Kesalahpahaman Reinhard

..."Leon. Mending kamu ajak Bella keluar dan berkencan." – Reinhard Salvatore...

^^^"Maaf, janji sore ini kita tunda dulu. Nenekku di kampung sedang sakit, jadi aku harus segera pulang merawatnya."^^^

Usai membaca pesan singkat dari Bianca, Leon bergegas ingin menghubungi gadis itu. Namun, belum sempat niatnya terwujudkan, ada sebuah panggilan masuk dari Bella. Hal tersebut membuat ia menunda untuk menghubungi Bianca.

^^^"Kak Rein udah sadar."^^^

Mendengarkan ucapan Bella, tanpa menjawab, Leon langsung mematikan ponselnya dan menyambar kunci mobil yang ada di atas meja kecil samping ranjang. Ia berlari keluar apartemen dan bergegas ke arah lift untuk turun ke basement.

Tak membutuhkan waktu yang lama, Leon tiba di rumah sakit. Ia berlari menuju ruangan Rein dan membuka pintu ruangan dengan nafas yang terengah-engah.

"Kak!"

Semua mata tertuju pada Leon yang berteriak memanggil kakaknya.

"Sial!" umpat Leon dalam hati saat melihat ada Anya dan Cindy di sana. Ia mengutuki Bella yang malah memberitahu 2 wanita sialan itu lebih dulu ketimbang dirinya. Padahal temannya itu tahu bahwa Anya sedang memiliki niat buruk pada kakaknya.

"Kak Leon," Cindy berlari ke arah Leon dan berbicara dengan nada yang manja serta centil, "syukurlah Kak Rein udah sadar."

"Hahaha. Kenapa aku nggak pernah tau kalian sedekat itu?" kekeh Rein dengan wajahnya yang masih pucat.

Pria bermata biru dan hidung mancung yang persis dengan yang dimiliki Leon itu mengulum senyum kepada keluarga satu-satunya yang ia miliki dari keturunan Salvatore. Ia sangat mencintai Leon, adiknya yang baginya masih seperti anak kecil.

Leon menempik tangan Cindy dengan kasar dan beranjak meninggalkan gadis yang mematung di depan pintu itu. Anya yang melihat sikap kasar Leon, ia menatap tajam kepada Leon. Namun Leon tak

Mempedulikan tatapan tersebut. Karena dari dulu, ia tak pernah suka pada Anya yang menikah dengan kakaknya.

"Kak, tolong jangan menakutiku lagi," lirih Leon sambil memeluk tubuh Rein, "aku udah nggak punya siapa-siapa selain Kakak."

"Hahaha!" Rein menepuk pelan punggung Leon dengan tawanya yang tulus, "semua orang pasti mati, Leon."

"Tapi belum saatnya," ucap Leon sambil melepaskan pelukannya. Ia duduk di kursi yang ada di samping ranjang sambil memegang tangan Rein yang masih tertusuk infus.

"Kakak boleh meninggal setelah memiliki anak, cucu bahkan melihat cucuku," imbuhnya sambil menatap sinis ke arah Anya. Sehalus itu Leon menyindir Anya.

Anya yang merasa hawa panas mengelilinginya di ruangan itu, ia merasa gerah dan tak nyaman.

"Sayang, aku cari makanan sebentar." Anya beranjak pergi meninggalkan kamar tersebut disusuli Cindy.

Kini, hanya ada dua kakak beradik itu di ruangan.

"Leon, jangan pertahankan sikap dingin dan cuekmu itu," pesan Rein menatap iba ke arah Leon, "kau harus menemukan pasangan dan hidup lebih baik lagi."

Leon tersenyum sambil sekilas mengingat wajah Bianca yang sedang terlelap di sampingnya. Hanya dengan bayangan wajah tenang dan menggemaskan itu cukup membuat jantungnya berdebar.

"Bersikap baiklah kepada Cindy."

Ucapan Rein barusan membuat Leon mual dan seperti ingin muntah. Leon benar-benar menganggap Cindy sebagai parasit yang kotor dan menjijikkan.

"Kak ... kenapa menyetir sendiri? Ke mana supir?" dalih Leon yang tiba-tiba teringat akan kejadian nahas yang hampir membuatnya sebatang kara. "Dan Kakak tau? Rem itu diputuskan dengan sengaja."

"Leon, berhentilah mengkhawatirkan sesuatu yang dianggap musibah. Kecelakaan itu murni hanya karena sebuah ketidakberuntungan. Bahkan aku masih hidup saat ini."

"Tapi, Kak—”

"Leon. Mending kamu ajak Bella keluar dan berkencan," potong Rein mengalihkan pembicaraan. "Aku yakin, sampai sekarang dia masih mengejar-ngejarmu."

Mendengarkan ucapan Rein, Leon semakin kesal rasanya. Bagaimana tidak? Sejak dulu Rein berfikir bahwa pria yang Bella cintai itu adalah adiknya. Bahkan Rein berfikir bahwa adiknya lah yang membuat Bella tak menikah sampai sekarang karena terus mengekorinya sampai kuliah pun mereka bersama.

*"Bella sialan*!" umpat Leon kesal karena Bella selalu melarangnya untuk memberitahu bahwa wanita itu memendam perasaan kepada Rein, "kenapa sih nggak jujur aja? Sejak kapan gue liatin tuh anak sebagai wanita?!"

Tok! Tok! Tok!

Baru saja disebut, orang yang disebut pun langsung tiba.

Bella masuk ke dalam ruangan tersebut dengan seragam dokternya. Wanita dengan keanggunan yang natural berdandan tipis-tipis itu terlihat sangat dewasa dan berwibawa. Tapi itu hanya di depan Rein. Beda lagi saat di depan Leon, ia akan menjadi wanita gila yang kerjaannya hanya bisa mengumpat dan emosian.

"Wajah yang menggelikan," rutuk Leon dalam hati saat melihat Bella berjalan dan tersenyum dengan anggun ke arah ranjang yang di tempati oleh Rein.

Bella yang melihat tatapan sinis Leon, ia hanya bisa menyeringai dan langsung membelakangi Leon. Saat Leon tertutup oleh tubuhnya, Bella membawa tangannya ke belakang dan mencubit kuat lengan Leon seolah-olah menyiratkan pesan, "Diam lo bocah sialan!"

"Kak, maaf aku baru datang," ucap Bella lembut kepada Rein, "aku baru tau dari perawat yang berjaga kalau Kakak udah sadar."

"Jadi, tadi kamu di rumah?" tanya Rein dengan perasaan bersalah.

Bella mengangguk sambil tersenyum anggun. Ia menyibak rambut yang menutupi telinganya menggunakan tangan kanan. Kemudian rambut itu ia bawa ke belakang daun telinga.

"Maaf, aku me—”

"Ng-nggak kok. Sudah seharusnya aku mengkhawatirkan kakak sahabatku," potong Bella.

Sementara Leon, Rein dan Bella bersama di rumah sakit, Bianca yang saat itu sedang dalam kereta api menuju kampung halaman, ia menjadi tak tenang dan terus menerus menatap ponselnya. Tak ada satupun balasan dari Leon, padahal pesannya sudah dibaca.

"Apa aku harus mengabarinya kalau di sana nggak ada sinyal?" gumam Bianca sembari menatap pemandangan keluar jendela.

Bianca ingin mengabari Leon bahwa selama ia berada di kampung, mereka tak akan bisa berkomunikasi. Tapi, saat melihat pesan terakhir yang ia kirimkan sudah dibaca dan tak ada balasan, Bianca pun mengurungkan niatnya. Ia berfikir bahwa percuma ia memberi kabar pada pria itu. Lagipula, hubungan mereka belum jelas untuk saling memberi kabar.

Tiba-tiba ponsel Bianca memberikan notifikasi 'low battery'. Bianca menghela nafasnya. Ia memilih mematikan ponsel ketimbang mengisi daya ponsel tersebut.

"Yah ... Senin pagi juga aku akan kembali ke Jakarta. Nggak mungkin dia mencariku."

...🫧🫧🫧...

...BERSAMBUNG......

Terpopuler

Comments

Rita

Rita

yakin Bi bkln ada yg uring2an nich

2023-10-18

1

lihat semua
Episodes
1 Only One Night
2 Forget That Guy
3 Bermainlah Dengan Benar
4 Bibir Merah Itu ...
5 Sekretaris Pribadi adalah Istri Atasan
6 Janji yang Tertinggal di Paris
7 You Broke Me First
8 Masa Lalu Itu Datang Lagi
9 Find Another Woman
10 Jangan Memancingku!
11 Only You
12 Jangan Bertemu Dengannya!
13 It's Not Your First!
14 Beside You, I'm Happy
15 Perempuan Itu Harus Agresif
16 Apa Aku Melakukan Kesalahan?
17 Gadis Yang Ku Ajak Serius
18 Calon Mertua
19 Itu Privasiku
20 Kesalahpahaman Reinhard
21 Bermain Peran
22 My Aggressive Bos! - Part 1
23 My Aggressive Bos! - Part 2
24 My Aggressive Bos! - Part 3
25 Aku Tak Ingin Kecewa ... Lagi
26 Kekasih Leonidas Salvatore
27 Memperjelas Semuanya
28 Olahraga Pagi ...
29 Gadis Bermuka Dua
30 Mencintai Dalam Keheningan
31 Aku Tak Begitu
32 Aku Harus ke Amerika
33 Si Anak Magang
34 Reinhard Kembali
35 I Want You
36 Ingin Menguasai Salvatore
37 Aku Harus Segera Kembali
38 Tanpa Pamrih
39 Siapa Pria Beruntung Itu?
40 Maaf ... Aku Terlambat
41 Kau Akan Menjadi Milikku
42 I Like You and I Want You
43 Bertahanlah Sampai Aku Datang
44 Tunggu Aku Pulang
45 Hilangnya Kesabaran Reinhard
46 Bahasa Manusia
47 Rasa Itu Ada Sejak Dulu
48 Berhentilah Bersandiwara
49 Gentleman
50 Terima Kasih Sudah Bertahan
51 Aku Ini Kaya dan Berkuasa
52 Mengkhawatirkan Hal Yang Tak Perlu
53 Stay With Me, Hmm?
54 Sarapan Buatanmu
55 Kau Telah Mengkhianati Anakku!
56 Amarah Bella Membabi Buta
57 Pelakor vs Istri Sah
58 Apa Aku Jahat?
59 Semua Sudah Terlambat
60 Ancaman Reinhard
61 Anya ... Berbahagialah
62 Nyonya Salvatore
63 Breaking News!
64 Cobalah Mengenal Cinta
65 Ayah Darurat Untuk Janinku
Episodes

Updated 65 Episodes

1
Only One Night
2
Forget That Guy
3
Bermainlah Dengan Benar
4
Bibir Merah Itu ...
5
Sekretaris Pribadi adalah Istri Atasan
6
Janji yang Tertinggal di Paris
7
You Broke Me First
8
Masa Lalu Itu Datang Lagi
9
Find Another Woman
10
Jangan Memancingku!
11
Only You
12
Jangan Bertemu Dengannya!
13
It's Not Your First!
14
Beside You, I'm Happy
15
Perempuan Itu Harus Agresif
16
Apa Aku Melakukan Kesalahan?
17
Gadis Yang Ku Ajak Serius
18
Calon Mertua
19
Itu Privasiku
20
Kesalahpahaman Reinhard
21
Bermain Peran
22
My Aggressive Bos! - Part 1
23
My Aggressive Bos! - Part 2
24
My Aggressive Bos! - Part 3
25
Aku Tak Ingin Kecewa ... Lagi
26
Kekasih Leonidas Salvatore
27
Memperjelas Semuanya
28
Olahraga Pagi ...
29
Gadis Bermuka Dua
30
Mencintai Dalam Keheningan
31
Aku Tak Begitu
32
Aku Harus ke Amerika
33
Si Anak Magang
34
Reinhard Kembali
35
I Want You
36
Ingin Menguasai Salvatore
37
Aku Harus Segera Kembali
38
Tanpa Pamrih
39
Siapa Pria Beruntung Itu?
40
Maaf ... Aku Terlambat
41
Kau Akan Menjadi Milikku
42
I Like You and I Want You
43
Bertahanlah Sampai Aku Datang
44
Tunggu Aku Pulang
45
Hilangnya Kesabaran Reinhard
46
Bahasa Manusia
47
Rasa Itu Ada Sejak Dulu
48
Berhentilah Bersandiwara
49
Gentleman
50
Terima Kasih Sudah Bertahan
51
Aku Ini Kaya dan Berkuasa
52
Mengkhawatirkan Hal Yang Tak Perlu
53
Stay With Me, Hmm?
54
Sarapan Buatanmu
55
Kau Telah Mengkhianati Anakku!
56
Amarah Bella Membabi Buta
57
Pelakor vs Istri Sah
58
Apa Aku Jahat?
59
Semua Sudah Terlambat
60
Ancaman Reinhard
61
Anya ... Berbahagialah
62
Nyonya Salvatore
63
Breaking News!
64
Cobalah Mengenal Cinta
65
Ayah Darurat Untuk Janinku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!