Awal-awal, kami menyiapkan sebuah kuas untuk membuat sebuah lingkaran sihir.
"Dimana Kuasnya hey Vampire bodoh."
"Bisa gak sih kalo manggil sopan dikit. Aku lebih tua darimu bocah."
"Yaudah, dimana Kuasnya Pak Tua?"
Vampire itu tampak memasang gesture ingin menonjok ku.
"Panggil saja Triniade. Dan juga, kuasnya berada di Ruangan koleksi potongan tubuh ku."
{HAH!! Tempat yang tadi. Aku tidak mau kesitu lagi.}
"Waduh, kamu aja yang ngambil kalau disitu. Aku trauma."
"Yaudah tunggu sebentar, jangan kemana-mana."
"Tenang saja."
Si Vampire itu pun pergi meninggalkan Ruangan. Aku mencoba melihat sekeliling ruangan ini. Mencoba memegang singgasananya.
{Wah, Singgasana ini terbuat dari lapisan emas asli, pasti mahal nih kalau dijual.} Ucap hatiku tentang Singgasana itu.
Aku duduk di singgasana itu untuk mencoba sensasi seperti Sang Raja.
"Empuk juga duduk disini."
Aku memasang Pose seperti Seorang Raja yang memerintahkan para Bawahannya. Puas sudah duduk di Singgasana ini. Aku mencoba melihat ke luar dari jendela besar yang tersedia.
Suasana di luar tampak gelap dan tidak ada cahaya sedikitpun yang menyinarinya. Hanya ada suara sebuah Petir yang tampak terdengar.
****
5 menit berjalan, Sang Vampire bodoh itu tak kunjung kembali kemari. Aku sangat bosan menunggu lama di sekitar sini. Karena intimidasi yang tadi dia berikan sudah kunjung hilang, alat penerangan yang rusak tadi kuhilangkan.
******
10 menit berlalu, akhirnya Vampire bodoh itu datang dengan membawa banyak barang di tangannya.
"Kau bawa apa saja itu?"
"Hmm. Bentar kuletakkan dulu ini."
Dia meletakkan barang-barang yang tadi di genggamnya ke lantai. Sebuah kuas dan sebuah kalung berlian?.
"Kalung berlian buat apa? Pak Tua."
"Masih aja manggil Pak Tua!! Dibilang panggil Triniade aja. Kalung ini sebagai perantara antara kau dengan sistem yang kupunya. Tubuhmu masih belum bisa menerima sistem yang kupunya tanpa perantara, kalau dipaksakan tubuhmu yang ada hancur tak bersisa."
Dia tampak kesal dipanggil pak Tua.
"Oh begitu Triniade. Yaudah, lalu apa yang akan kau lakukan setelah mendapatkan barang yang dibutuhkan?" Aku bertanya pada Triniade.
"Aku akan membuat terlebih dahulu sebuah lingkaran sihir. Tunggu sebentar."
"Baiklah."
Triniade membuat sebuah lingkaran di dalam ruangan ini. Dia memakai kuas yang dia ambil tadi dan menggunakan setetes darahnya yang bisa dimanifestasikan menjadi lebih banyak. Dia membuat lingkaran dengan dikelilingi sebuah huruf-huruf kuno yang tak kukenali.
Tampak fokus mengiringinya dalam pembuatan sebuah Lingkaran Sihir itu. Triniade sangat berhati-hati dalam membuatnya agar tidak terjadi kesalahan yang sedikit pun terbuat olehnya. Setelah sebuah huruf-huruf kuno terbuat, dia melanjutkan dengan menggambar sebuah seperti gambar Bintang di tengahnya.
Kemudian, dia membuat sebuah garis-garis dari huruf-huruf kuno yang mengelilingi lingkaran itu ke arah Bintang yang berada di tengah. Disaat Triniade sudah menggambar semua garis-garisnya menyatu dengan bintang ditengahnya, perlahan huruf-huruf kuno yang mengelilinginya bersinar terang.
"Akhirnya selesai juga."
Triniade sudah selesai membuat lingkaran sihirnya.
"Cahaya apa itu?" Bertanya kepada Triniade.
"Tenang saja, ini hanya sebuah sinar menandakan bahwa lingkarannya berhasil bekerja dengan baik."
"Apa kau yakin?"
"100% yakin, aku percaya dengan intuisiku. Kau coba berdiri di tengah lingkaran itu menggunakan kalung berlian yang tadi ku ambil."
"Baiklah, kalau kau bilang seperti itu. Aku akan percaya padamu."
Aku berdiri di tengah lingkaran sihir itu sembari mengenakan sebuah kalung berlian. Cahaya-cahaya yang berasal dari huruf kuno itu perlahan mendekati sebuah bintang yang ku injak melalui garis-garis yang menyatu dengan bintangnya.
Aku merasakan sebuah kekuatan mengalir dalam diriku, namun disaat kekuatan mengalir dalam diriku, aku merasakan sakit yang luar biasa di tubuhku.
"Oe Triniade… apa kau yakin proses ini benar? Aku merasakan sakit di seluruh tubuhku saat ini. AAAKKK."
"Tenanglah Raphael, itu hanya sakit agar kau terbiasa dengan kekuatannya. Sebenarnya tubuhmu sangat rapuh, sehingga kau harus terbiasa dengan rasa sakit itu agar bisa mengendalikan kekuatan yang masuk ke dalam tubuhmu."
Aku merasakan sakit yang luar biasa selama bermenit-menit. Walaupun kekuatan mengalir ke dalam tubuhku, rasa sakit ini tak terbendung. Sejujurnya aku merasa bahwa tubuhku mau hancur lebur dengan kekuatan yang masuk ini.
Saat aku sedang kesakitan, kulihat Triniade seperti sedang merapalkan sebuah mantra ke arah lingkaran sihirnya.
"Ω σεβαστοί μου πρόγονοι, χρειάζομαι λίγη από τη δύναμή σας για αυτό το παιδί. Παρακαλώ δώστε τη δύναμή σας σε αυτό το παιδί, ώστε να μπορέσω να εκδικηθώ το έθνος μας στον καταστροφέα. Ω πρόγονοι."
Dia berbicara dengan bahasa yang aku sama sekali tidak mengerti ucapannya. Bermenit-menit lamanya aku menahan rasa sakit di tubuhku ini, akhirnya secara perlahan cahaya dari huruf-huruf kuno itu mulai memudar.
Kekuatan yang mengalir ke dalam diriku sudah terhenti setelah cahaya itu lenyap. Tubuhku langsung terasa lemas dan tak sanggung untuk berdiri. Kesadaranku yang tadi kupertahankan mulai memudar. Yang kulihat hanyalah sebuah kegelapan di mataku ini.
******
Aku membuka mataku, di hadapanku, Frans mencoba menyerang ku dengan sebuah tongkat di tangannya. Refleks aku menghindar dari serangannya.
{Apa-apaan ini, aku kembali lagi kesini. Seingatku aku tadi bersama Triniade di sebuah Ruangan.}
Aku masih mencerna apa yang terjadi tadi.
"Ini sudah berapa menit Frans?"
Aku bertanya kepada Frans untuk memastikan.
"Hah? Apakah kepalamu terbentur sesuatu? Sehingga membuat mu lupa ingatan."
"Aku serius."
"Ini hanya 1 menit dari tadi kau ingin mencoba kabur dariku dan aku tau gerakan mu selanjutnya."
{Hah? 1 Menit? Perasaan tadi aku berada di Ruangannya sekitar 2 jam lamanya. Apakah itu hanya mimpi?}
Aku terheran-heran dengan peristiwa ini.
"Sudahlah terima ini Raphael.HIYA!"
Frans melayangkan sebuah serangan padaku. Tiba-tiba tubuhku dengan sendirinya bergerak menghindari serangannya.
{Hah? Kenapa tubuhku terasa seperti bergerak sendiri?}
"I-ini tidak ada dalam Masa depan yang kulihat."
Apakah ini benar-benar masuk akal? Aku melihat sebuah jendela hologram tepat di depanku.
-Selamat datang di Triniade System. Saya, Vania. Akan membuat anda menjadi lebih kuat seperti yang Tuan Triniade perintahkan pada saya.
Aku mulai memikirkan apa yang tadi hanya mimpi semata atau memang kesadaranku dipindahkan oleh Triniade ke sana.
"Hey Frans. Apa kamu melihat hal ini?" Sambil menunjuk jendela Hologramnya.
"Apa yang kau maksud? Apa kau sudah tidak waras karena tidak menang dariku?"
Sepertinya dia tidak bisa melihat hologramnya, yang artinya hanya aku yang bisa melihat jendela hologram ini. Aku ingin memastikan sistem yang Triniade berikan kepadaku harusnya. Tetapi aku perlu mengalahkan Frans terlebih dahulu.
Aku menyerangnya menggunakan sebuah beladiri yang kupelajari dari kecil. Sebelum sebuah tendangan ku layangkan kepada Frans, aku melihat sekilas bahwa Frans akan menghindar ke arah Kanan.
Dan benar, Frans menghindari tendanganku ke arah kanan. Aku langsung mengubah arah tendanganku ke kanan mengikuti pergerakannya. Tepat terkena di mukanya. Frans terpental setelah terkena tendanganku.
Dia memegangi wajahnya dan merasa kesakitan.
"SIALAN!! Bagaimana kau tahu persis arah aku menghindar."
Aku juga tidak tahu apa yang terjadi denganku. Kilasan itu tiba-tiba terlihat olehku. Aku menyerangnya kembali, hanya saja kali ini aku menggunakan sebuah pukulan tepat ke arah Wajahnya lagi.
Kilasannya muncul kembali, Frans bergerak menghindari pukulan itu dengan menunduk. Aku langsung mengantisipasi hal itu dengan menggerakkan siku ku juga. Pukulanku berhasil di hindarinya, namun dia tidak bisa menghindar siku ku yang ku arahkan ke bawah.
"BUUK."
Tepat kena di lehernya. Frans langsung jatuh terbaring setelah terkena sikutan ku.
"Ka-kau apakah Kau memiliki kekuatan yang kau sembunyikan. Apa Kau mempunyai kekuatan melihat masa depan sepertiku RAPHAEL!!." Dia berteriak sembari tersungkur ke tanah.
Aku melihat ke arah tubuhku, hal aneh ini, apakah ini kekuatan yang tadi mengalir kepadaku.
Disaat aku sedang melihat ke tubuhku, sebuah hologram muncul kembali kali ini.
-Nama : Raphael Ignite. Level. : 1
Umur : 17 Tahun. Kemampuan : Manifestation Equipment.
Rank : F
Durability : E. Endurance : E
Strength : E. Vision. : D
Agility. : E. Speed. : E
Unique Skill :
1.Future Sight (B-Class) : dapat membuatmu melihat gerakan lawan kedepannya selama 3 detik.
……. (A-Class). : Terbuka setelah tubuhmu dapat kuat menahannya.
……. (A-Class). : Terbuka setelah tubuhmu dapat kuat menahannya.
Sebuah statistik dariku diperlihatkan dalam Hologram itu tanpa sebuah alat. Biasanya, untuk melihat statistik kamu perlu alat khusus yang digunakan oleh asosiasi Hunter. Namun aku lebih terkejut dengan Unique Skillnya.
{Sejak kapan aku mempunyai Unique Skill Future Sight. Aku hanya memiliki kemampuan Manifestation Equipment saja. Apakah ini berkat kekuatan yang tadi mengalir di dalam tubuhku.}
Di satu sisi aku senang karena mendapatkan sebuah Unique Skill yang lumayan bagus dipakai untuk melawan Frans. Namun di sisi lain, aku heran dengan skill A-Class yang belum terbuka. Aku penasaran skill apa itu.
Frans yang tersungkur itu langsung bangun dari jatuhnya. Dia tampak marah Sejadi-jadinya.
"Kau nih emang nyari masalah denganku Raphael."
Aku tidak merespon perkataan itu agar dia tambah kesal.
"Oe, kau tidak merespon Perkataan ku? Sialan juga."
Kuanggap omongan yang keluar dari mulut Frans hanya Suara nyamuk yang sedang terbang saja.
Frans merasa kesal karena omongannya tidak direspon dengan baik olehku. Dia langsung menyerang ku dengan tangannya. Aku dengan gampangnya menepis hal itu. Aku langsung memberikan serangan balasan kepadanya
Aku memukul Frans tepat di mukanya sekali lagi.
"KUAKK." Suara pukulan yang tepat kena di Wajah Frans.
"SIALAN!! BERANINYA KAU MEMUKULKU LAGI. KU AKAN PASTIKAN KAU MENDERITA RAPHAEL."
Frans melakukan sebuah gerakan yang abstrak. Dia berlari zig-zag ke arahku. Di penglihatan ku, gerakan dia selanjutnya masih terlihat dengan detail, mau apa dia memaksakan hal itu kalau dia saja sudah tau aku memiliki kemampuan yang sama sepertinya.
Persis dengan penglihatan ku, sesaat dia sudah lumayan mendekat, dia akan melakukan sebuah gerakan memutar dengan kakinya. Dia menendang memutar ke arahku. Hal itu sudah terlihat di kilasannya.
Aku dengan segera menangkap kakinya dengan tangan. Kaki kanannya kutangkap. Kutarik kakinya ke belakang sehingga tubuhnya mendekat ke arahku. Aku langsung memukul perutnya ke atas dengan tangan kanan ku.
"KUAKK."
Sejumlah cairan keluar dari mulut Frans yang habis terkena pukulan ku. Dia merintih kesakitan dan tampak tubuhnya sudah tidak kuat lagi untuk melanjutkan pertarungannya.
Dia memegangi perutnya dengan ekspresi yang sangat merasakan sakit yang pedih.
"Sial, bagaimana bisa kau bertambah kuat Se singkat ini."
Dia meludah ke bawah. Yang keluar bercak darah bukan air liur.
"Gimana, mau lanjut?"
"Aku menyerah. Ku Akui kekalahanku hari ini."
"Baguslah."
Dia memilih menyerah. Itu adalah pilihan yang bagus ketika tubuhmu sudah tidak kuat lagi untuk menerima serangan lainnya.
"Frans Muller kalah. Dia akan keluar dari dimensi dalam 10 detik."
Suara pengumuman dari Pak Gritz.
"Raphael, aku akan menantangmu kembali lain kali. Jangan sampai kalah ya."
"Tenang saja Frans. Aku percaya diri dengan kemampuan ku saat ini."
"Hahaha, ya sudahlah. Aku akan melihatmu dari Luar sana."
"Aku akan memberikanmu sebuah tontonan yang menarik tuk dilihat."
"Baiklah, aku pegang janjimu."
Setelah itu Tubuh Frans menghilang dari dimensi ini. Aku merasa bahwa ini adalah sebuah Anugerah yang kuterima dengan singkat.
-Raphael Ignite berhasil menang dalam Pertarungan pertamanya. Level anda akan Naik!.
Sebuah hologram kembali muncul di hadapanku.
Aku mencoba melihat data statistik ku kembali. Level ku yang tadi hanya Level 1 sekarang naik menjadi Level 2. Stats ku pun sedikit naik yang tadinya Kebanyakan E, sekarang sudah berubah menjadi E+. Sebuah kenaikan yang tidak banyak, namun membuat diriku mengalami perubahan yang lumayan signifikan.
Suara terdengar kembali kepadaku.
×Bagus Raphael. Aku menantikan aksi selanjutnya darimu.
Sepertinya suara ini adalah Suara Triniade. Aku merespon ucapannya dengan sedikit kasar.
×Tenang saja pak Tua. Aku akan membuatmu merasa bahagia karena bekerja sama denganku.
×Bocah Sialan! Sudah kubilang jangan panggil aku Pak Tua.
×Hahaha, tapi aku berterimakasih padamu Pak Tua. Aku sangat bersyukur dengan kekuatan yang kau berikan padaku.
×Baguslah, kau harus memberikan sebuah pencapaian yang akan membuatku puas denganmu.
×Nantikan saja hal itu Pak Tua.
Sehabis itu, Suara Triniade tidak terdengar kembali. Aku langsung menyusul yang lain di Markas Lawan. Aku sedikit terhambat karena pertarungan ku dengan Frans. Kali ini, aku tidak akan terlambat lagi.
Visual Karakter Frans Muller :
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
hansen patar
panjang amat baru dapat Sistem nya Thor..
alur nya di sengaja Lambat begini ya??
2023-10-05
0