***********
Hari ini, tanggal 7 Juli. Memasuki musim panas, aku lumayan senang karena di musim ini akan ada Hari libur panjang nantinya. Namun, sialnya juga di Musim ini ada ujian yang akan datang. Aku berangkat sekolah seperti biasa. Pergi dengan berjalan kaki dengan nyaman, dan tak ada masalah yang datang ketika berjalan.
Sampai di sekolah, aktivitas biasa kulakukan seperti mencatat materi yang diberikan guru, menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, pergi istirahat di Kantin, dan bermain dengan temanku.
4 hari yang lalu, permainan Hit & Run menyatukan kami semua. Hubungan yang renggang kini perlahan mulai menguat. Ibaratkan sebuah burung kecil yang hidup sendiri saat baru menetas dan saat mereka jadi dewasa, mereka akan melakukan sebuah kolonisasi dengan spesiesnya.
Kami semua mulai menunjukkan sikap kami masing-masing kepada orang yang dipercayai. Kini, aku bisa melihat kepribadian yang mereka sembunyikan saat dulu.
"Raph, bengong Mulu. Main sini."
Dari bangku depan, Gary mengajakku untuk bermain bersama. Aku sebenernya ingin bermain, hanya saja saat ini aku ingin melihat suasana-suasana luar sekolah dari Jendela. Aku duduk di belakang tepat di samping jendela yang mengarah ke luar.
"Gak dulu Gary. Kalian main saja, nanti aku menyusul."
"Yaudah."
Cahaya matahari menyinari terang kelasku. Terkadang, aku merasa silau dengan sinar yang menusuk langsung ke mataku. Tapi itu semua hal yang baik, dengan mendapatkan sebuah Vitamin D dari sinar matahari, Tulang-tulang tubuhku bisa sehat.
Melihat berbagai bangunan yang menjulang tinggi nan jauh disana. Jendela disampingku ini mengarah ke Lapangan sekolah yang berada di bawah. Anak kelas lain sedang berolahraga disana dengan bermain bola Voli.
Guru pun masuk ke Kelas ku. Kali ini, pelajaran tentang GFW ( Grundlegende Fertigkeiten Wissenschaft ). Pelajaran yang lebih ke Teori tentang Skill - Skill yang ada di Bumi ini. Pelajaran ini membahas tentang apa saja sebab-akibat Kemampuan yang ada di dalam diri kita.
Yang mengajar saat ini adalah Bu Emilia. Dia merupakan salah satu Ranker Top 50 saat ini. Dia mengajar disini berkat Kemampuannya dalam menganalisis macam-macam skill yang dia temui. Hipotesisnya tentang Skill pun sudah diakui oleh Asosiasi Ranker.
Sehingga, dia direkrut oleh Sekolah ku untuk menjadi pengajar disini. Banyak anak-anak yang takut dengannya. Karena disaat dia mengajar, Sorot mata tajamnya itu seakan mengintimidasi para murid. Sehingga, membuat para murid yang berada di dalam pengawasannya merasa ketakutan.
Apalagi sifatnya yang tegas itu. Kalau saja kalian kelihatan tidak mengamati pelajarannya dengan benar, dia akan menyuruh kalian keluar dari kelasnya. Dia tak segan-segan untuk memarahi mereka yang tidak bisa menjawab pertanyaan darinya.
Terlepas dari sifatnya itu, pelajaran yang dia berikan sebenarnya sangat membantu para Murid yang ingin menjadi Ranker. Karena kalian dapat mengetahui Karakteristik skill kalian seperti apa dan bagaimana. Membuat sebuah tingkatan skillnya perlahan menaik.
"Kali ini kita akan membahas tentang Bagaimana proses tentang skill ber tipe cahaya terjadi."
Dia menulis Itu di Papan Tulis yang ada di depan. Membuat sebuah Anatomi Tubuh yang sangat bagus. Dia menamai setiap bagian tubuh yang dia buat tadi.
"Proses Skill bertipe cahaya terjadi karena adanya Radiasi Elektromagnetik yang ada dalam tubuh kita ini. Ada yang tau apa itu Radiasi Elektromagnetik?"
Seisi kelas hanya terdiam. Tampak ekspresi Bu Emilia seperti jutek sekali. Karena tidak ada satupun yang menjawab, dia menjelaskan hal itu.
"Radiasi Elektromagnetik itu Kombinasi antara Energi magnet dan Listrik yang saling berosilasi dan merambat melalui ruang dan membawa energi dari satu tempat ke tempat Lain."
Jadi seperti itu toh Radiasi Elektromagnetik. Aku menulis apa yang Bu Emilia katakan ke Buku Tulisku. Dia menunjukkan proses bagaimana terjadinya Skill Bertipe cahaya.
"Apa yang ada Memiliki Skill bertipe cahaya disini?"
Bu Emilia menanyakan apakah ada seseorang disini yang memiliki Skill bertipe cahaya. Yang kutahu sejauh ini, yang mempunyai skill Bertipe cahaya adalah Tom dan Michael. Tom dengan Kekuatan sinar lasernya memanfaatkan Gaya dorong dari energi yang berada di Jantungnya menuju ke Tangannya.
Tom dan Michael pun Mengangkat tangannya karena mereka yang dimaksud oleh Bu Emilia.
"Oke, kalian berdua maju kesini."
Tom dan Michael pun maju ke depan.
"Coba kalian berdua praktek kan bagaimana ancang-ancang kalian saat ingin menggunakan skill."
Tom dan Michael pun langsung melakukan apa ya Bu Emilia perintahkan. Tom melakukan ancang-ancang dengan mengangkat tangannya ke depan. Sedangkan Michael melakukan ancang-ancang seperti ingin berlari.
"Nah jadi begini ya anak-anak. Ketika si.. siapa nama kamu?"
"Tom Bu."
"Nah iya, si Tom ini ingin melakukan Skillnya dengan mengedepankan tangannya ya. Sebuah energi akan terkumpul tepat di telapak tangannya. Ketika semua energi terkumpul, akan ada sebuah pusaran cahaya yang keluar dari tangannya. Semakin dia mengumpulkan energi yang dia punya, semakin besar juga cahaya yang keluar. Apa benar perkataan ibu Tom?"
"Benar Bu. Seperti itu proses ketika menggunakan Skill saya."
Wow… Bu Emilia bisa langsung tau mekanismenya hanya dengan melihat ancang-ancang saja. Memang Skill Analyst yang berada di Jajaran Top Ranker sudah jauh dengan manusia biasa. Memahami mekanisme yang ada hanya dengan melihat sedikit gerakan adalah sebuah Pemikiran yang benar-benar diatas segalanya.
"Nah untuk yang satu lagi ini?"
"Michael Bu."
"Nak Michael ini melakukan sebuah ancang-ancang seperti ingin berlari bukan? Mekanismenya cukup mudah. Semua energi yang berada dalam tubuh akan perlahan keluar. Energi-energi yang keluar akan terkonversi sebagai uap yang keluar dari tubuh. Ketika Energi yang ada sudah keluar, maka tubuh akan terasa ringan untuk bergerak. Disaat itu, dia bisa melakukan sebuah gerakan yang melesat cepat bagaikan kecepatan Cahaya. Namun, berbeda dengan Berlari, gerakan seperti ini biasanya dilakukan oleh seseorang yang mempunyai Skill Teleportasi. Dia menembus ruang yang ada di udara. Kira-kira seperti itulah mekanismenya."
Penjelasannya tentang mekanisme skill Bertipe cahaya sangat mudah dipahami. Dia memakai kata-kata yang mudah dicerna ke dalam otak. Dengan pemikirannya ini, wajar saja bila dia merupakan bagian dari TOP 50 Ranker.
Aku tak tahu skill apa yang dimilikinya. Kalau dilihat dari betapa pintarnya dia dalam melakukan pemikiran secara cepat dan tepat, kekuatannya itu sudah berada di tingkatan teratas. Dengan bantuan pemikirannya yang jenius, Asosiasi Ranker sekarang bisa membuat sebuah Alat penampil statistik terbaik.
Tak heran ada Julukan yang menempel padanya. 'The Ultimate Analyst' itulah Julukan yang selalu menempel padanya. Dengan penjelasannya ini, aku mulai sedikit paham dengan mekanisme skill tipe cahaya.
"Kalau kalian berhadapan dengan seseorang yang memiliki skill bertipe cahaya, kelemahan mereka hanya 1. Mereka tidak bisa berhadapan jangka panjang. Karena biasanya skill ber tipe cahaya akan menggunakan Energi yang banyak. Namun, keuntungan mereka adalah kekuatan yang berasal dari Skillnya itu sangat cepat dan terkadang tidak terlihat. Jalan satu-satunya adalah Mencoba kabur atau mengendap-endap untuk menyerangnya."
Ketika Bu Emilia sedang menjelaskan Skill tipe Cahaya, Adam mengangkat Tangannya.
"Bu, bagaimana jika mereka mempunyai energi yang banyak?"
Adam melancarkan sebuah pertanyaan kepada Bu Emilia.
"Pertanyaan yang bagus. Kebetulan ibu juga mau membahas hal ini setelahnya."
Bu Emilia menggambar sesuatu di Papan tulis itu. Dia menggambar seperti sebuah Ruangan gelap serta seseorang yang ada di dalamnya.
"Ketika kalian bertemu dengan seseorang yang seperti di tanyakan oleh murid satu ini, cukup hindari Ruang Terbuka."
Ruang terbuka? Maksudnya Ruangan yang banyak cahayanya ya? Entahlah aku tak tahu apa yang dimaksud.
"Ruang terbuka yang dimaksud adalah Ruang yang memiliki sirkulasi cahaya yang lancar. Karena orang yang memiliki Skill bertipe cahaya akan cenderung menghindari area yang gelap. Karena apa? Karena cahaya membuat energi yang dikonversikan menjadi Uap menjadi lebih banyak. Karena tubuh mereka akan merasakan panas yang membuat uap di tubuh mereka muncul terus-menerus. Karena salah satu faktor terpenting dari skill tipe cahaya ini adalah Sinar Cahaya itu sendiri."
Oh.. jadi begitu. Pantas saja ketika di Dimensi Ruang yang dibuat oleh Pak Gritz, Skill milik Tom terlihat berbeda. Seperti kecepatan dari sinar itu berkurang. Karena minim sekali cahaya yang dihasilkan dari Dimensi itu. Jadi waktu itu langkah dia untuk kabur dariku adalah yang terbaik untuknya.
Sekali lagi, Penjelasan dari Bu Emilia adalah yang terbaik di dalam sekolah ini. Walaupun dia memiliki sifat yang kurang disukai oleh murid-murid lainnya, namun kalau dipertimbangkan dari sisi bagaimana cara dia mengajar. Keputusan yang tepat dengan mendatangkan Bu Emilia ini.
"Yaudah, kalian berdua boleh kembali ke tempat duduk kalian masing-masing."
"Baik Bu."
Tom dan Michael pun kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.
"Jadi begitulah sekiranya mekanisme dari Skill tipe Cahaya. Semua skill apapun pasti ada kelemahannya. Tinggal kalian sendiri yang bisa memaksimalkan pemikiran kalian. Bisa atau tidaknya lebih baik untuk mencoba terlebih dahulu. Karena ada sebuah pepatah dari orang dahulu Mencoba satu kali tapi gagal lebih baik daripada tidak mencoba sama sekali."
Sepertinya Bu Emilia ingin mengakhiri kelas lebih cepat dari jadwal yang sudah ditentukan. Kini kutahu Bu Emilia sebenarnya hanya ingin kita mencermati apa yang dia berikan. Sifat tegasnya itu adalah cerminan dari seorang pengajar yang ingin membagikan ilmunya dengan sungguh-sungguh.
Karena ilmu adalah yang teratas. Tanpa ilmu, kita tak akan ada pemahaman tentang apa yang ada di Dunia ini. Kami semua mendengarkan apa yang Bu Emilia berikan kepada kami dengan seksama dan sungguh-sungguh. Kuharap materi yang diberikan oleh Bu Emilia bisa diolah oleh para murid-murid kelas ini.
"Oke karena Ibu ada jadwal yang bertabrakan saat ini, maka ibu akan menyelesaikan pelajarannya lebih cepat. Kalian jangan keluar kelas sembarangan ya. Terima kasih."
Bu Emilia membereskan berbagai buku yang ada di meja guru. Dia pergi menuju arah luas kelas. Karena Pelajaran tadi adalah Pelajaran terakhir untuk hari ini, kami hanya tinggal menunggu bell pulang sekolah berbunyi.
*********
"TINGGGG." Bell Pulang Sekolah berbunyi.
Aku bergegas pergi untuk pulang dengan cepat. Seseorang menepuk pundakku disaat sedang berjalan di koridor. Vincent berada di sampingku saat ini.
"Mau pulang bareng Raph? Aku bawa mobil lagi nih."
Dia mengajakku untuk pulang bersama lagi saat ini. Terakhir kali aku pulang bersama dengannya adalah hari senin. Hari dimana dia tertidur pulas karena mabuk. Sehingga dengan terpaksa aku harus menggantikannya untuk mengendarai mobilnya.
Aku menerima tawarannya itu.
"Yaudah. Kamu yang pegang kendali kemudi ya."
"Aman Raph. Yok."
Aku menunggu di Pertigaan dekat sekolah sembari menunggu Vincent yang mengambil mobilnya di parkiran. Kulihat, Novaria bersama Alice sedang berjalan bersama disana. Mereka sepertinya sedang mengobrol dengan asyik sembari berjalan di trotoar. Langit sepertinya tampak gelap karena awan mendung itu.
Tampak Rintikan hujan perlahan jatuh satu persatu. Semakin lama, Rintikan hujan pun bertambah deras. Membuatku harus meneduh di bangunan yang berada di belakangku. Aku melihat Novaria dan Alice berlari ke arah bangunan Toko. Mereka meneduh disana bersama orang-orang yang lain.
Sebuah mobil berhenti tepat di depan. Kaca mobil itu terbuka secara perlahan. Kulihat Vincent yang berada di dalam dengan memegang setir mobil itu. Hah.. kali ini dia membawa Mobil BMW M4. Sepertinya dia tertarik sekali dengan berbagai macam mobil hingga mengoleksi mobil-mobil yang dia sukai.
"Ayok Raph. Cepetan."
Aku pun berlari ke arah Mobil dengan menggunakan tasku sebagai penadah agar tak terkena Rintikan hujan. Vincent membuka pintu mobilnya dari dalam. Aku langsung masuk secepatnya menghindari agar seragamku tidak kebasahan.
Aku masuk kedalam Mobil dan segera menutup pintu mobilnya. Orang-orang yang ikut meneduh di bangunan itu menatap ke arah mobil ini.
"Sudahkah Raph?"
"Dah. Injak gasnya cepetan."
"Iya."
Vincent pun menancap gasnya. Aku melihat ke arah Novaria dan Alice yang sedang meneduh. Tampak seragam mereka kebasahan setelah tadi terkena hujan yang tiba-tiba deras. Tidak ada yang bisa kulakukan dengan hal itu.
"Dimana tadi aku menaruh Kacamataku ya." Vincent sibuk mencari sesuatu di dalam Laci dashboard.
"Kamu nyari apaan dah Vin?"
"Kacamataku. Ga nyaman masalahnya nyetir ga pake kacamata."
Dia masih sibuk mencari-cari Kacamatanya di Laci mobilnya sembari memegang tangan kanannya memegang kemudi dengan tangan kiri. Ini sedikit membahayakan karena fokusnya dalam mengemudi tidak terlalu bagus.
Aku membantunya mencari kacamata yang dimaksud. Setelah mengobrak Abrik isi Laci, kacamatanya berhasil ditemukan. Dia langsung mengenakannya langsung setelah ditemukan.
"Nah gini kan enak. Jadi gak terlalu terang banget lampu belakang mobil yang depan."
Kondisi hujan seperti ini membuat pandangan menjadi terbatas. Dengan derasnya hujan yang mengalir, membuat kaca mobil terlihat basah. Wiper yang bergerak itu membuat embun dan air yang menghalangi pandangan menjadi bersih.
"Kamu masih saling kontak sama Roselianne kah Raph?"
"Masih. Ini hari Minggu nanti rencananya aku mau mengajaknya latihan di tempat Keluargaku."
"Ikut dong. Aku juga udah lama ga ketemu Ama Roselianne. Semenjak dia berbeda sekolah jarang ada waktu bermain bersama seperti saat kecil."
"Hahaha.. bukannya jarang ada waktu Vin. Kamu kalo pagi di hari libur itu bangunnya pasti siang."
"Sial, apa yang kamu katakan itu benar juga sih. Hahahaha."
Kami bercanda di perjalanan agar tidak terlalu merasa jenuh ketika Vincent menyetir. Menjaga Titik fokus adalah yang terpenting ketika mengendarai sebuah kendaraan. Mencegah sebuah kecelakaan terjadi. Jadi aku membuat Vincent bercanda sembari menyuruhnya untuk tetap fokus melihat ke depan.
Visual Emilia :
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments