Mereka semua menyusul ke Arah Reinhart dan Kroenzi yang sedang bertarung. Hanya saja, di perjalanan Vincent dan Novaria bertemu Clara di Sela-sela bangunan. Clara yang melihat mereka berdua dengan segera menghindari secepat mungkin.
Kemungkinan yang ada di pikiran Clara adalah dia tidak bisa melawan mereka berdua dengan staminanya yang tersisa sedikit. Makanya dia menghindari bertatap muka dengan Vincent dan Novaria.
Vincent menyadari bahwa Clara yang hendak kabur, kemudian segera berlari mengejar Clara. Novaria yang sadar bahwa ada seseorang yang dilihat Vincent Bergegas mengikuti Vincent berlari.
Clara menggunakan sebuah skill yang bisa meniadakan Gravitasi yang ada di dirinya. Sehingga dia bisa melayang dengan cepat untuk menghilang dari kejaran Vincent dan Novaria. Clara melayang melesat cepat meninggalkan mereka berdua.
Vincent yang melihat bahwa Clara sudah pergi meninggalkan mereka berdua dengan cepat langsung menghentikan pengejarannya. Layarnya pun menzoom Vincent dan Clara.
"Kau melihat siapa Vin?"
Suara mereka berdua terdengar di Layar itu.
"Aku melihat Clara yang hendak kabur. Sialnya berhasil lepas dari kejarannya. Dia melayang di udara dengan cepat."
"Clara? Skill apa yang dia gunakan?"
"Aku belum tahu pasti. Tapi kalau dari kemungkinan dia melayang, dia memiliki sebuah skill pengendali Gravitasi."
Pemikiran Vincent benar. Clara memang memiliki skill Pengendalian Gravitasi, hanya skillnya itu sangat menguras tenaga yang besar. Bisa kubilang, Vincent ini dapat mengetahui apapun mengenai lawannya hanya dengan melihat sekilas.
Sebuah kekuatan yang semua orang miliki, namun tidak semua orang bisa menggunakannya. Pemikiran Logis. Sebuah kemampuan dasar manusia dalam berpikir secara logika dan memaksimalkan kinerja otak dalam mengetahui apa saja yang lawan miliki.
"Pengendali Gravitasi? Berarti Clara bisa mengendalikan gravitasi seenaknya dong?"
"Bisa dibilang begitu, tapi kayaknya ada sebuah dampak yang besar ketika dia menggunakan skillnya."
"Dampak apa yang kamu maksud Vin?"
"Aku tidak tahu dengan jelas. Yang pasti kita tidak boleh terlalu dekat dengan Clara. Kuyakin kemampuannya itu memiliki sebuah batasan jarak penggunaan skillnya."
{Sial, temanku ini kalau berbicara seperti layaknya seorang dari masa depan. Dia dapat menebak semua hal itu dengan benar.} Aku sambil tersenyum menunjukkan gigi.
Mereka yang mendengar percakapan itu tampak takjub dengan Vincent. Semua tebakan yang dia ucapkan benar semua tanpa ada kesalahan kata sedikitpun. Seorang yang mereka anggap lemah, kini berbalik mereka anggap kuat karena pemikirannya itu.
Vincent dan Novaria memutuskan untuk pergi ke tempat Reinhart berada. Sedangkan Clara, dia mencoba untuk melihat situasinya dulu. Apakah sudah aman atau belum.
"Sepertinya sudah aman."
Clara yang melayang pun langsung menonaktifkan skillnya. Dia perlahan menapaki jalannya. Clara juga memikirkan hal yang sama dengan Vincent dan Novaria. Dia harus pergi ke tempat Kroenzi berada, karena hanya dia satu-satunya yang masih tersisa di timnya.
Pertarungan Kroenzi dengan Reinhart lama kelamaan membuat mereka tampak semakin buas. Saling menjatuhkan satu sama lain dengan keras. Tidak ada yang berusaha melemahkan kekuatannya karena harga diri mereka masing-masing.
Berpindah-pindah tempat secara cepat saling mengejar satu sama lain. Bayangan mereka yang terlihat pun tidak bisa memperlihatkan pertarungan itu saat ini. Mereka berdua bagaikan monster dengan daya tahannya yang tinggi itu. Sudah 10 menit lamanya pertarungan mereka dimulai, tak ada satupun yang merasa kelelahan.
Ketika aku dan Alvian fokus melihat pertarungannya, seseorang memegang pundak kami berdua.
"Apa yang terjadi tadi?"
Aku dan Alvian sama-sama menoleh ke arah berlawanan.
"Ternyata Isaak toh. Bikin kaget saja." Alvian berbicara.
"Hahaha. Maaf-maaf. Aku numpang duduk di sebelah kalian ya."
"Silahkan, semakin ramai orang maka semakin seru."
Aku merasa dengan adanya Isaak, ini memudahkan ku untuk menganalisis pertarungan mereka yang tersisa.
Isaak pun duduk di tengah-tengah kami berdua.
"Siapa aja yang masih tersisa di tim masing-masing?" Isaak bertanya.
"Di Tim Penangkap sih sisa Vincent, Novaria sama Reinhart. Sedangkan di Tim Penjahat cuman tersisa Clara dan Kroenzi." Aku menjawab pertanyaan Isaak.
"Oh begitu. Oh iya Raph, tadi alat yang kau buat menghilang secara tiba-tiba itu membuatku kaget tahu."
"Maaf, aku tidak bisa mempertahankan kekuatanku setelah melawan Adela."
Aku merasa bersalah karena hal itu. Itu membuat Isaak tidak bisa melawan Vincent dengan baik.
"Alvian, apa yang terjadi awal-awal. Kenapa banyak sekali yang Pingsan saat baru mulai?"
"Iya Alvian, aku juga penasaran. Tiba-tiba aku melihat kamu dan yang lainnya pingsan secara bersamaan."
Kami berdua terasa penasaran hal apa yang membuat lima orang pingsan secara bersamaan di tempat yang sama juga.
"Um… jadi begini. Ketika aku dan Alice mencoba untuk menyerang seseorang yang sudah masuk ke dalam bangunan, aku mencoba menyergap Joe. Namun, ketika Alianne melihat ada Adam Disana, entah kenapa dia merasa seperti berbeda kepribadian. Dia langsung menggunakan Skill ledakannya di dalam bangunan itu yang membuat bangunannya hancur. Aku dan Alice sempat terkena sebuah puing bangunan. Hal itu yang membuat kami berdua pingsan. Kalau yang lain aku tidak tahu sih."
"Jadi begitu. Alianne seperti memiliki sebuah kepribadian ganda."
"Aku setuju denganmu Isaak. Alianne tampak berbeda dengan yang biasa ada di kelas saat itu. Entah kenapa sifatnya lebih brutal."
"Aku tidak tahu juga sih Raph, Isaak. Yang pasti hal itu yang membuat kami berdua pingsan."
Alianne ini.. dia bisa menjadi teman yang kuat, namun bisa menjadi lawan yang mematikan juga. Ketika dia berada di Kepribadian yang lainnya, dia tidak bisa membedakan yang mana lawan dan yang mana kawan.
"Aku mau melihat pertarungannya." Isaak berbicara sambil melihat ke arah Layar.
Kami bertiga fokus menonton kembali pertarungannya. Kini, Vincent dan Novaria sudah mulai mendekat ke tempat Reinhart dan Kroenzi bertarung. Clara menyusul sembari berjalan secara sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan.
"Pertarungan Kroenzi dengan Reinhart sudah berjalan berapa lama?"
"Kisaran 10 menit sih Isaak."
"Lumayan lama juga ya, stamina mereka banyak juga."
"Makanya itu. Aku juga heran dengan Stamina mereka berdua."
Kroenzi dan Reinhart bertahan selama itu dengan kecepatan yang tidak masuk akal itu.
******
5 menit kemudian, Vincent dan Novaria sampai di tempat Kroenzi dan Reinhart berada. Namun, ketika dia baru sampai di tempat itu, seseorang terpental melewati sampingnya.
Terlihat ekspresi Vincent dan Novaria yang terkejut karena hal itu. Dia langsung melihat siapa yang terpental keras itu. Ternyata itu Reinhart.
Semua yang menyaksikan hal itu tampak terkejut dan sedikit ketakutan. Bagaimana tidak takut, mereka melihat luka yang ada di sekujur tubuh Reinhart begitu banyak. Darah-darah mengalir di tubuhnya.
Reinhart tersungkur dengan posisi duduk sembari nyender di bangunan dibelakangnya. Tampak Reinhart sempat tidak sadarkan diri untuk sesaat.
Vincent yang melihat hal itu dengan segera menyadarkan Reinhart.
"Oi Reinhart. Sadarlah."
Reinhart terbangun setelah Vincent menggerakkan kepalanya.
"Hei Reinhart, apa segini saja kekuatanmu?"
Kroenzi berdiri tegak jauh di depan posisi Reinhart tersungkur. Reinhart yang mendengar hal itu dengan segera berdiri kembali.
"Hey Reinhart, jangan memaksakan tubuhmu seperti itu."
Novaria mencoba mencegah Reinhart yang hendak berdiri. Reinhart menggerakkan tangannya menghalangi Vincent dan Novaria. Sebuah isyarat tangan yang menandakan bahwa kalian berdua tidak usah ikut campur.
Reinhart berdiri tegak merespon ucapan Kroenzi yang merendahkannya.
"Kroenzi, aku tidak akan menahan lagi setelah ini. Tunjukkan semua kemampuanmu." Sembari mengepalkan tangannya.
"Hah, siap bos. Aku akan menggunakan seluruh kemampuanku mulai sekarang." Dengan menggerakkan kepala miring ke belakang.
Mereka berdua melanjutkan pertarungan yang seperti Monster itu. saling memukul satu sama lain dengan sekeras mungkin. Sampai-sampai tubuh mereka babak belur terkena pukulan yang keras itu.
Novaria yang melihat hal itu, segera masuk ke dalam pertempuran itu. Namun, Vincent menghalangi niat Novaria yang ingin bergabung di pertarungan itu.
"Sudahlah Novaria, biarkan mereka berdua bertarung seperti itu. Harga diri mereka di taruhkan di pertarungan ini. Kita sebaiknya tidak terlalu ikut campur."
"Tapi Vin.."
"Sebaiknya kita segera mencari Clara. Dengan begitu kita bisa menang."
"Baiklah."
Vincent dan Novaria meninggalkan Kroenzi dan Reinhart yang sedang bertarung. Mereka mencari ke segala arah untuk menemukan Clara. Clara yang menyadari bahwa dirinya diincar oleh Vincent dan Novaria berusaha kabur sejauh mungkin dari mereka.
Clara berlari menjauh dari mereka berdua. Vincent melihat sebuah Jejak kaki seseorang yang sedang berlari.
"Hey Novaria, kesini deh."
Novaria mendekati Vincent yang memanggilnya.
"Ada apa Vin?"
"Ada sebuah jejak kaki disini. Coba deh kamu lihat arahnya. Dia seperti berlari ke arah sana." Sambil menunjuk jalan yang ada di depannya.
"Wah iya. Mungkin ini jejak Clara. Ayo kita ikuti jejaknya Vin."
"Ayo."
Mereka berdua mengikuti jejak kaki Clara yang mengarah ke sebuah Bangunan tinggi tak jauh dari tempat mereka. Clara yang berada di dalam bangunan itu bersembunyi di sebuah lemari yang berada di sebuah ruangan dalam bangunan itu.
Vincent dan Novaria memasuki bangunan tempat jejak kakinya berakhir.
"Jejak kakinya berakhir disini. Mungkin dia ada di Lantai atas. Jalan secara bersamaan Novaria."
"Baik Vin."
Mereka berdua menaiki tangga secara perlahan agar tidak terdengar suara Langkah kaki mereka. Clara meresponsif keberadaan mereka berdua ada di dalam bangunan ini. Dia menutup mulutnya agar tidak ada suara yang terdengar darinya.
Vincent dan Novaria mulai mengecek satu persatu ruangan yang berada di Lantai atas. Namun mereka belum menemukan Juga Clara yang sedang bersembunyi di Lemari di salah satu ruangan bangunan itu.
Vincent dan Novaria menaiki tangga lagi untuk pergi ke lantai yang diatasnya. Bangunan itu memiliki 4 Lantai. Clara berada pada Lantai 4 di salah satu Ruangannya. Vincent dan Novaria kembali mengecek ruangan yang ada di Lantai 3 secara bersamaan. Membuka lemari yang ada dan mengecek di bawah kasur.
Namun mereka belum juga menemukan keberadaan Clara.
"Dimana ya Clara. Masih belum ketemu juga walau sudah mengecek secara detail."
"Sabar aja Novaria. Masih ada satu lantai yang berada di atas."
Clara mendengar Suara yang berada tepat dari bawah Ruangannya itu, segera pergi keluar dari lemari. Membuka pintu lemari secara perlahan agar tidak meninggalkan bekas suara. Dia pun membuka jendela yang ada di ruangannya.
Melompat melewati jendela ke bawah menggunakan skill Gravitasinya. Vincent yang secara kebetulan melihat ke arah Jendela tampak melihat seseorang jatuh dari lantai atas. Vincent langsung membuka jendela itu dan melihat ke luar Jendela.
"Itu Clara."
Sebelum sampai di Tanah, Clara sudah dihadang oleh sebuah Kristal es di bawahnya. Itu adalah skill yang dimiliki oleh Novaria. Clara menghindari Kristal itu secara cepat. Vincent pun langsung loncat dari Lantai 3 melalui Jendela.
Sontak yang melihat siaran itu panik karena Vincent tidak memiliki Skill yang dapat membantunya untuk mendarat dari ketinggian itu. Namun, Vincent mengubah pikiran mereka yang melihatnya. Sebelum dia sampai di pendaratan, secara nekat dia melakukan sebuah gerakan Rolling depan.
Dia mendarat dengan sempurna berkat gerakan Rolling depannya itu. Vincent langsung berlari kencang mengejar Clara. Novaria yang melihat Vincent mengejar, langsung turun melalui tangga sembari berlari.
Vincent semakin mendekat dengan Clara. Clara menoleh ke belakang dan melihat Vincent yang sudah berada di dekatnya. Clara langsung menggunakan Skill Gravity Zone miliknya yang membuat dia harus berhenti ketika menggunakan skill itu.
Vincent tertarik ke tanah karena kencangnya tekanan yang diberikan. Tapi Clara hanya bisa berdiam diri ketika Skillnya di gunakan. Novaria pun langsung melemparkan sebuah serangan dengan Kristal esnya ke arah Clara.
Clara yang sedang mempertahankan keaktifan skillnya itu terkena kristal es yang mengarah padanya. Terkena tepat di bagian pundak bagian tangan kanan. Karena serangan itu, skill Gravity Zone miliknya pun langsung menghilang.
Aku, Isaak dan Alvian yang melihat bagian bahu Clara yang terkena kristal itu berdarah banyak. Sudah mengetahui hasil akhirnya.
"Clara sudah pasti kalah dengan bahu kanannya yang terkena serangan di titik vitalnya."
"Benar Isaak. Sudah pasti tangan kanannya tidak bisa bergerak. Hanya mengandalkan 1 lengan saja tidak akan bisa kalau melawan mereka berdua." Aku merespon ucapan Isaak.
"Ya mau gimana lagi. Aku kalau di posisi Clara juga sudah tidak bisa apa-apa lagi. Melawan 2 orang dengan Stamina yang sisa sedikit itu lumayan mustahil untuk dilakukan." Alvian sembari meletakkan kedua lengannya di belakang kepala.
Kami bertiga menyaksikan akhir dari pertarungan Clara melawan Vincent dan Novaria itu. Itu berakhir dengan sebuah potongan-potongan Es yang berujung Lancip mengenai Clara dengan tanpa ampun. Beberapa es itu mengenai di sekitar badannya.
"Clara dianggap kalah. Akan dikembalikan ke Dunia Nyata dalam 10 detik."
Usai sudah pertarungan mereka. Kini kembali ke layar yang menunjukkan pertarungan Kroenzi dengan Reinhart. Mereka berdua sepertinya sudah mulai berada di ujung batasnya. Kecepatan mereka yang tadi sangat cepat, kini hanya berubah seperti kecepatan biasa.
Tubuh mereka sudah sama-sama babak belur akibat serangan yang mereka berdua perbuat. Reinhart dengan Peningkatan Serangannya yang tidak lagi efektif mulai saat ini dan Kroenzi dengan Peningkatan Pertahanannya yang sudah tak sekeras tadi. Kini, mereka berdua sudah dalam tahap penentuan.
Mereka berdua menjaga jarak karena kelelahan yang mereka dapatkan setelah pertarungan cepat tadi. Sama-sama mengelap darah yang mengucur di sekitar tubuh mereka. Nafas mereka sekarang mulai tidak beraturan dan mustahil untuk bergerak kembali secara lama.
Hanya ada satu kali kesempatan masing-masing bagi mereka untuk mendaratkan sebuah pukulan atau tendangan.
"Sepertinya mereka berdua akan mencapai akhir pertarungannya saat ini." Aku berbicara kepada Alvian dan Isaak.
"Yah.. pertarungan yang cukup memakan energi dan stamina sih. Lagipula mereka berdua sama-sama keras kepala."
"Mereka berdua terlihat sama-sama mengalami kelelahan ekstrim. Kalau dari pemikiranku sih, mereka sama-sama tidak punya tenaga untuk bergerak lagi."
"Tidak ada salahnya dari perkataanmu Isaak. Mustahil untuk berlari dengan stamina seperti itu."
Kami melihat Reinhart dan Kroenzi sama-sama berjalan pelan ke arah masing-masing. Kroenzi memegang tangan kanannya yang berlumuran darah, dan Reinhart yang menyeret kakinya yang sudah tidak bisa digerakkan lagi.
Mereka saling bertatap satu sama lain. Melakukan sebuah salaman yang mereka buat dengan menempelkan pergelangan tangan mereka masing-masing. Setelah mereka melakukan sebuah salaman Ala mereka, mereka melemparkan sebuah serangan ke wajah masing-masing. Kroenzi dengan tangan kirinya, dan Reinhart dengan tangan kanannya.
Serangan mereka mendarat tepat di sasaran masing-masing. Reinhart yang terkena serangannya pun tersungkur. Kroenzi masih berdiri tegak tepat di depan Reinhart yang tersungkur. Vincent dan Novaria yang sudah kembali ke tempat Kroenzi dan Reinhart bertarung pun sudah tahu hasilnya seperti apa.
Dia mendekati Kroenzi yang masih berdiri tegak itu.
"Akhirnya aku menang darimu Rein." Kroenzi tersenyum sembari melihat ke Arah Reinhart yang tersungkur di depannya.
Vincent yang mendengar perkataan itu, tampak memasang wajah sedih. Dia harus menyelesaikan permainan ini. Vincent mendorong dahi Kroenzi dengan hanya memakai sedikit kekuatan saja. Kroenzi pun jatuh hanya dengan dorongan itu.
Kami semua yang menyaksikan pertarungan itu pun ikut sedih dengan pertemanan mereka yang sangat erat.
"Sial, kenapa aku mengeluarkan air mata hanya karena hal itu." Ucap Joe dan Matt yang juga menyaksikannya.
"Mereka berdua merupakan perwujudan dari kata Sahabat Sejati." Isaak berbicara.
"Sebuah hubungan erat yang bertahan lama dan tidak akan hancur oleh apapun. Baik itu dari materi ataupun fisik. Sebuah hubungan yang akan menciptakan sebuah keharmonisan dibandingkan dengan apapun." Aku berbicara.
Muncul sebuah pengumuman dari Pak Gritz.
"Karena Tim Penjahat sudah kalah semua, dan tim Penangkap yang masih tersisa 2 orang. Maka bapak akan mengumumkan bahwa Tim Penangkap yang menang. Untuk mereka yang masih berada di Dimensi Ruang yang bapak buat, akan dikembalikan ke Dunia Nyata dalam 10 detik. Berikan tepuk tangan kepada Tim Penangkap yang berhasil memenangkan permainan kali ini."
Semua yang menyaksikan pun bertepuk tangan untuk merayakan kemenangan Tim Penangkap. Usai sudah permainan kali ini yang memakan waktu 3 jam lamanya. Berkat permainan itu, aku mendapatkan sebuah Analisis yang berguna untukku.
{Semua Skill yang orang lain miliki mungkin saja memiliki kekuatan yang besar. Hanya saja, bagaimana cara mereka mengendalikan kekuatan itu yang menjadi poin Utama. Bahkan hanya dengan kekuatan telepati saja, orang itu akan menang bila dihadapkan dengan Kekuatan ledakan yang kuat. Bagaimana cara mengendalikan kekuatan itulah yang membuat skill yang dimiliki akan terasa overpower}
Kami yang berada di lapangan pun, bersama-sama menemui mereka yang baru saja kembali dari Dimensi Ruang itu. Menyambut mereka yang menang, dan melihat mereka yang masih terbaring di Kamar UKS karena pertarungannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments