Chapter 16 Akhir dari Pertarungan

Mereka semua menyusul ke Arah Reinhart dan Kroenzi yang sedang bertarung. Hanya saja, di perjalanan Vincent dan Novaria bertemu Clara di Sela-sela bangunan. Clara yang melihat mereka berdua dengan segera menghindari secepat mungkin.

Kemungkinan yang ada di pikiran Clara adalah dia tidak bisa melawan mereka berdua dengan staminanya yang tersisa sedikit. Makanya dia menghindari bertatap muka dengan Vincent dan Novaria.

Vincent menyadari bahwa Clara yang hendak kabur, kemudian segera berlari mengejar Clara. Novaria yang sadar bahwa ada seseorang yang dilihat Vincent Bergegas mengikuti Vincent berlari.

Clara menggunakan sebuah skill yang bisa meniadakan Gravitasi yang ada di dirinya. Sehingga dia bisa melayang dengan cepat untuk menghilang dari kejaran Vincent dan Novaria. Clara melayang melesat cepat meninggalkan mereka berdua.

Vincent yang melihat bahwa Clara sudah pergi meninggalkan mereka berdua dengan cepat langsung menghentikan pengejarannya. Layarnya pun menzoom Vincent dan Clara.

"Kau melihat siapa Vin?"

Suara mereka berdua terdengar di Layar itu.

"Aku melihat Clara yang hendak kabur. Sialnya berhasil lepas dari kejarannya. Dia melayang di udara dengan cepat."

"Clara? Skill apa yang dia gunakan?"

"Aku belum tahu pasti. Tapi kalau dari kemungkinan dia melayang, dia memiliki sebuah skill pengendali Gravitasi."

Pemikiran Vincent benar. Clara memang memiliki skill Pengendalian Gravitasi, hanya skillnya itu sangat menguras tenaga yang besar. Bisa kubilang, Vincent ini dapat mengetahui apapun mengenai lawannya hanya dengan melihat sekilas.

Sebuah kekuatan yang semua orang miliki, namun tidak semua orang bisa menggunakannya. Pemikiran Logis. Sebuah kemampuan dasar manusia dalam berpikir secara logika dan memaksimalkan kinerja otak dalam mengetahui apa saja yang lawan miliki.

"Pengendali Gravitasi? Berarti Clara bisa mengendalikan gravitasi seenaknya dong?"

"Bisa dibilang begitu, tapi kayaknya ada sebuah dampak yang besar ketika dia menggunakan skillnya."

"Dampak apa yang kamu maksud Vin?"

"Aku tidak tahu dengan jelas. Yang pasti kita tidak boleh terlalu dekat dengan Clara. Kuyakin kemampuannya itu memiliki sebuah batasan jarak penggunaan skillnya."

{Sial, temanku ini kalau berbicara seperti layaknya seorang dari masa depan. Dia dapat menebak semua hal itu dengan benar.} Aku sambil tersenyum menunjukkan gigi.

Mereka yang mendengar percakapan itu tampak takjub dengan Vincent. Semua tebakan yang dia ucapkan benar semua tanpa ada kesalahan kata sedikitpun. Seorang yang mereka anggap lemah, kini berbalik mereka anggap kuat karena pemikirannya itu.

Vincent dan Novaria memutuskan untuk pergi ke tempat Reinhart berada. Sedangkan Clara, dia mencoba untuk melihat situasinya dulu. Apakah sudah aman atau belum.

"Sepertinya sudah aman."

Clara yang melayang pun langsung menonaktifkan skillnya. Dia perlahan menapaki jalannya. Clara juga memikirkan hal yang sama dengan Vincent dan Novaria. Dia harus pergi ke tempat Kroenzi berada, karena hanya dia satu-satunya yang masih tersisa di timnya.

Pertarungan Kroenzi dengan Reinhart lama kelamaan membuat mereka tampak semakin buas. Saling menjatuhkan satu sama lain dengan keras. Tidak ada yang berusaha melemahkan kekuatannya karena harga diri mereka masing-masing.

Berpindah-pindah tempat secara cepat saling mengejar satu sama lain. Bayangan mereka yang terlihat pun tidak bisa memperlihatkan pertarungan itu saat ini. Mereka berdua bagaikan monster dengan daya tahannya yang tinggi itu. Sudah 10 menit lamanya pertarungan mereka dimulai, tak ada satupun yang merasa kelelahan.

Ketika aku dan Alvian fokus melihat pertarungannya, seseorang memegang pundak kami berdua.

"Apa yang terjadi tadi?"

Aku dan Alvian sama-sama menoleh ke arah berlawanan.

"Ternyata Isaak toh. Bikin kaget saja." Alvian berbicara.

"Hahaha. Maaf-maaf. Aku numpang duduk di sebelah kalian ya."

"Silahkan, semakin ramai orang maka semakin seru."

Aku merasa dengan adanya Isaak, ini memudahkan ku untuk menganalisis pertarungan mereka yang tersisa.

Isaak pun duduk di tengah-tengah kami berdua.

"Siapa aja yang masih tersisa di tim masing-masing?" Isaak bertanya.

"Di Tim Penangkap sih sisa Vincent, Novaria sama Reinhart. Sedangkan di Tim Penjahat cuman tersisa Clara dan Kroenzi." Aku menjawab pertanyaan Isaak.

"Oh begitu. Oh iya Raph, tadi alat yang kau buat menghilang secara tiba-tiba itu membuatku kaget tahu."

"Maaf, aku tidak bisa mempertahankan kekuatanku setelah melawan Adela."

Aku merasa bersalah karena hal itu. Itu membuat Isaak tidak bisa melawan Vincent dengan baik.

"Alvian, apa yang terjadi awal-awal. Kenapa banyak sekali yang Pingsan saat baru mulai?"

"Iya Alvian, aku juga penasaran. Tiba-tiba aku melihat kamu dan yang lainnya pingsan secara bersamaan."

Kami berdua terasa penasaran hal apa yang membuat lima orang pingsan secara bersamaan di tempat yang sama juga.

"Um… jadi begini. Ketika aku dan Alice mencoba untuk menyerang seseorang yang sudah masuk ke dalam bangunan, aku mencoba menyergap Joe. Namun, ketika Alianne melihat ada Adam Disana, entah kenapa dia merasa seperti berbeda kepribadian. Dia langsung menggunakan Skill ledakannya di dalam bangunan itu yang membuat bangunannya hancur. Aku dan Alice sempat terkena sebuah puing bangunan. Hal itu yang membuat kami berdua pingsan. Kalau yang lain aku tidak tahu sih."

"Jadi begitu. Alianne seperti memiliki sebuah kepribadian ganda."

"Aku setuju denganmu Isaak. Alianne tampak berbeda dengan yang biasa ada di kelas saat itu. Entah kenapa sifatnya lebih brutal."

"Aku tidak tahu juga sih Raph, Isaak. Yang pasti hal itu yang membuat kami berdua pingsan."

Alianne ini.. dia bisa menjadi teman yang kuat, namun bisa menjadi lawan yang mematikan juga. Ketika dia berada di Kepribadian yang lainnya, dia tidak bisa membedakan yang mana lawan dan yang mana kawan.

"Aku mau melihat pertarungannya." Isaak berbicara sambil melihat ke arah Layar.

Kami bertiga fokus menonton kembali pertarungannya. Kini, Vincent dan Novaria sudah mulai mendekat ke tempat Reinhart dan Kroenzi bertarung. Clara menyusul sembari berjalan secara sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan.

"Pertarungan Kroenzi dengan Reinhart sudah berjalan berapa lama?"

"Kisaran 10 menit sih Isaak."

"Lumayan lama juga ya, stamina mereka banyak juga."

"Makanya itu. Aku juga heran dengan Stamina mereka berdua."

Kroenzi dan Reinhart bertahan selama itu dengan kecepatan yang tidak masuk akal itu.

******

5 menit kemudian, Vincent dan Novaria sampai di tempat Kroenzi dan Reinhart berada. Namun, ketika dia baru sampai di tempat itu, seseorang terpental melewati sampingnya.

Terlihat ekspresi Vincent dan Novaria yang terkejut karena hal itu. Dia langsung melihat siapa yang terpental keras itu. Ternyata itu Reinhart.

Semua yang menyaksikan hal itu tampak terkejut dan sedikit ketakutan. Bagaimana tidak takut, mereka melihat luka yang ada di sekujur tubuh Reinhart begitu banyak. Darah-darah mengalir di tubuhnya.

Reinhart tersungkur dengan posisi duduk sembari nyender di bangunan dibelakangnya. Tampak Reinhart sempat tidak sadarkan diri untuk sesaat.

Vincent yang melihat hal itu dengan segera menyadarkan Reinhart.

"Oi Reinhart. Sadarlah."

Reinhart terbangun setelah Vincent menggerakkan kepalanya.

"Hei Reinhart, apa segini saja kekuatanmu?"

Kroenzi berdiri tegak jauh di depan posisi Reinhart tersungkur. Reinhart yang mendengar hal itu dengan segera berdiri kembali.

"Hey Reinhart, jangan memaksakan tubuhmu seperti itu."

Novaria mencoba mencegah Reinhart yang hendak berdiri. Reinhart menggerakkan tangannya menghalangi Vincent dan Novaria. Sebuah isyarat tangan yang menandakan bahwa kalian berdua tidak usah ikut campur.

Reinhart berdiri tegak merespon ucapan Kroenzi yang merendahkannya.

"Kroenzi, aku tidak akan menahan lagi setelah ini. Tunjukkan semua kemampuanmu." Sembari mengepalkan tangannya.

"Hah, siap bos. Aku akan menggunakan seluruh kemampuanku mulai sekarang." Dengan menggerakkan kepala miring ke belakang.

Mereka berdua melanjutkan pertarungan yang seperti Monster itu. saling memukul satu sama lain dengan sekeras mungkin. Sampai-sampai tubuh mereka babak belur terkena pukulan yang keras itu.

Novaria yang melihat hal itu, segera masuk ke dalam pertempuran itu. Namun, Vincent menghalangi niat Novaria yang ingin bergabung di pertarungan itu.

"Sudahlah Novaria, biarkan mereka berdua bertarung seperti itu. Harga diri mereka di taruhkan di pertarungan ini. Kita sebaiknya tidak terlalu ikut campur."

"Tapi Vin.."

"Sebaiknya kita segera mencari Clara. Dengan begitu kita bisa menang."

"Baiklah."

Vincent dan Novaria meninggalkan Kroenzi dan Reinhart yang sedang bertarung. Mereka mencari ke segala arah untuk menemukan Clara. Clara yang menyadari bahwa dirinya diincar oleh Vincent dan Novaria berusaha kabur sejauh mungkin dari mereka.

Clara berlari menjauh dari mereka berdua. Vincent melihat sebuah Jejak kaki seseorang yang sedang berlari.

"Hey Novaria, kesini deh."

Novaria mendekati Vincent yang memanggilnya.

"Ada apa Vin?"

"Ada sebuah jejak kaki disini. Coba deh kamu lihat arahnya. Dia seperti berlari ke arah sana." Sambil menunjuk jalan yang ada di depannya.

"Wah iya. Mungkin ini jejak Clara. Ayo kita ikuti jejaknya Vin."

"Ayo."

Mereka berdua mengikuti jejak kaki Clara yang mengarah ke sebuah Bangunan tinggi tak jauh dari tempat mereka. Clara yang berada di dalam bangunan itu bersembunyi di sebuah lemari yang berada di sebuah ruangan dalam bangunan itu.

Vincent dan Novaria memasuki bangunan tempat jejak kakinya berakhir.

"Jejak kakinya berakhir disini. Mungkin dia ada di Lantai atas. Jalan secara bersamaan Novaria."

"Baik Vin."

Mereka berdua menaiki tangga secara perlahan agar tidak terdengar suara Langkah kaki mereka. Clara meresponsif keberadaan mereka berdua ada di dalam bangunan ini. Dia menutup mulutnya agar tidak ada suara yang terdengar darinya.

Vincent dan Novaria mulai mengecek satu persatu ruangan yang berada di Lantai atas. Namun mereka belum menemukan Juga Clara yang sedang bersembunyi di Lemari di salah satu ruangan bangunan itu.

Vincent dan Novaria menaiki tangga lagi untuk pergi ke lantai yang diatasnya. Bangunan itu memiliki 4 Lantai. Clara berada pada Lantai 4 di salah satu Ruangannya. Vincent dan Novaria kembali mengecek ruangan yang ada di Lantai 3 secara bersamaan. Membuka lemari yang ada dan mengecek di bawah kasur.

Namun mereka belum juga menemukan keberadaan Clara.

"Dimana ya Clara. Masih belum ketemu juga walau sudah mengecek secara detail."

"Sabar aja Novaria. Masih ada satu lantai yang berada di atas."

Clara mendengar Suara yang berada tepat dari bawah Ruangannya itu, segera pergi keluar dari lemari. Membuka pintu lemari secara perlahan agar tidak meninggalkan bekas suara. Dia pun membuka jendela yang ada di ruangannya.

Melompat melewati jendela ke bawah menggunakan skill Gravitasinya. Vincent yang secara kebetulan melihat ke arah Jendela tampak melihat seseorang jatuh dari lantai atas. Vincent langsung membuka jendela itu dan melihat ke luar Jendela.

"Itu Clara."

Sebelum sampai di Tanah, Clara sudah dihadang oleh sebuah Kristal es di bawahnya. Itu adalah skill yang dimiliki oleh Novaria. Clara menghindari Kristal itu secara cepat. Vincent pun langsung loncat dari Lantai 3 melalui Jendela.

Sontak yang melihat siaran itu panik karena Vincent tidak memiliki Skill yang dapat membantunya untuk mendarat dari ketinggian itu. Namun, Vincent mengubah pikiran mereka yang melihatnya. Sebelum dia sampai di pendaratan, secara nekat dia melakukan sebuah gerakan Rolling depan.

Dia mendarat dengan sempurna berkat gerakan Rolling depannya itu. Vincent langsung berlari kencang mengejar Clara. Novaria yang melihat Vincent mengejar, langsung turun melalui tangga sembari berlari.

Vincent semakin mendekat dengan Clara. Clara menoleh ke belakang dan melihat Vincent yang sudah berada di dekatnya. Clara langsung menggunakan Skill Gravity Zone miliknya yang membuat dia harus berhenti ketika menggunakan skill itu.

Vincent tertarik ke tanah karena kencangnya tekanan yang diberikan. Tapi Clara hanya bisa berdiam diri ketika Skillnya di gunakan. Novaria pun langsung melemparkan sebuah serangan dengan Kristal esnya ke arah Clara.

Clara yang sedang mempertahankan keaktifan skillnya itu terkena kristal es yang mengarah padanya. Terkena tepat di bagian pundak bagian tangan kanan. Karena serangan itu, skill Gravity Zone miliknya pun langsung menghilang.

Aku, Isaak dan Alvian yang melihat bagian bahu Clara yang terkena kristal itu berdarah banyak. Sudah mengetahui hasil akhirnya.

"Clara sudah pasti kalah dengan bahu kanannya yang terkena serangan di titik vitalnya."

"Benar Isaak. Sudah pasti tangan kanannya tidak bisa bergerak. Hanya mengandalkan 1 lengan saja tidak akan bisa kalau melawan mereka berdua." Aku merespon ucapan Isaak.

"Ya mau gimana lagi. Aku kalau di posisi Clara juga sudah tidak bisa apa-apa lagi. Melawan 2 orang dengan Stamina yang sisa sedikit itu lumayan mustahil untuk dilakukan." Alvian sembari meletakkan kedua lengannya di belakang kepala.

Kami bertiga menyaksikan akhir dari pertarungan Clara melawan Vincent dan Novaria itu. Itu berakhir dengan sebuah potongan-potongan Es yang berujung Lancip mengenai Clara dengan tanpa ampun. Beberapa es itu mengenai di sekitar badannya.

"Clara dianggap kalah. Akan dikembalikan ke Dunia Nyata dalam 10 detik."

Usai sudah pertarungan mereka. Kini kembali ke layar yang menunjukkan pertarungan Kroenzi dengan Reinhart. Mereka berdua sepertinya sudah mulai berada di ujung batasnya. Kecepatan mereka yang tadi sangat cepat, kini hanya berubah seperti kecepatan biasa.

Tubuh mereka sudah sama-sama babak belur akibat serangan yang mereka berdua perbuat. Reinhart dengan Peningkatan Serangannya yang tidak lagi efektif mulai saat ini dan Kroenzi dengan Peningkatan Pertahanannya yang sudah tak sekeras tadi. Kini, mereka berdua sudah dalam tahap penentuan.

Mereka berdua menjaga jarak karena kelelahan yang mereka dapatkan setelah pertarungan cepat tadi. Sama-sama mengelap darah yang mengucur di sekitar tubuh mereka. Nafas mereka sekarang mulai tidak beraturan dan mustahil untuk bergerak kembali secara lama.

Hanya ada satu kali kesempatan masing-masing bagi mereka untuk mendaratkan sebuah pukulan atau tendangan.

"Sepertinya mereka berdua akan mencapai akhir pertarungannya saat ini." Aku berbicara kepada Alvian dan Isaak.

"Yah.. pertarungan yang cukup memakan energi dan stamina sih. Lagipula mereka berdua sama-sama keras kepala."

"Mereka berdua terlihat sama-sama mengalami kelelahan ekstrim. Kalau dari pemikiranku sih, mereka sama-sama tidak punya tenaga untuk bergerak lagi."

"Tidak ada salahnya dari perkataanmu Isaak. Mustahil untuk berlari dengan stamina seperti itu."

Kami melihat Reinhart dan Kroenzi sama-sama berjalan pelan ke arah masing-masing. Kroenzi memegang tangan kanannya yang berlumuran darah, dan Reinhart yang menyeret kakinya yang sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Mereka saling bertatap satu sama lain. Melakukan sebuah salaman yang mereka buat dengan menempelkan pergelangan tangan mereka masing-masing. Setelah mereka melakukan sebuah salaman Ala mereka, mereka melemparkan sebuah serangan ke wajah masing-masing. Kroenzi dengan tangan kirinya, dan Reinhart dengan tangan kanannya.

Serangan mereka mendarat tepat di sasaran masing-masing. Reinhart yang terkena serangannya pun tersungkur. Kroenzi masih berdiri tegak tepat di depan Reinhart yang tersungkur. Vincent dan Novaria yang sudah kembali ke tempat Kroenzi dan Reinhart bertarung pun sudah tahu hasilnya seperti apa.

Dia mendekati Kroenzi yang masih berdiri tegak itu.

"Akhirnya aku menang darimu Rein." Kroenzi tersenyum sembari melihat ke Arah Reinhart yang tersungkur di depannya.

Vincent yang mendengar perkataan itu, tampak memasang wajah sedih. Dia harus menyelesaikan permainan ini. Vincent mendorong dahi Kroenzi dengan hanya memakai sedikit kekuatan saja. Kroenzi pun jatuh hanya dengan dorongan itu.

Kami semua yang menyaksikan pertarungan itu pun ikut sedih dengan pertemanan mereka yang sangat erat.

"Sial, kenapa aku mengeluarkan air mata hanya karena hal itu." Ucap Joe dan Matt yang juga menyaksikannya.

"Mereka berdua merupakan perwujudan dari kata Sahabat Sejati." Isaak berbicara.

"Sebuah hubungan erat yang bertahan lama dan tidak akan hancur oleh apapun. Baik itu dari materi ataupun fisik. Sebuah hubungan yang akan menciptakan sebuah keharmonisan dibandingkan dengan apapun." Aku berbicara.

Muncul sebuah pengumuman dari Pak Gritz.

"Karena Tim Penjahat sudah kalah semua, dan tim Penangkap yang masih tersisa 2 orang. Maka bapak akan mengumumkan bahwa Tim Penangkap yang menang. Untuk mereka yang masih berada di Dimensi Ruang yang bapak buat, akan dikembalikan ke Dunia Nyata dalam 10 detik. Berikan tepuk tangan kepada Tim Penangkap yang berhasil memenangkan permainan kali ini."

Semua yang menyaksikan pun bertepuk tangan untuk merayakan kemenangan Tim Penangkap. Usai sudah permainan kali ini yang memakan waktu 3 jam lamanya. Berkat permainan itu, aku mendapatkan sebuah Analisis yang berguna untukku.

{Semua Skill yang orang lain miliki mungkin saja memiliki kekuatan yang besar. Hanya saja, bagaimana cara mereka mengendalikan kekuatan itu yang menjadi poin Utama. Bahkan hanya dengan kekuatan telepati saja, orang itu akan menang bila dihadapkan dengan Kekuatan ledakan yang kuat. Bagaimana cara mengendalikan kekuatan itulah yang membuat skill yang dimiliki akan terasa overpower}

Kami yang berada di lapangan pun, bersama-sama menemui mereka yang baru saja kembali dari Dimensi Ruang itu. Menyambut mereka yang menang, dan melihat mereka yang masih terbaring di Kamar UKS karena pertarungannya.

Episodes
1 Chapter 01 Raphael Ignite
2 Chapter 02 Dungeon Break
3 Chapter 03 Mansion Ignite's Family
4 Chapter 04 Roselianne Noble
5 Chapter 05 Shopping and Play
6 Chapter 06 Tersesat di Jalan yang Lurus
7 Chapter 07 Penjahat di Kereta
8 Chapter 08 Hit & Run
9 Chapter 09 Ledakan Besar
10 Chapter 10 Suara yang tak dikenali
11 Chapter 11 Ruangan dan Mata merah yang berkilau
12 Chapter 12 Triniade System
13 Chapter 13 Adela Agraze
14 Chapter 14 Pertarungan yang Tersisa
15 Chapter 15 Pertarungan tak terlihat
16 Chapter 16 Akhir dari Pertarungan
17 Chapter 17 Ikatan yang Renggang, mulai kembali Menguat
18 Chapter 18 Pesta yang Mewah
19 Chapter 19 Analisis Skill tipe Cahaya
20 Chapter 20 Kemacetan Panjang
21 Chapter 21 Diskusi Tegang
22 Chapter 22 Sistem Error??
23 Chapter 23 Mawar yang Mekar
24 Chapter 24 Kecanggihan Teknologi ITG
25 Chapter 25 Ruangan Misterius
26 Chapter 26 Jangan bersenang dulu, Masalah kan datang nanti
27 Chapter 27 Dunia tanpa Gangguan
28 Chapter 28 Melodi Merdu Bagai di Dunia Fantasi
29 Chapter 29 Ingatan masa Lama
30 Chapter 30 Akhir dari Pelatihan
31 Chapter 31 Hari yang Sempurna dengan Kondisi yang Buruk
32 Chapter 32 Benih Cinta yang mulai Bersemi
33 Chapter 33 Pemandangan Kota dari Jendela Bus
34 Chapter 34 Ketiga sifat yang Berlawanan
35 Chapter 35 Mengurus Urusan Diplomasi
36 Chapter 36 Sebastian sang Asisten Kepala Keluarga
37 Chapter 37 Telat lagi
38 Chapter 38 Leon, Novaria dan Alice
39 Chapter 39 Diriku setahun yang Lalu
40 Chapter 40 Sebuah Perasaan berkat Sebuah Senyuman
41 Chapter 41 Sang Cahaya yang Meredup
42 Chapter 42 Ulmaz Game Center
43 Chapter 43 Pertarungan Virtual Reality
44 Chapter 44 Evilanse World Paralel
45 Chapter 45 Apakah ini Akhirnya!!
46 Chapter 46 Dimulai dari Amarah dan Kecerobohan
47 Chapter 47 Caroline Wozniacki
48 Chapter 48 Suara yang Berasal dari sebuah Piano
49 Chapter 49 Basketball
50 Chapter 50 Rigorous Mode
51 Chapter 51 Waktunya pembalasan
52 Chapter 52 Sebuah Keajaiban yang Terjadi
53 Chapter 53 Suara dari sebuah Bongkahan Es
54 Chapter 54 Hanya sebuah Boneka Beruang berwarna Pink
55 Chapter 55 Bienen dan Liebe
56 Chapter 56 Ketua Asosiasi Ranker
57 Chapter 57 Kenapa Hari Ini!!
58 Chapter 58 Hasil yang Cukup Memuaskan
59 Chapter 59 Ryne dan Ujian Tulis
60 Chapter 60 Mari kita Mulai!!
61 Chapter 61 Kejutan dari Seorang Schwarz
62 Chapter 62 Sedikit Kecurangan tidaklah buruk
63 Chapter 63 Sebuah Wacana
64 Chapter 64 Bahaya Narkotika dan obat-obatan terlarang
65 Chapter 65 Angka 05 dan Bunga Mawar
66 Chapter 66 Burlinsen
67 Chapter 67 Organisasi Rosenbluten
68 Chapter 68 Tindakan Kekerasan pada Anak Dibawah Umur
69 Chapter 69 Rosenbluten dan Para Pemimpinnya
70 Chapter 70 Cahaya di tengah Gelapnya Malam
71 Chapter 71 Pertarungan Melalui Bir
72 Chapter 72 Rasa yang Telah Hilang
73 Chapter 73 Mind Control
74 Chapter 74 Ibunda yang sangat Baik Hati
75 Chapter 75 Taman
76 Chapter 76 Anting bunga membuatmu lengah
77 Chapter 77 Rio si Jaket Merah
78 Chapter 78 Fokuslah pada suatu hal dan cek kembali apakah itu sesuai
79 Chapter 79 Keadaan Pasca Pertarungan sengit
80 Chapter 80 Kepanikan tiada henti
81 Chapter 81 Kalau ada dia, kurasa kondisiku membaik
82 Chapter 82 Festival Rhine in Flammen (Part 1)
83 Chapter 83 Festival Rhine in Flammen ( Part 2 )
84 Chapter 84 Festival Rhine in Flammen ( Part 3 )
85 Chapter 85 Kaizo Ignite
86 Chapter 86 Kembalinya setelah libur panjang
87 Chapter 87 Situasi rumit dan gawat
88 Chapter 88 Air Mata Kecemburuan
89 Chapter 89 Aegis Arena Showdown ( Part 1 )
90 Chapter 90 Aegis Arena Showdown ( Part 2 )
91 Chapter 91 Pembukaan Kompetisi Aegis Arena Showdown ( Part 3 )
92 Chapter 92 Taruhan berbahaya ( Part 4 )
93 Chapter 93 Roselianne Noble vs Hilario Hernandez ( Part 5 )
94 Chapter 94 Perkembangan yang pesat ( Part 6 )
95 Chapter 95 Perkenalan Antara partisipan ( Part 7 )
96 Chapter 96 Arwah dan Waktu ( Part 8 )
97 Chapter 97 Jangan melampaui batas seenaknya! ( Part 9 )
98 Chapter 98 Penghinaan terhadap Pribumi ( Part 10 )
99 Chapter 99 Latihan keras ( Part 11 )
100 Chapter 100 Latihan Morena Iszlavia ( Part 12 )
101 Chapter 101 Pertarungan gemilang sang adik Pahlawan ( Part 13 )
102 Chapter 102 Populer vs Pemalu ( Part 14 )
103 Chapter 103 Sinergitas dengan angin ( Part 15 )
104 Chapter 104 Para tong kosong yang nyaring bunyinya ( Part 16 )
105 Chapter 105 Seorang Misterius ( Part 17 )
106 Chapter 106 Macheda dan Il-Sung ( Part 18 )
107 Happy New Year 2024
108 Chapter 107 Advanced Skill ( Part 19 )
109 Chapter 108 Popularitas ( Part 20 )
110 Chapter 109 Harga diri ( Part 21 )
111 Chapter 110 Waktu Luang dan Hiburan ( Part 22 )
112 Chapter 111 Schmerz ( Part 23 )
113 Chapter 112 Fio ( Part 24 )
114 Chapter 113 Kilas Balik Morena ( Part 25 )
115 Chapter 114 Sullivan Crestia ( Part 26 )
116 Chapter 115 Terungkapnya segala rahasia ( Part 27 )
117 Chapter 116 Benang Hitam ( Part 28 )
118 Chapter 117 Kebaikan yang sirna ( Part 29 )
119 Chapter 118 Lantunan Irama Mengerikan ( Part 30 )
120 Chapter 119 Romansa ( Part 31 )
121 Chapter 120 Maxwell Violance ( Part 32 )
122 Chapter 121 Kepercayaan diri ( Part 33 )
123 Chapter 122 The Rising Star ( Part 34 )
124 Chapter 123 Destiny of Evolution ( Part 35 )
125 Chapter 124 Peningkatan ( Part 36 )
126 Chapter 125 Ilusi Masa Lalu ( Part 37 )
127 Chapter 126 Kenangan Buruk ( Part 38 )
128 Chapter 127 Kharisma Kriminalitas Kelas Kakap ( Part 39 )
129 Chapter 128 Akhir dari sebuah Trauma ( Part 40 )
130 Chapter 129 Hadiah Rahasia dari orang Istimewa ( Part 41 )
131 Chapter 130 Aktivitas biasa ( Part 42 )
132 Chapter 131 Waktu untuk Bersantai ( Part 43 )
133 Chapter 132 Skilled Basketball ( Part 44 )
134 Chapter 133 Semi-Final Babak 1 ( PART 45 )
135 HAPPY EID MUBARAK!
136 Chapter 134 Hawa Dingin yang Menusuk ( Part 46 )
137 Chapter 135 Ketidakseimbangan Dunia Fana dan Dunia Nyata ( PART 47 )
138 Chapter 136 Peniru Handal ( PART 48 )
139 Chapter 137 Time ( Part 49 )
140 Chapter 138 Semuanya memiliki batas ( PART 50 )
141 Chapter 139 Charles Magnussen ( Part 51 )
142 Chapter 140 Emphasize ( Part 52 )
143 Chapter 141 Kekecewaan ( Part 53 )
144 Chapter 142 Beban seorang Adik ( Part 54 )
145 Chapter 143 The Path's ( Part 55 )
146 Chapter 144 Rasa Bersalah ( Part 56 )
147 Chapter 145 Letiontia ( Part 57 )
148 Chapter 146 Semi-Final Round ( Part 58 )
149 Chapter 147 Unnification vs Manifestation ( Part 59 )
150 Chapter 148 Pemikiran yang mengerikan ( Part 60 )
151 Chapter 149 Bulan pada Siang Hari ( Part 61 )
152 Chapter 150 Hal yang Mencemaskan ( Part 62 )
153 Chapter 151 Mimpi mengerikan ( PART 63 )
154 Chapter 152 Gemuruh Langit antara angin dan petir ( Part 64 )
155 Chapter 153 Pertarungan Udara ( PART 65 )
156 Chapter 154 Konsekuensi ( Part 66 )
157 Chapter 155 Perkelahian ( Part 67 )
158 Chapter 156 Bunga yang mekar setelah layu ( Part 68 )
Episodes

Updated 158 Episodes

1
Chapter 01 Raphael Ignite
2
Chapter 02 Dungeon Break
3
Chapter 03 Mansion Ignite's Family
4
Chapter 04 Roselianne Noble
5
Chapter 05 Shopping and Play
6
Chapter 06 Tersesat di Jalan yang Lurus
7
Chapter 07 Penjahat di Kereta
8
Chapter 08 Hit & Run
9
Chapter 09 Ledakan Besar
10
Chapter 10 Suara yang tak dikenali
11
Chapter 11 Ruangan dan Mata merah yang berkilau
12
Chapter 12 Triniade System
13
Chapter 13 Adela Agraze
14
Chapter 14 Pertarungan yang Tersisa
15
Chapter 15 Pertarungan tak terlihat
16
Chapter 16 Akhir dari Pertarungan
17
Chapter 17 Ikatan yang Renggang, mulai kembali Menguat
18
Chapter 18 Pesta yang Mewah
19
Chapter 19 Analisis Skill tipe Cahaya
20
Chapter 20 Kemacetan Panjang
21
Chapter 21 Diskusi Tegang
22
Chapter 22 Sistem Error??
23
Chapter 23 Mawar yang Mekar
24
Chapter 24 Kecanggihan Teknologi ITG
25
Chapter 25 Ruangan Misterius
26
Chapter 26 Jangan bersenang dulu, Masalah kan datang nanti
27
Chapter 27 Dunia tanpa Gangguan
28
Chapter 28 Melodi Merdu Bagai di Dunia Fantasi
29
Chapter 29 Ingatan masa Lama
30
Chapter 30 Akhir dari Pelatihan
31
Chapter 31 Hari yang Sempurna dengan Kondisi yang Buruk
32
Chapter 32 Benih Cinta yang mulai Bersemi
33
Chapter 33 Pemandangan Kota dari Jendela Bus
34
Chapter 34 Ketiga sifat yang Berlawanan
35
Chapter 35 Mengurus Urusan Diplomasi
36
Chapter 36 Sebastian sang Asisten Kepala Keluarga
37
Chapter 37 Telat lagi
38
Chapter 38 Leon, Novaria dan Alice
39
Chapter 39 Diriku setahun yang Lalu
40
Chapter 40 Sebuah Perasaan berkat Sebuah Senyuman
41
Chapter 41 Sang Cahaya yang Meredup
42
Chapter 42 Ulmaz Game Center
43
Chapter 43 Pertarungan Virtual Reality
44
Chapter 44 Evilanse World Paralel
45
Chapter 45 Apakah ini Akhirnya!!
46
Chapter 46 Dimulai dari Amarah dan Kecerobohan
47
Chapter 47 Caroline Wozniacki
48
Chapter 48 Suara yang Berasal dari sebuah Piano
49
Chapter 49 Basketball
50
Chapter 50 Rigorous Mode
51
Chapter 51 Waktunya pembalasan
52
Chapter 52 Sebuah Keajaiban yang Terjadi
53
Chapter 53 Suara dari sebuah Bongkahan Es
54
Chapter 54 Hanya sebuah Boneka Beruang berwarna Pink
55
Chapter 55 Bienen dan Liebe
56
Chapter 56 Ketua Asosiasi Ranker
57
Chapter 57 Kenapa Hari Ini!!
58
Chapter 58 Hasil yang Cukup Memuaskan
59
Chapter 59 Ryne dan Ujian Tulis
60
Chapter 60 Mari kita Mulai!!
61
Chapter 61 Kejutan dari Seorang Schwarz
62
Chapter 62 Sedikit Kecurangan tidaklah buruk
63
Chapter 63 Sebuah Wacana
64
Chapter 64 Bahaya Narkotika dan obat-obatan terlarang
65
Chapter 65 Angka 05 dan Bunga Mawar
66
Chapter 66 Burlinsen
67
Chapter 67 Organisasi Rosenbluten
68
Chapter 68 Tindakan Kekerasan pada Anak Dibawah Umur
69
Chapter 69 Rosenbluten dan Para Pemimpinnya
70
Chapter 70 Cahaya di tengah Gelapnya Malam
71
Chapter 71 Pertarungan Melalui Bir
72
Chapter 72 Rasa yang Telah Hilang
73
Chapter 73 Mind Control
74
Chapter 74 Ibunda yang sangat Baik Hati
75
Chapter 75 Taman
76
Chapter 76 Anting bunga membuatmu lengah
77
Chapter 77 Rio si Jaket Merah
78
Chapter 78 Fokuslah pada suatu hal dan cek kembali apakah itu sesuai
79
Chapter 79 Keadaan Pasca Pertarungan sengit
80
Chapter 80 Kepanikan tiada henti
81
Chapter 81 Kalau ada dia, kurasa kondisiku membaik
82
Chapter 82 Festival Rhine in Flammen (Part 1)
83
Chapter 83 Festival Rhine in Flammen ( Part 2 )
84
Chapter 84 Festival Rhine in Flammen ( Part 3 )
85
Chapter 85 Kaizo Ignite
86
Chapter 86 Kembalinya setelah libur panjang
87
Chapter 87 Situasi rumit dan gawat
88
Chapter 88 Air Mata Kecemburuan
89
Chapter 89 Aegis Arena Showdown ( Part 1 )
90
Chapter 90 Aegis Arena Showdown ( Part 2 )
91
Chapter 91 Pembukaan Kompetisi Aegis Arena Showdown ( Part 3 )
92
Chapter 92 Taruhan berbahaya ( Part 4 )
93
Chapter 93 Roselianne Noble vs Hilario Hernandez ( Part 5 )
94
Chapter 94 Perkembangan yang pesat ( Part 6 )
95
Chapter 95 Perkenalan Antara partisipan ( Part 7 )
96
Chapter 96 Arwah dan Waktu ( Part 8 )
97
Chapter 97 Jangan melampaui batas seenaknya! ( Part 9 )
98
Chapter 98 Penghinaan terhadap Pribumi ( Part 10 )
99
Chapter 99 Latihan keras ( Part 11 )
100
Chapter 100 Latihan Morena Iszlavia ( Part 12 )
101
Chapter 101 Pertarungan gemilang sang adik Pahlawan ( Part 13 )
102
Chapter 102 Populer vs Pemalu ( Part 14 )
103
Chapter 103 Sinergitas dengan angin ( Part 15 )
104
Chapter 104 Para tong kosong yang nyaring bunyinya ( Part 16 )
105
Chapter 105 Seorang Misterius ( Part 17 )
106
Chapter 106 Macheda dan Il-Sung ( Part 18 )
107
Happy New Year 2024
108
Chapter 107 Advanced Skill ( Part 19 )
109
Chapter 108 Popularitas ( Part 20 )
110
Chapter 109 Harga diri ( Part 21 )
111
Chapter 110 Waktu Luang dan Hiburan ( Part 22 )
112
Chapter 111 Schmerz ( Part 23 )
113
Chapter 112 Fio ( Part 24 )
114
Chapter 113 Kilas Balik Morena ( Part 25 )
115
Chapter 114 Sullivan Crestia ( Part 26 )
116
Chapter 115 Terungkapnya segala rahasia ( Part 27 )
117
Chapter 116 Benang Hitam ( Part 28 )
118
Chapter 117 Kebaikan yang sirna ( Part 29 )
119
Chapter 118 Lantunan Irama Mengerikan ( Part 30 )
120
Chapter 119 Romansa ( Part 31 )
121
Chapter 120 Maxwell Violance ( Part 32 )
122
Chapter 121 Kepercayaan diri ( Part 33 )
123
Chapter 122 The Rising Star ( Part 34 )
124
Chapter 123 Destiny of Evolution ( Part 35 )
125
Chapter 124 Peningkatan ( Part 36 )
126
Chapter 125 Ilusi Masa Lalu ( Part 37 )
127
Chapter 126 Kenangan Buruk ( Part 38 )
128
Chapter 127 Kharisma Kriminalitas Kelas Kakap ( Part 39 )
129
Chapter 128 Akhir dari sebuah Trauma ( Part 40 )
130
Chapter 129 Hadiah Rahasia dari orang Istimewa ( Part 41 )
131
Chapter 130 Aktivitas biasa ( Part 42 )
132
Chapter 131 Waktu untuk Bersantai ( Part 43 )
133
Chapter 132 Skilled Basketball ( Part 44 )
134
Chapter 133 Semi-Final Babak 1 ( PART 45 )
135
HAPPY EID MUBARAK!
136
Chapter 134 Hawa Dingin yang Menusuk ( Part 46 )
137
Chapter 135 Ketidakseimbangan Dunia Fana dan Dunia Nyata ( PART 47 )
138
Chapter 136 Peniru Handal ( PART 48 )
139
Chapter 137 Time ( Part 49 )
140
Chapter 138 Semuanya memiliki batas ( PART 50 )
141
Chapter 139 Charles Magnussen ( Part 51 )
142
Chapter 140 Emphasize ( Part 52 )
143
Chapter 141 Kekecewaan ( Part 53 )
144
Chapter 142 Beban seorang Adik ( Part 54 )
145
Chapter 143 The Path's ( Part 55 )
146
Chapter 144 Rasa Bersalah ( Part 56 )
147
Chapter 145 Letiontia ( Part 57 )
148
Chapter 146 Semi-Final Round ( Part 58 )
149
Chapter 147 Unnification vs Manifestation ( Part 59 )
150
Chapter 148 Pemikiran yang mengerikan ( Part 60 )
151
Chapter 149 Bulan pada Siang Hari ( Part 61 )
152
Chapter 150 Hal yang Mencemaskan ( Part 62 )
153
Chapter 151 Mimpi mengerikan ( PART 63 )
154
Chapter 152 Gemuruh Langit antara angin dan petir ( Part 64 )
155
Chapter 153 Pertarungan Udara ( PART 65 )
156
Chapter 154 Konsekuensi ( Part 66 )
157
Chapter 155 Perkelahian ( Part 67 )
158
Chapter 156 Bunga yang mekar setelah layu ( Part 68 )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!