bisa Berubah
98 Menutupi Rasa Bahagia
99 Sedikit Menggoda
100 Kita Main Lagi?
101 Kompensasinya, Apa?
102 Jangan Menikahinya
103 Keluar Masuk Apartemen
104 Masih Ada Yang Harus Diluruskan Lagi?
105 Dain Anak Kita
106 Beri Kesempatan
107 Kembali Ke Rumah Lama
108 Sadar, Mas!
109 Sekarang Tentukan Pilihan
110 Mengajak Mereka
111 Pernyataan Hudda Di Hadapan Semua Orang
112 Semoga Semua Orang Baik-Baik Saja
113 Berkorban Demi Dirimu
114 Dalang Masalah Selama Ini
115 Pengorbanan Selama Ini
116 Pantas Saja Dia Mencari Kasih Sayang Pria Lain
117 Rencana B (Pernikahan)
118 Padahal, Kami Sering Melakukannya
119 Your Husband (ENDING)
120 BONUS CERITA D3
121 Buru Baca Cerita On-Going Ke-enam Author!
Episodes

Updated 121 Episodes

1
Prolog
2
Sembunyikan Perasaan
3
Nasib Yang Sama
4
Bertemu Wanita Itu
5
Mencurigai Mereka
6
Apartemen Berantakan
7
Mengingat Dalam Kesedihan
8
Kedatangan Sahabat
9
Kebohongan Kerja Luar Kota
10
Membohongi Hudda
11
Membuatnya Curiga
12
Ke Hotel Victoria
13
Membuat Mereka Bingung
14
Sedih Dalam Diam
15
Sengaja Mengabaikannya
16
Lawan Berbisnis
17
Pulang Kerja
18
Dalam Keadaan Mabuk
19
Identitas Tanum
20
Menjemput Malini
21
Menahan Emosi dan Marah
22
Mengetahui Kesalahpahaman
23
Kepergian Sang Ibu
24
Mendengar Kebenaran
25
Pesta Bisnis
26
Obat Gairah
27
Mendominasi Istri
28
Penampilan Tidak Sesuai
29
Diam Memberi
30
Pembicaraan Di Toilet
31
Kebingungan Semua Orang
32
Pesan Masuk
33
Berdebat Di Mobil
34
Diundang Ke Rumah
35
Tiba-Tiba Datang
36
Bersikap Lebih Tenang
37
Wanita Yang Dimaksud
38
Demi Kebersamaan
39
Membantu Menyembunyikan
40
Masih Peduli
41
Datang
42
Tamparan
43
Dipecat
44
Membalas Pesan
45
Di Bius
46
Dibalik Selimut
47
Tetap Santai
48
Kembali Ke Kantor
49
Dalam Tidur Singkat
50
Tanyakan Pada Dirimu
51
Ancaman Suami
52
Terusik Oleh Perkataan
53
Menepikan Prinsip
54
Pewarna Bukan Darah
55
Pria Paruh Baya Di Rumah Sakit
56
Untuk Memata-matai
57
Pemilik Benih Diperut Yuna
58
Tuhan Menakdirkan
59
Kejutan Besar
60
Secara Kebetulan
61
Hadiah Suami
62
Tidak Ada Salah Paham
63
Kamu?
64
Siapa Yang Memberitahunya?
65
Senjata Makan Tuan
66
Siapa?
67
Mengakuinya
68
Terkuak Di Kantor Polisi
69
Berdebat Di Hadapan Keluarga
70
Meninggalkan Rumah
71
Menempatkan Diri Dalam Sedihnya
72
Jalang Terlatih
73
Gengsi
74
Ternyata Saudari Tiri
75
Suami Yang Sama
76
Kamu Siapa?
77
Bukan Cinta, Tapi Obsesi
78
Menghindari Keluarga Mertua
79
Melarikan Diri
80
Menandatangani Surat Cerai
81
Mengetahui Perpisahan Mereka
82
Menyalahkan
83
Jangan Bahas Itu Lagi
84
Marah Setelah Diam
85
Mereka Pergi
86
Juga Korbannya
87
Turun!
88
Kamu Menyetujuinya?
89
Menunggu Untuk Bertemu
90
LEPAS LANDAS
91
Tiga Tahun Kemudian
92
Rencana Para Kurcaci
93
Kembali Dalam Kegelisahan
94
Diketahui Malini
95
Masih Mencintainya
96
Bertemu Mereka
97
Bisa Berubah
98
Menutupi Rasa Bahagia
99
Sedikit Menggoda
100
Kita Main Lagi?
101
Kompensasinya, Apa?
102
Jangan Menikahinya
103
Keluar Masuk Apartemen
104
Masih Ada Yang Harus Diluruskan Lagi?
105
Dain Anak Kita
106
Beri Kesempatan
107
Kembali Ke Rumah Lama
108
Sadar, Mas!
109
Sekarang Tentukan Pilihan
110
Mengajak Mereka
111
Pernyataan Hudda Di Hadapan Semua Orang
112
Semoga Semua Orang Baik-Baik Saja
113
Berkorban Demi Dirimu
114
Dalang Masalah Selama Ini
115
Pengorbanan Selama Ini
116
Pantas Saja Dia Mencari Kasih Sayang Pria Lain
117
Rencana B (Pernikahan)
118
Padahal, Kami Sering Melakukannya
119
Your Husband (ENDING)
120
BONUS CERITA D3
121
Buru Baca Cerita On-Going Ke-enam Author!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!