Aku berada di sebuah ruangan yang sangat gelap dan hampa. Tidak ada cahaya ataupun suara yang muncul di sini.
{Dimana ini?}
Aku terheran-heran. Aku mencoba berjalan ke Depan bahkan suara hentakan kaki pun tidak terdengar sama sekali di telingaku. Aku melihat sekeliling Ruangan ini. Aku mencoba berpikir positif akan kejadian ini.
{Mungkin aku sudah keluar dari Ruangan yang dibuat oleh Pak Gritz. Jadinya aku berada disini sebagai pembatas Dimensinya dengan Dunia Nyata.}
Berpikir positif agar tidak terlalu panik dengan apa yang kulihat disini.
Semakin aku berjalan jauh ke depan, aku merasa bahwa sia-sia jika hanya berjalan tanpa arah. Aku mencoba membuat sesuatu untuk memastikan apakah ini sebuah Ruangan asli atau hanya khalayak semata.
Aku membuat sebuah Penerangan, ternyata berhasil. Aku bisa memastikan bahwa ini adalah Rrealitas. Ketika aku menggunakan Alat Penerangan di tanganku, akhirnya ada cahaya yang dapat membuatku melihat sekeliling.
Sebuah Ruangan besar terlihat di sisiku. Banyak sekali lukisan-lukisan aneh yang terpajang. Lukisan-lukisan yang tak kuketahui siapa yang ada di dalam lukisan tersebut. Tampak seperti seorang Manusia, hanya saja kulitnya terlalu pucat dibandingkan dengan Manusia Biasa.
{Lukisan-lukisan ini seperti aku pernah lihat di dalam Buku yang kubaca di perpustakaan keluargaku.}
Aku mencoba berpikir siapa yang ada di Lukisan ini dan buku apa yang menceritakan tentang itu.
{Ah.. percuma saja, aku tidak ingat apapun.}
Aku melihat ada sebuah tangga menuju ke atas, dengan sedikit nyali yang kupunya, aku mencoba untuk menaiki tangga itu. Berjalan dengan pelan. Suara pun tidak bergema disini.
Diatas, tidak terdapat apapun. Bagaikan sebuah lorong kosong dan sangat gelap di depan. Aku tidak bisa melihat apapun disana. Hanya saja, sebuah karpet merah terpasang di Lantai. Dengan nekatnya, aku memaksakan untuk melanjutkan mengikuti arah Karpet Merah itu.
Perlahan-lahan aku bisa melihat lorong yang tadinya gelap berkat alat penerangan yang kubuat. Lukisan-lukisan lainnya terpampang di sudut-sudut tembok. Bedanya, lukisan yang diatas ini merupakan lukisan-lukisan tentang pemandangan sebuah daerah yang tak ku ketahui. Aku melihat-lihat segala lukisan agar bisa mendapatkan petunjuk tempat apa ini.
Melihat sebuah lukisan sebuah tempat yang tampak asri dengan sebuah danau yang biru, serta diselilingi bukit-bukit di sekitarnya tampak indah.
{Lukisan tempat apa ini, terlalu bagus untuk lukisan yang terpajang disini.}
Kulihat lukisan lainnya, sebuah lukisan dengan seperti tadi, hanya saja danaunya berubah menjadi merah seperti lautan darah. Bukit-bukit hijau yang mengelilinginya pun berubah menjadi gersang dan tandus. Seperti bekas pertempuran terjadi di tempat itu.
{Apa yang terjadi disana, sehingga lukisan ini yang tadinya indah, berubah jadi kelam.}
Kesan gelap terlihat di lukisan yang selanjutnya.
{Lah, lukisan yang ini malah terlihat seperti pertempuran antar bangsa.}
Lukisan selanjutnya memperlihatkan sebuah kumpulan bangsa seperti Monster serta bangsa yang aku tak tahu. Bangsa ini terlihat seperti lukisan yang tadi kulihat di bawah. Sekilas, lukisan-lukisan ini seperti memberitahu sebuah kejadian yang terjadi di tempat itu.
Di lukisan yang kulihat sekarang, kedua bangsa ini terlihat cekcok sehingga menimbulkan banyak korban jiwa dan darah yang ada dimana-mana. Persis seperti lukisan yang ke 2. Dimana darah mengalir ke Danaunya, sehingga membuat Danau yang tadinya memiliki air berwarna biru berubah menjadi berwarna merah Darah.
Aku melihat lukisan selanjutnya, di lukisan ini masih terlihat pertempuran bangsa-bangsa itu menjadi semakin chaos. Kebakaran dimana-mana, tubuh-tubuh bergeletak tanpa utuh terlihat di sekitarnya. Tersisa beberapa saja dari bangsa-bangsa itu yang melanjutkan pertarungan itu.
Tampak seperti kapten-kapten antar pasukan yang tersisa. Mereka bertarung dengan membawa sebuah bendera negara tak kukenal. Sebuah armor terpasang di pasukan-pasukan tersisa. Berdiri tegak seolah menjaga kehormatan dan harga diri masing-masing. Walau terluka pun, mereka tampak gigih saat dilihat dari lukisan ini.
Aku berjalan lanjut melihat lukisan yang terakhir. Di lukisan yang terakhir, hanya tersisa 1 orang dari masing-masing bangsa. Mereka memperebutkan sebuah kehormatannya dan kekuasaannya. Mereka terlihat seperti sedang menyerang satu sama lain. Dari bangsa monster, dia terlihat seperti tertusuk pedang yang di pegang oleh bangsa berkulit pucat ini.
Tampak kesakitan, walau begitu dia tampak gigih dengan pedang menusuk ke arah tubuhnya, dia tetap melawan dengan memegang leher si bangsa kulit pucat itu. Si bangsa kulit pucat itu juga merasakan kesakitan juga bila dilihat dari wajahnya. Mereka berdua sama-sama berjuang dengan gigihnya untuk menang pada pertarungan itu. Fokus terhadap diri mereka masing-masing tanpa menghiraukan mayat-mayat yang tergeletak di sekitarnya.
{Apa maksud dari lukisan-lukisan ini?}
Aku mencoba bertanya kepada diriku sendiri. Lukisan-lukisan itu seperti mempunyai sebuah maksud tersendiri untuk mengetahui tempat apa ini.
Aku melanjutkan berjalan mengikuti karpet merah yang kuinjak. Tampak sebuah ruangan di depan dengan pintu yang terbuat dari sebuah kayu. Aku membuka pintu tersebut tanpa ragu-ragu.
Sungguh terkejutnya ketika aku melihat isi ruangan ini.
{Ruangan Apa INI!}
Potongan tubuh-tubub terpajang di setiap lemarinya. Aku memutuskan untuk keluar dari ruangan itu secepatnya.
Perutku terasa mual ketika melihat potongan tubuh tadi. Menimbulkan sebuah traumatik di kepalaku setelahnya.
{Sialan, aku merasa tidak enak badan melihat tadi. Sebuah potongan-potongan tubuh terpajang rapi di sekitar.}
Aku langsung berlari ke arah kanan setelah keluar dari ruangan tadi.
{Potongan-potongan tubuh tadi terlihat seperti di Lukisan yang terpajang di lorong. Apakah ada maksud tertentu dengan hal itu?}
Aku memikirkan maksud dari hal itu sembari berlari menjauhi Ruangan tadi. Setelah aku berlari menjauhi hal itu, aku melihat kembali sebuah Pintu di depan.
Hanya saja, Pintu yang di depanku ini terlihat sangat besar dan terbuat dari sebuah besi sepertinya. Patung-patung seperti penjaga berada di sampingnya. Patung-patung penjaga besar itu tampak memegang sebuah Kapak di tangannya.
Aku mencoba mendekati pintu besar itu. Disaat aku sudah dekat dengan pintu besar itu, tiba-tiba patung penjaga yang berada di sebelahnya bergerak. Patung itu melayangkan sebuah kapak yang dipegangnya tepat di depan pintu itu. Seperti mempunyai maksud bahwa aku tidak bisa mendekati pintu besar itu.
Aku mencoba menjauhi pintu itu. Aku merasa bahwa sudah di jarak yang aman dengan menjauhi pintu itu, Kapak yang tadinya menghalangi pintunya, kembali ke tempat semula.
{Benar saja, aku tidak bisa mendekati pintu itu kalau masih ada penjaga dengan kapaknya.}
Aku berpikir cara untuk mendekati pintu itu. Ketika aku sedang memikirkan cara untuk mendekatinya, ada sebuah cahaya berwarna kuning datang dari celah diatas pintu itu. Cahaya itu mendekati diriku ini.
Aku mencoba mengadahkan tanganku. Cahaya mendekat kearah tangan yang ku
tadahkan. Sesampainya cahaya itu di tanganku, sinarnya menghilang. Sebuah kunci berada di tanganku seketika.
{Kunci apa ini?}
Sebuah kunci berbentuk seperti sebuah bilah pedang kecil. Kenapa aku tahu bahwa ini adalah Kunci? Karena di ujung bilahnya itu ada semacam motif seperti sebuah Kunci yang biasa kalian lihat di gagang pintu. Aku bisa mengira bahwa ini adalah kunci untuk membuka pintu yang besar disana.
Aku mencoba mendekatinya lagi, namun sama saja hasilnya. Penjaga itu melayangkan kapaknya sekali lagi menutupi pintu. Aku mencoba mencari cara bagaimana membuka pintu tersebut
Aku memeriksa kunci yang tadi, kali aja ada cara untuk membukanya di kunci ini. Benar saja, ada sebuah motif tersembunyi seperti kata-kata dari bahasa yang tak ku mengerti. Aku butuh sebuah alat penerjemah agar dapat menerjemahkan kata-kata yang ada di kunci berbentuk bilah pedang ini.
Aku mencoba membuat alat penerjemah antar bahasa dengan skillku. TA-RA.. Alatnya pun sudah terbuat. Sebuah alat yang mirip dengan Kaca Pembesar ini bisa menerjemahkan segala bahasa yang ada. Namun, ada satu hal yang membuatku keheranan saat ini.
{Kenapa Alat Penerangan yang tadi kubuat tidak menghilang?}
Aku tahu secara pasti kelemahan skillku. Tapi untuk kejadian kali ini aku tidak bisa menalarnya dengan logika yang ada. Aku tidak memaksakan tubuhku untuk membuat 2 sekaligus. Dan juga ini adalah buatanku, bukan salinan.
Aku sudah pusing duluan sebelum menerjemahkan kata yang ada di bilah pedang karena hal ini.
{Sudahlah, lanjut aja. Tidak ada gunanya juga memikirkan hal ini secara berlebihan. Barangkali memang ini sebuah kesalahan dari sistem.}
Aku langsung memakai alat penerjemah yang kubuat tadi. Aku melihat menggunakan alat itu ke arah kata-kata yang ada di kunci bilah pedang. Aku melihat huruf per huruf.
{L..U..B…A…N…G. K…A…P…A…K.}
Sebuah kata yang ada di bilah pedang itu bermakna 'Lubang Kapak'. Aku mulai memikirkan maksud dari Lubang Kapak.
{Apa ini ada hubungannya dengan Kapak besar itu ya…}
Sepertinya kunci ini ada hubungannya dengan sebuah kapak itu. Aku mencoba mendekati pintu itu sekali lagi. Kapak melayang di depanku, aku mencoba melihat secara detail kapak itu.
{Hah, ada lubang di Kapak itu. Apakah itu cocok dengan Kunci ini? Kucoba saja dulu.}
Sebuah Lubang kecil ada di Kapak itu. Bila kalian melihat secara detail maka kalian akan menemukannya. Aku mencoba memasukkan kunci yang kupegang ke Lubang Kapak itu.
{Ternyata cocok dengan kuncinya.}
Kapak yang tadinya menghalangi pintunya kembali dengan semula tanpa aku harus menjauh. Aku merasakan guncangan setelahnya.
Tangan si Patung penjaga itu bergerak, bergerak seperti membuka pintunya dengan perlahan. Pintu besar itu terbuka dengan perlahan akibat di dorong oleh patung penjaga itu.
Pintu besar sudah terbuka sepenuhnya. Aku segera masuk menuju ke dalam Ruangan. Setelah aku masuk, aku melihat patung penjaga itu berpose hormat kepadaku. Aku merasa ada yang tidak beres disini.
Di dalam Ruangan ini tampak luas. Pilar-pilar perak membentang, karpet merah dengan sebuah emas di sampingnya terpasang luas di lantai. Aku melihat sebuah singgasana megah di atas.
Ada seseorang yang duduk di singgasana itu Bak seperti Raja. Di Ruangan ini, akhirnya aku bisa mendengar hentakkan kakiku yang tadi tidak terdengar sama sekali. Kulihat di Singgasana itu, ada seseorang Bak seperti Raja yang sedang duduk dengan menyilangkan kakinya. Dia juga berpose dengan menadahkan pipinya dengan kepalan tangan miliknya.
Aku mencoba berbicara dengannya.
"Siapa kamu yang di singgasana itu?" Aku bertanya padanya.
Perkataanku tidak direspon olehnya. Aku pun mendekat lagi ke arahnya dan mencoba bertanya lagi kepadanya.
"Siapa kamu?"
Dia tidak merespon lagi. Ketika aku mencoba mendekat lagi ke arahnya, tiba-tiba alat penerangan ku mati secara tiba-tiba. Membuat suasana di sekitarnya menjadi gelap kembali.
Disaat suasana sedang gelap tanpa ada cahaya yang masuk, aku mendengar suara hentakkan kaki.
"DUK..DUK..DUK."
Aku langsung memasang posisi bertarung untuk jaga-jaga. Suara langkah kaki terdengar semakin mendekat ke arahku. Ketika aku sedang panik karena suara itu, ada sebuah tangan memegang kedua Pundakku. Di depanku saat ini, aku sedang melihat seseorang dengan Mata Merah berkilau Persis seperti mimpiku waktu itu.
"Kau.. Raphael Ignite ya.. sudah lama tidak bertemu denganmu."
Dia berbicara. Aku mencoba untuk membalas omongannya.
"Si-siapa kau? Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" Dengan nada ketakutan dan seluruh tubuhku bergetar.
Aku merasakan sebuah terror darinya. Mata merah itu, seakan mengintimidasi diriku ini.
"Sayang sekali jika kau lupa. Padahal aku menganggapmu seperti temanku."
Karena suasana Gelap ini, aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Aku hanya bisa melihat mata merah miliknya yang bersinar terang.
"Aku tidak bisa melihat wajahmu dengan jelas karena kegelapan ini."
"Baiklah, akan ku nyalakan pencahayaan Ruangannya terlebih dahulu."
"TEK." Suara jentikkan jari.
Lampu ruangannya pun menyala. Betapa terkejutnya aku ketika melihatnya.
"Kau.. kau yang di lukisan itu kan? Yang menusukkan pedang ke tubuh Monster."
"Ya.. itulah aku. Tapi bukan itu yang kumaksud Sialan!" Dia merasa kesal.
"Lalu apa?" Aku keheranan dengannya.
Aku tidak pernah bertemu dengannya kalau kuingat-ingat.
"Hah.. ini aku, yang kau kalahkan waktu kejadian Dungeon Break."
{HAHHHH!!!!}
"Kau Pasti bohong kan? Aku melawan sebuah monster saat kejadian Dungeon Break. Bukan seorang Manusia."
"Hah… aku ini Vampire, bukan manusia." Dia tampak memegang wajahnya.
"Lah.. mana coba kulihat gigimu."
Dia menunjukkan giginya kepadaku. Aku melihat sebuah Taring di giginya. Dia benar, dia adalah seorang Vampire.
"Benar Vampire lagi.. lagipula beda juga, yang aku lawan saat Dungeon Break adalah Minotaur, bukan Vampire."
Aku menyanggah kata-katanya.
"Itu aku sedang memindahkan kesadaranku ke sana."
"Ohh.. begitu jadinya."
"Hanya OH responmu terhadapku?"
"Terus harus respon apa? Respon terkejut gitu? Maaf-maaf aja, mukamu bukannya seram malah lucu di hadapanku."
"Ya minimal ketakutan lah.. kan waktu itu sudah kubilang bahwa aku akan menunggumu di Neraka."
"Terus? Apa ini Neraka?" Aku bertanya padanya.
"Ya… bukan sih. Tapi tetep aja kamu udah bertemu denganku. Kamu tidak takut aku balas dendam?"
"Ngapain takut. Kan kamu udah kalah dariku."
"HAH!!! Kalah? Eh, aku hanya mengalah saja waktu itu. Itu juga bukan tubuh utamaku melainkan hanya kesadaranku yang ditanam di sana."
"Yaudah, mau bertarung sekali lagi?"
Aku memasang ancang-ancang dengan mengepalkan tanganku. Aku cukup percaya diri jika melawannya.
"Wet-Wet. Tenang dulu, aku membawamu kemari bukan untuk berkelahi. Sebaliknya malah, aku mau menawarkan kerjasama denganmu."
"Kerjasama untuk apa?"
Dia menawarkan sebuah negosiasi kepadaku untuk apa? Bukankah seharusnya dia berpikir aku adalah musuhnya?.
"Aku tertarik denganmu, aku ingin meminjamkan sedikit kekuatanku kepadamu. Dengan catatan, kau harus memakai sebuah sistem yang kumiliki. Sistem ini berbeda dengan apa yang ada di Bumi."
"Kekuatanmu? Memangnya kekuatanmu itu sekuat apa?"
Aku bertanya kepadanya untuk memastikan kekuatan yang dia miliki sebenarnya.
"Hah.. kau ini." Dia menghela nafas panjang.
Dia mengeluarkan kekuatannya di hadapanku. Sungguh aku merasa merinding ketika melihat kekuatannya. Dia bisa memanifestasikan apa aja dengan darahnya. Mirip seperti punyaku, hanya saja kekuatannya tidak ada batasannya. Dia bisa mengendalikan apapun hanya dengan darah setetes.
Di hadapanku, dia mengumpulkan darah-darah yang tidak tau asalnya darimana menjadi sebuah kumpulan besar yang melayang. Dia melemparkan itu tepat ke arah patung penjaga yang sedang berhormat di depan pintu itu.
"BOOM!!"
Patung penjaga yang besar itu Hancur tak bersisa setelah terkena serangannya.
{Gila!!! Kekuatan yang sangat kuat.}
"Bagaimana? Tertarik? Apa mau kau melihat lagi kekuatan yang lain?"
{Hah? Dia memiliki kemampuan lain? Berapa banyak kemampuan yang dia punya?}
"Aku ingin melihat kemampuan yang lainnya."
"Sesuai perintahmu. Aku akan menunjukkan semua skill yang kupunya."
Patung penjaga yang tadinya hancur tak bersisa itu tiba-tiba terbangkitkan kembali. Patung penjaga yang sudah terbangkitkan Kembali itu pun berjalan menuju ke arah kami berdua Guncangan terjadi setiap kali dia menghentakkan kakinya.
Dia melakukan penghormatan seperti hormat kepada sang raja kepada kami berdua. Vampire itu.. memiliki kekuatan yang bisa menghancurkan sebuah negara.
Dia masih menunjukkan skill yang lainnya lagi. Dia mampu melihat masa depan juga. Dia menunjukkan bahwa 10 menit lagi akan ada suara petir yang terdengar.
****
10 menit Berlalu. Benar saja, suara petir terdengar sampai ke Ruangan ini.
"DERRR."
Dia bisa melihat masa depan dengan waktu yang lumayan lama.
"Bagaimana? Mau kerjasama denganku?"
"Aku akan memikirkannya sebentar, tapi sebelum itu, apa yang kamu minta dariku?"
"Simpel aja, aku hanya ingin kau membantuku untuk mengalahkan seseorang yang dari lama ingin kukalahkan. Aku sudah melihat masa depanmu dari kejadian Dungeon Break itu. Dan kau adalah orang yang cocok sebagai partnerku."
"Masa depanku? Memangnya bagaimana masa depanku?"
Aku lumayan penasaran dengan masa depanku.
"Itu adalah Rahasia. Karena tak semua informasi dapat diketahui olehmu. Ada sebuah sistem di Universe ini yang membatasi segala informasi yang dianggap tabu. Bahkan untukku saja tidak bisa mengalahkan sistem itu."
"Hm… baiklah aku akan bekerja sama denganmu."
"Kalau begitu mari kita lakukan ritualnya."
Kami berdua pun menyiapkan segala yang dibutuhkan untuk melakukan ritual Kerjasama.
Visual Triniade de Luciel :
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments