Chapter 13 Adela Agraze

*****

Sampai di markas Lawan, aku melihat semua orang sedang bertarung satu sama lain. Kulihat, semua orang sedang sibuk bertarung satu sama lain. Richard bertarung dengan Adela, Raymond melawan Novaria, Clara melawan Luci dan Norman melawan Michael. Mereka sibuk bertarung satu sama lain disini.

Aku tidak melihat Vincent dan Isaak disini. Mungkin Isaak sudah memisahkan Vincent dengan anggota Lainnya. Richard yang sedang bertarung dengan Adela sempat menoleh ke arahku.

"Tepat Waktu Raphael, bantu aku melawannya."

"Baik."

Aku membantu Richard yang tampak kesulitan melawan Adela. Adela mengeluarkan sebuah air dari tangannya. Air yang tampak kecil itu lama kelamaan berubah menjadi seekor naga yang terbuat dari Air.

Dalam penglihatan ku, Naga yang terbuat dari Air itu mengenai tepat ke arah Richard. Aku segera memberitahu Richard tentang hal itu.

"Oy Richard, Menghindar….lah." Menoleh ke arah Richard.

Sebelum aku menyelesaikan kata-kataku, Naga air itu sudah mengenai Richard. Richard terpental sejauh 50 meter dari tempat dia berdiri.

Richard sepertinya sudah tidak kuat lagi setelah terkena serangannya. Dia langsung pingsan di tempat.

"Richard Abend kalah, 10 detik dari sekarang akan kembali ke Dunia Nyata."

Pengumuman kembali berkumandang.

{Sialan, aku terlalu lama untuk memberitahunya.}

Sesaat aku sedang berbicara dalam hati, sebuah serangan mengarah padaku. Karena respon ku terhadap serangan itu telat, aku terkena serangannya dan terpental seperti Richard. Kali ini serangan sebuah Pedang yang terbuat dari air menusuk ke tubuhku.

Aku jatuh terbaring.

"Sial, serangan yang mendadak sekali."

Aku mencoba bangun dari jatuh ku. Ketika mencoba untuk berdiri kembali, sebuah serangan kembali mengarah padaku. Sebuah hujan tombak air mengarah dari atas. Sontak aku menghindari serangannya yang sangat banyak itu.

Tidak bisa menghindar dari semua Tombak yang menghujani diri ku. Banyak sekali tombak yang menancap, rasanya seperti terkena tombak yang asli. Perihnya luka membuat ku terlihat kesakitan.

Antisipasi dengan serangan selanjutnya, fokus tanpa memikirkan perihnya luka yang kurasakan. Adela seperti memakai sebuah Serangan Mendadak setiap kalinya sehingga membuat yang dia lawan tidak bisa lengah sedikit pun.

Metode yang sangat bagus untuk menyerang lawan. Hanya saja, metode ini tidak terlalu efektif apabila yang dia lawan mempunyai fokus yang tinggi dalam pertarungan. Karena metodenya sangat mengandalkan ketidakfokusan lawan dalam pertarungan itu.

Aku bersiap dengan apapun yang akan mengarah padaku. Sebuah serangan muncul kembali, dengan segera aku menghindarinya. Kali ini, serangan yang diarahkan bisa kuhindari dengan baik berkat penglihatan ku yang mulai fokus kembali.

Serangan segala serangan mengarahku dengan banyaknya.

{Jika situasi berjalan di pihaknya secara terus menerus maka dipastikan aku akan kalah tak lama lagi. Aku harus keluar dari situasi yang menghimpitku.}

Aku hanya bisa menghindari tiap serangan yang dia arahkan. Yang kulakukan hanya sebatas bertahan tanpa menyerangnya. Aku akan kalah karena kehabisan tenaga. Aku mencoba mendekat secara perlahan sembari mempersempit jarak dengannya.

Mendekat secara perlahan sambil menghindari setiap serangan yang ada. Ketika kurasa jarakku dengannya sudah mendekat sesuai yang kuinginkan, aku membuat sebuah pistol. Sebuah pistol revolver berkaliber 44 dengan peluru yang tersedia hanya 5-7.

Yang artinya, aku hanya punya kesempatan maksimal 7x tembakan untuk mengalahkannya. Aku menarik pelatuknya. Tembakan pertama bisa di hindarinya dengan baik. Akurasiku dalam menembak tidak terlalu baik. Kalau aku menggunakan Pedang, jaraknya terlalu dekat dan akan mengutungkannya karena tidak perlu jauh-jauh untuk mengejarku.

Aku menarik pelatuk ku kembali untuk menembakkan peluru yang kedua. Kemampuan Future Sight ini sepertinya tidak terlalu baik digunakan untuk menyerang. Walaupun aku dapat melihat pergerakan selanjutnya, aku tidak bisa mengubah masa depan yang terjadi. Dia dengan mudahnya menghindari kembali peluruku.

Adela tidak terlalu banyak bicara karena dia seorang pendiam. Aku jarang melihatnya berbicara di dalam kelas maupun di luar. Aku lebih suka melawan seseorang yang banyak bicara ketimbang seorang pendiam. Seorang pendiam biasanya memiliki fokus lebih tinggi ketimbang seorang yang mempunyai banyak mulut.

Hal ini menyulitkan ku untuk menembak dengan jarak segini. Apalagi, dengan menghindari segala serangan yang dia berikan. Menyulitkan ku untuk mengenai target dengan akurasiku yang modal nekat saja.

{Aku perlu mempersempit jarak kembali kalau seperti ini. Sudah 2 peluru terbuang sia-sia, hanya tersisa 5 peluru yang bisa kugunakan.}

Aku kembali mempersempit jaraknya. Sembari memegang revolver, aku bergerak ke arahnya. Dia tidak berekspresi apapun selama aku mempersempit jaraknya. Malah yang ada dia makin leluasa menggunakan skillnya. Dia mengeluarkan sebuah naga air lagi di tangannya.

Naga air itu terbang kemari. Aku menghindari serangannya dengan membungkukkan badanku kebelakang seperti halnya posisi kayang. Naga air itu tepat melintas di atas tubuhku yang sedang membungkuk. Aku langsung kembali ke posisi semula. Berlari mempersempit jarak dengannya.

Aku memakai peluruku yang ketiga disaat berlari. Tidak disangka, peluru yang ke 3 berhasil mengenai pundak Adela. Terkena peluru itu, dia tidak terlihat seperti kesakitan. Dia tetap melanjutkan serangannya. Kali ini, sebuah ikan hiu terbuat.

Hiu mengarah kepadaku sembari dalam posisi siap menerkam targetnya. Aku memakai peluruku yang ke 4 untuk melawan itu. Sebuah peluru menembus tepat di kepala hiu Tersebut. Seketika, hiu itu menghilang dan tak berbekas.

Tersisa 3 peluru lagi yang menjadi sebuah penentuan pertarungan ini. Aku harus betul-betul tau momentum yang tepat untuk menembak.

"Raphael, sepertinya kamu itu tidak seburuk yang aku kira. Tubuhmu seperti sudah terlatih."

Jarang sekali kesempatan untuk mendengar suara Adela. Ini adalah pertama kalinya seseorang memuji hasil latihan ku sejak kecil.

"Terimakasih Adela, berkatmu aku sekarang semakin ingin membuktikan diriku."

"Sama-sama. Aku juga akan menggunakan seluruh kemampuan yang tersisa. Anggap saja ini adalah pertarungan yang setara."

Aku menarik pelatuk Revolver lagi. Adela langsung memakai kemampuannya untuk membuat sebuah dinding air di sekitarnya. Peluru yang harusnya tembus itu hancur lebur sebelum memasuki dinding itu.

Kini hanya tersisa 2 peluru lagi. Aku menembakkan 1 peluru ke bagian kaki Adela agar dia tidak mendapat tumpuan yang bagus.

"DORRR." Suara peluru yang keluar dari Revolver.

Peluru itu mengenai tepat sasaran. Salah satu bagian kaki Adela tidak bisa digunakan untuk sementara karena terkena tembakan. Tubuhnya pun menjadi tidak stabil untuk berdiri ataupun bergerak dengan leluasa.

Dia memaksakan tubuhnya untuk memakai kemampuan terkuatnya. Sebuah Golem air terbuat, Golem itu berlari ke arahku. Hanya tersisa 1 peluru yang kupunya, ini tidak bisa kugunakan untuk menyerangnya. Namun, kalau aku tidak menyerang Golemnya tidak akan ada yang berubah.

Kuputuskan untuk menggunakan peluru yang terakhir untuk mengincar inti Golem tersebut yang berada di dadanya. Sebelum itu, aku menunggu Golem tersebut mendekat agar akurasi yang bisa diberikan lebih tinggi dibandingkan menembak dari jauh.

Aku berdiam diri menunggu Golem itu mendekat. Golem itu pun sudah berada di hadapanku dengan sangat dekat. Aku langsung menaruh ujung revolver ku tepat di Dada Golem tersebut. Aku menarik pelatuk ku.

"DEERR."

Inti Golem itu pun hancur seketika. Kumpulan air yang membentuk sebuah Golem hanya tersisa menjadi sebuah arus air yang kecil. Revolver tanpa peluru yang kupegang ini akan aku pegang untuk menyerangnya.

Aku langsung menyerang Adela menggunakan tangan yang memegang Revolver. Menggunakan segala bentuk beladiri yang ku pelajari untuk menghajarnya. Gerakan yang gesit itu mengikuti sebuah serangan yang dihindari oleh Adela.

Memukul dan menendang mengkombinasikan dari banyak bagian tubuh yang bisa digunakan. Mulai dari memukul secara vertikal maupun horizontal. Adela menghindari segala serangan yang kuberikan.

Aku melihat, Adela seperti memasang sebuah kuda-kuda Ginga. Sebuah kuda-kuda yang berasal dari beladiri Capoeira. Aku menjaga jarak sedikit darinya agar tidak terkena sebuah serangan yang mendadak kembali.

Adela bergerak ke arahku dengan cepatnya. Melakukan sebuah tendangan setengah putaran dari arah luar menuju ke dalam. Dia mengincar kepalaku, aku menahan tendangannya menggunakan siku kananku.

Ketika aku sedang menahan kaki kanannya, dia melakukan sebuah tendangan kembali menggunakan kaki kirinya. Kali ini aku tidak bisa berbuat banyak. Aku terkena sebuah serangannya tepat di bagian kepala. Tubuhnya yang tampak memutar itu menunjukkan seberapa lentur tubuhnya dalam melakukan seni beladiri yang dia miliki.

Walaupun sudah menahan dengan tangan kananku, tetap saja ditendang dengan kencang menggunakan dua serangan dari arah yang berlawanan membuatku sedikit terpental ke arah belakang.

{Capoeira, dengan kakinya yang lentur itu, seni bela dirinya menjadi sangat kuat.}

Kepalaku seketika merasakan pusing dengan terkena tendangan yang lumayan kencang itu. Tak diberi istirahat olehnya, tendangan memutar kali ini menarget langsung ke arah tubuhku. Gerakan memutarnya itu membuatku susah untuk menahannya.

Terkena serangannya sekali lagi membuat tubuhku terasa lemas seketika. Tidak ada yang bisa kulakukan dalam hal ini. Bela Dirinya jauh lebih baik dibandingkan dengan beladiri ku.

{Sial, gerakan Capoeira ini tidak bisa kutahan. Kekuatannya tidak main-main.}

Aku segera menyerangnya untuk mengakhiri ini. Berlari dengan cepat sebelum Adela sempat melakukan sebuah gerakan kembali. Dengan keadaan pusing dan tidak stabil, tubuhku bergerak ke kanan dan kiri bagaikan sebuah gerakan zig zag.

"Sudahlah Raphael, sebaiknya menyerah agar tidak terluka lebih parah. Kuakui kau memang kuat, tapi untuk hal ini, aku jauh lebih kuat ketimbang dirimu."

Adela mengayunkan kaki kanannya ke arah atas. Aku anggap ini sebuah pertaruhan terakhir dariku. Aku mengumpulkan energi terakhirku ke Pukulan terakhir yang bisa kuberikan. Ketika sudah mendekat, kami berdua memberikan sebuah serangan dari arah berlawanan.

Aku menganyunkan tanganku dari bawah ke atas, sedangkan Adela menganyunkan kakinya dari atas ke bawah.

"HIYAHHHH!"

Aku berteriak dengan kencang. Pukulanku mengenai tepat ke bagian Dagu Adela. Namun, aku pun juga terkena tendangannya tepat di bagian punggung ku. Kami berdua berhasil melayangkan serangan masing-masing dengan tepat.

Aku yang terkena tendangannya langsung tersungkur di tanah. Adela pun juga sama, setelah terkena Pukulan ku yang tepat mengenai dagunya dia langsung terbaring di tanah. Adela jatuh dengan posisi telentang.

Adela langsung tidak sadarkan diri setelah itu.

"Adela Agraze Kalah, 10 detik dari sekarang akan dikembalikan ke Dunia Nyata."

Pengumuman kembali berkumandang.

{Sial, aku harus menyerah sepertinya. Tidak ada yang bisa kulakukan kembali saat ini. Tubuhku tidak bisa digerakkan.}

Sepertinya aku harus menyerah saat ini. Tidak ada lagi yang bisa kulakukan dengan tubuh yang tidak bisa digerakkan ini. Jangankan bergerak, tubuhku seperti mati rasa. Hanya kesadaranku yang masih utuh sampai saat ini.

"Aku Menyerah."

Adela memiliki sebuah skill yang bagus ditambah dengan beladiri yang dia miliki tampak membuatnya seperti tak ada celah sedikitpun tadi. Kurasa tadi Adela sempat mengalah disaat serangan terakhir. Dia bisa menghindari Pukulanku sebenarnya. Namun dia sepertinya lebih baik menerima Pukulanku ketimbang menghindarinya.

"Raphael Ignite Kalah, 10 detik dari sekarang akan dikembalikan ke Dunia Nyata."

Kembali lagi Suara Pengumuman itu selang beberapa detik saja.

"Aku rasa, aku harus berbicara dengannya lagi nanti. Aku bisa memintanya untuk mengajarkan beladiri Capoeira miliknya."

Aku pun pindah dari Dunia Dimensi ke Dunia Nyata setelah 10 detik. Berada di sebuah tempat seperti sebuah tabung. Aku melihat di sampingku juga ada Adela yang masih tidak sadarkan diri.

Sebuah pintu otomatis terbuka.

"Kerja Bagus Raphael."

"Iya, Kau berhasil mengalahkan Adela dengan kekuatanmu yang seadanya itu. Aku terlalu memandang rendah dirimu sepertinya."

Ternyata Alice dengan Alvian yang datang kemari menemuiku.

"Terimakasih Alice, Alvian."

Aku masih merasa tubuhku tidak bisa digerakkan walau sudah berada di Dunia Nyata.

"Anu Alvian.." dengan posisi tubuh masih tengkurap.

"Apa Raphael?"

"Bisa minta tolong angkat ke UKS gak? Tubuhku tidak bisa digerakkan sama sekali."

"Oke, aku akan membantu mengangkatmu ke UKS."

"Terimakasih sekali lagi ya Alvian."

Alvian segera mengangkat tubuhku yang tidak bisa digerakkan. Dia menggendongku di punggungnya dengan cepat. Aku merasa malu karena digendong oleh seorang laki teman kelasku. Ya walaupun ini adalah situasi mendesak yang tidak bisa kuubah.

Alice juga mengangkat Adela seperti seorang tuan Putri. Alice dan Alvian dengan cepat berjalan menuju UKS.

******

Sesampainya di UKS, aku dan Adela sama-sama berbaring di Kasur yang disediakan.

"Aku pergi dulu ya Raphael, aku mau melihat permainannya lagi."

"Baik Alvian, nanti aku akan menyusul setelah istirahat sebentar."

"Oke, kutunggu."

Alvian dan Alice pergi dari UKS setelah mengangkat tubuh kami berdua ke UKS. Tidak ada siapa-siapa disini. Hanya ada aku dan Adela yang terbaring. Perawat yang biasa bekerja di UKS tidak kelihatan disini.

Mungkin karena efek kelelahan karena memakai kekuatan yang berlebihan, saat ini aku mulai mengantuk. Aku berisitirahat sebentar untuk memulihkan energi yang terkuras banyak saat permainan tadi.

Episodes
1 Chapter 01 Raphael Ignite
2 Chapter 02 Dungeon Break
3 Chapter 03 Mansion Ignite's Family
4 Chapter 04 Roselianne Noble
5 Chapter 05 Shopping and Play
6 Chapter 06 Tersesat di Jalan yang Lurus
7 Chapter 07 Penjahat di Kereta
8 Chapter 08 Hit & Run
9 Chapter 09 Ledakan Besar
10 Chapter 10 Suara yang tak dikenali
11 Chapter 11 Ruangan dan Mata merah yang berkilau
12 Chapter 12 Triniade System
13 Chapter 13 Adela Agraze
14 Chapter 14 Pertarungan yang Tersisa
15 Chapter 15 Pertarungan tak terlihat
16 Chapter 16 Akhir dari Pertarungan
17 Chapter 17 Ikatan yang Renggang, mulai kembali Menguat
18 Chapter 18 Pesta yang Mewah
19 Chapter 19 Analisis Skill tipe Cahaya
20 Chapter 20 Kemacetan Panjang
21 Chapter 21 Diskusi Tegang
22 Chapter 22 Sistem Error??
23 Chapter 23 Mawar yang Mekar
24 Chapter 24 Kecanggihan Teknologi ITG
25 Chapter 25 Ruangan Misterius
26 Chapter 26 Jangan bersenang dulu, Masalah kan datang nanti
27 Chapter 27 Dunia tanpa Gangguan
28 Chapter 28 Melodi Merdu Bagai di Dunia Fantasi
29 Chapter 29 Ingatan masa Lama
30 Chapter 30 Akhir dari Pelatihan
31 Chapter 31 Hari yang Sempurna dengan Kondisi yang Buruk
32 Chapter 32 Benih Cinta yang mulai Bersemi
33 Chapter 33 Pemandangan Kota dari Jendela Bus
34 Chapter 34 Ketiga sifat yang Berlawanan
35 Chapter 35 Mengurus Urusan Diplomasi
36 Chapter 36 Sebastian sang Asisten Kepala Keluarga
37 Chapter 37 Telat lagi
38 Chapter 38 Leon, Novaria dan Alice
39 Chapter 39 Diriku setahun yang Lalu
40 Chapter 40 Sebuah Perasaan berkat Sebuah Senyuman
41 Chapter 41 Sang Cahaya yang Meredup
42 Chapter 42 Ulmaz Game Center
43 Chapter 43 Pertarungan Virtual Reality
44 Chapter 44 Evilanse World Paralel
45 Chapter 45 Apakah ini Akhirnya!!
46 Chapter 46 Dimulai dari Amarah dan Kecerobohan
47 Chapter 47 Caroline Wozniacki
48 Chapter 48 Suara yang Berasal dari sebuah Piano
49 Chapter 49 Basketball
50 Chapter 50 Rigorous Mode
51 Chapter 51 Waktunya pembalasan
52 Chapter 52 Sebuah Keajaiban yang Terjadi
53 Chapter 53 Suara dari sebuah Bongkahan Es
54 Chapter 54 Hanya sebuah Boneka Beruang berwarna Pink
55 Chapter 55 Bienen dan Liebe
56 Chapter 56 Ketua Asosiasi Ranker
57 Chapter 57 Kenapa Hari Ini!!
58 Chapter 58 Hasil yang Cukup Memuaskan
59 Chapter 59 Ryne dan Ujian Tulis
60 Chapter 60 Mari kita Mulai!!
61 Chapter 61 Kejutan dari Seorang Schwarz
62 Chapter 62 Sedikit Kecurangan tidaklah buruk
63 Chapter 63 Sebuah Wacana
64 Chapter 64 Bahaya Narkotika dan obat-obatan terlarang
65 Chapter 65 Angka 05 dan Bunga Mawar
66 Chapter 66 Burlinsen
67 Chapter 67 Organisasi Rosenbluten
68 Chapter 68 Tindakan Kekerasan pada Anak Dibawah Umur
69 Chapter 69 Rosenbluten dan Para Pemimpinnya
70 Chapter 70 Cahaya di tengah Gelapnya Malam
71 Chapter 71 Pertarungan Melalui Bir
72 Chapter 72 Rasa yang Telah Hilang
73 Chapter 73 Mind Control
74 Chapter 74 Ibunda yang sangat Baik Hati
75 Chapter 75 Taman
76 Chapter 76 Anting bunga membuatmu lengah
77 Chapter 77 Rio si Jaket Merah
78 Chapter 78 Fokuslah pada suatu hal dan cek kembali apakah itu sesuai
79 Chapter 79 Keadaan Pasca Pertarungan sengit
80 Chapter 80 Kepanikan tiada henti
81 Chapter 81 Kalau ada dia, kurasa kondisiku membaik
82 Chapter 82 Festival Rhine in Flammen (Part 1)
83 Chapter 83 Festival Rhine in Flammen ( Part 2 )
84 Chapter 84 Festival Rhine in Flammen ( Part 3 )
85 Chapter 85 Kaizo Ignite
86 Chapter 86 Kembalinya setelah libur panjang
87 Chapter 87 Situasi rumit dan gawat
88 Chapter 88 Air Mata Kecemburuan
89 Chapter 89 Aegis Arena Showdown ( Part 1 )
90 Chapter 90 Aegis Arena Showdown ( Part 2 )
91 Chapter 91 Pembukaan Kompetisi Aegis Arena Showdown ( Part 3 )
92 Chapter 92 Taruhan berbahaya ( Part 4 )
93 Chapter 93 Roselianne Noble vs Hilario Hernandez ( Part 5 )
94 Chapter 94 Perkembangan yang pesat ( Part 6 )
95 Chapter 95 Perkenalan Antara partisipan ( Part 7 )
96 Chapter 96 Arwah dan Waktu ( Part 8 )
97 Chapter 97 Jangan melampaui batas seenaknya! ( Part 9 )
98 Chapter 98 Penghinaan terhadap Pribumi ( Part 10 )
99 Chapter 99 Latihan keras ( Part 11 )
100 Chapter 100 Latihan Morena Iszlavia ( Part 12 )
101 Chapter 101 Pertarungan gemilang sang adik Pahlawan ( Part 13 )
102 Chapter 102 Populer vs Pemalu ( Part 14 )
103 Chapter 103 Sinergitas dengan angin ( Part 15 )
104 Chapter 104 Para tong kosong yang nyaring bunyinya ( Part 16 )
105 Chapter 105 Seorang Misterius ( Part 17 )
106 Chapter 106 Macheda dan Il-Sung ( Part 18 )
107 Happy New Year 2024
108 Chapter 107 Advanced Skill ( Part 19 )
109 Chapter 108 Popularitas ( Part 20 )
110 Chapter 109 Harga diri ( Part 21 )
111 Chapter 110 Waktu Luang dan Hiburan ( Part 22 )
112 Chapter 111 Schmerz ( Part 23 )
113 Chapter 112 Fio ( Part 24 )
114 Chapter 113 Kilas Balik Morena ( Part 25 )
115 Chapter 114 Sullivan Crestia ( Part 26 )
116 Chapter 115 Terungkapnya segala rahasia ( Part 27 )
117 Chapter 116 Benang Hitam ( Part 28 )
118 Chapter 117 Kebaikan yang sirna ( Part 29 )
119 Chapter 118 Lantunan Irama Mengerikan ( Part 30 )
120 Chapter 119 Romansa ( Part 31 )
121 Chapter 120 Maxwell Violance ( Part 32 )
122 Chapter 121 Kepercayaan diri ( Part 33 )
123 Chapter 122 The Rising Star ( Part 34 )
124 Chapter 123 Destiny of Evolution ( Part 35 )
125 Chapter 124 Peningkatan ( Part 36 )
126 Chapter 125 Ilusi Masa Lalu ( Part 37 )
127 Chapter 126 Kenangan Buruk ( Part 38 )
128 Chapter 127 Kharisma Kriminalitas Kelas Kakap ( Part 39 )
129 Chapter 128 Akhir dari sebuah Trauma ( Part 40 )
130 Chapter 129 Hadiah Rahasia dari orang Istimewa ( Part 41 )
131 Chapter 130 Aktivitas biasa ( Part 42 )
132 Chapter 131 Waktu untuk Bersantai ( Part 43 )
133 Chapter 132 Skilled Basketball ( Part 44 )
134 Chapter 133 Semi-Final Babak 1 ( PART 45 )
135 HAPPY EID MUBARAK!
136 Chapter 134 Hawa Dingin yang Menusuk ( Part 46 )
137 Chapter 135 Ketidakseimbangan Dunia Fana dan Dunia Nyata ( PART 47 )
138 Chapter 136 Peniru Handal ( PART 48 )
139 Chapter 137 Time ( Part 49 )
140 Chapter 138 Semuanya memiliki batas ( PART 50 )
141 Chapter 139 Charles Magnussen ( Part 51 )
142 Chapter 140 Emphasize ( Part 52 )
143 Chapter 141 Kekecewaan ( Part 53 )
144 Chapter 142 Beban seorang Adik ( Part 54 )
145 Chapter 143 The Path's ( Part 55 )
146 Chapter 144 Rasa Bersalah ( Part 56 )
147 Chapter 145 Letiontia ( Part 57 )
148 Chapter 146 Semi-Final Round ( Part 58 )
149 Chapter 147 Unnification vs Manifestation ( Part 59 )
150 Chapter 148 Pemikiran yang mengerikan ( Part 60 )
151 Chapter 149 Bulan pada Siang Hari ( Part 61 )
152 Chapter 150 Hal yang Mencemaskan ( Part 62 )
153 Chapter 151 Mimpi mengerikan ( PART 63 )
154 Chapter 152 Gemuruh Langit antara angin dan petir ( Part 64 )
155 Chapter 153 Pertarungan Udara ( PART 65 )
156 Chapter 154 Konsekuensi ( Part 66 )
157 Chapter 155 Perkelahian ( Part 67 )
158 Chapter 156 Bunga yang mekar setelah layu ( Part 68 )
Episodes

Updated 158 Episodes

1
Chapter 01 Raphael Ignite
2
Chapter 02 Dungeon Break
3
Chapter 03 Mansion Ignite's Family
4
Chapter 04 Roselianne Noble
5
Chapter 05 Shopping and Play
6
Chapter 06 Tersesat di Jalan yang Lurus
7
Chapter 07 Penjahat di Kereta
8
Chapter 08 Hit & Run
9
Chapter 09 Ledakan Besar
10
Chapter 10 Suara yang tak dikenali
11
Chapter 11 Ruangan dan Mata merah yang berkilau
12
Chapter 12 Triniade System
13
Chapter 13 Adela Agraze
14
Chapter 14 Pertarungan yang Tersisa
15
Chapter 15 Pertarungan tak terlihat
16
Chapter 16 Akhir dari Pertarungan
17
Chapter 17 Ikatan yang Renggang, mulai kembali Menguat
18
Chapter 18 Pesta yang Mewah
19
Chapter 19 Analisis Skill tipe Cahaya
20
Chapter 20 Kemacetan Panjang
21
Chapter 21 Diskusi Tegang
22
Chapter 22 Sistem Error??
23
Chapter 23 Mawar yang Mekar
24
Chapter 24 Kecanggihan Teknologi ITG
25
Chapter 25 Ruangan Misterius
26
Chapter 26 Jangan bersenang dulu, Masalah kan datang nanti
27
Chapter 27 Dunia tanpa Gangguan
28
Chapter 28 Melodi Merdu Bagai di Dunia Fantasi
29
Chapter 29 Ingatan masa Lama
30
Chapter 30 Akhir dari Pelatihan
31
Chapter 31 Hari yang Sempurna dengan Kondisi yang Buruk
32
Chapter 32 Benih Cinta yang mulai Bersemi
33
Chapter 33 Pemandangan Kota dari Jendela Bus
34
Chapter 34 Ketiga sifat yang Berlawanan
35
Chapter 35 Mengurus Urusan Diplomasi
36
Chapter 36 Sebastian sang Asisten Kepala Keluarga
37
Chapter 37 Telat lagi
38
Chapter 38 Leon, Novaria dan Alice
39
Chapter 39 Diriku setahun yang Lalu
40
Chapter 40 Sebuah Perasaan berkat Sebuah Senyuman
41
Chapter 41 Sang Cahaya yang Meredup
42
Chapter 42 Ulmaz Game Center
43
Chapter 43 Pertarungan Virtual Reality
44
Chapter 44 Evilanse World Paralel
45
Chapter 45 Apakah ini Akhirnya!!
46
Chapter 46 Dimulai dari Amarah dan Kecerobohan
47
Chapter 47 Caroline Wozniacki
48
Chapter 48 Suara yang Berasal dari sebuah Piano
49
Chapter 49 Basketball
50
Chapter 50 Rigorous Mode
51
Chapter 51 Waktunya pembalasan
52
Chapter 52 Sebuah Keajaiban yang Terjadi
53
Chapter 53 Suara dari sebuah Bongkahan Es
54
Chapter 54 Hanya sebuah Boneka Beruang berwarna Pink
55
Chapter 55 Bienen dan Liebe
56
Chapter 56 Ketua Asosiasi Ranker
57
Chapter 57 Kenapa Hari Ini!!
58
Chapter 58 Hasil yang Cukup Memuaskan
59
Chapter 59 Ryne dan Ujian Tulis
60
Chapter 60 Mari kita Mulai!!
61
Chapter 61 Kejutan dari Seorang Schwarz
62
Chapter 62 Sedikit Kecurangan tidaklah buruk
63
Chapter 63 Sebuah Wacana
64
Chapter 64 Bahaya Narkotika dan obat-obatan terlarang
65
Chapter 65 Angka 05 dan Bunga Mawar
66
Chapter 66 Burlinsen
67
Chapter 67 Organisasi Rosenbluten
68
Chapter 68 Tindakan Kekerasan pada Anak Dibawah Umur
69
Chapter 69 Rosenbluten dan Para Pemimpinnya
70
Chapter 70 Cahaya di tengah Gelapnya Malam
71
Chapter 71 Pertarungan Melalui Bir
72
Chapter 72 Rasa yang Telah Hilang
73
Chapter 73 Mind Control
74
Chapter 74 Ibunda yang sangat Baik Hati
75
Chapter 75 Taman
76
Chapter 76 Anting bunga membuatmu lengah
77
Chapter 77 Rio si Jaket Merah
78
Chapter 78 Fokuslah pada suatu hal dan cek kembali apakah itu sesuai
79
Chapter 79 Keadaan Pasca Pertarungan sengit
80
Chapter 80 Kepanikan tiada henti
81
Chapter 81 Kalau ada dia, kurasa kondisiku membaik
82
Chapter 82 Festival Rhine in Flammen (Part 1)
83
Chapter 83 Festival Rhine in Flammen ( Part 2 )
84
Chapter 84 Festival Rhine in Flammen ( Part 3 )
85
Chapter 85 Kaizo Ignite
86
Chapter 86 Kembalinya setelah libur panjang
87
Chapter 87 Situasi rumit dan gawat
88
Chapter 88 Air Mata Kecemburuan
89
Chapter 89 Aegis Arena Showdown ( Part 1 )
90
Chapter 90 Aegis Arena Showdown ( Part 2 )
91
Chapter 91 Pembukaan Kompetisi Aegis Arena Showdown ( Part 3 )
92
Chapter 92 Taruhan berbahaya ( Part 4 )
93
Chapter 93 Roselianne Noble vs Hilario Hernandez ( Part 5 )
94
Chapter 94 Perkembangan yang pesat ( Part 6 )
95
Chapter 95 Perkenalan Antara partisipan ( Part 7 )
96
Chapter 96 Arwah dan Waktu ( Part 8 )
97
Chapter 97 Jangan melampaui batas seenaknya! ( Part 9 )
98
Chapter 98 Penghinaan terhadap Pribumi ( Part 10 )
99
Chapter 99 Latihan keras ( Part 11 )
100
Chapter 100 Latihan Morena Iszlavia ( Part 12 )
101
Chapter 101 Pertarungan gemilang sang adik Pahlawan ( Part 13 )
102
Chapter 102 Populer vs Pemalu ( Part 14 )
103
Chapter 103 Sinergitas dengan angin ( Part 15 )
104
Chapter 104 Para tong kosong yang nyaring bunyinya ( Part 16 )
105
Chapter 105 Seorang Misterius ( Part 17 )
106
Chapter 106 Macheda dan Il-Sung ( Part 18 )
107
Happy New Year 2024
108
Chapter 107 Advanced Skill ( Part 19 )
109
Chapter 108 Popularitas ( Part 20 )
110
Chapter 109 Harga diri ( Part 21 )
111
Chapter 110 Waktu Luang dan Hiburan ( Part 22 )
112
Chapter 111 Schmerz ( Part 23 )
113
Chapter 112 Fio ( Part 24 )
114
Chapter 113 Kilas Balik Morena ( Part 25 )
115
Chapter 114 Sullivan Crestia ( Part 26 )
116
Chapter 115 Terungkapnya segala rahasia ( Part 27 )
117
Chapter 116 Benang Hitam ( Part 28 )
118
Chapter 117 Kebaikan yang sirna ( Part 29 )
119
Chapter 118 Lantunan Irama Mengerikan ( Part 30 )
120
Chapter 119 Romansa ( Part 31 )
121
Chapter 120 Maxwell Violance ( Part 32 )
122
Chapter 121 Kepercayaan diri ( Part 33 )
123
Chapter 122 The Rising Star ( Part 34 )
124
Chapter 123 Destiny of Evolution ( Part 35 )
125
Chapter 124 Peningkatan ( Part 36 )
126
Chapter 125 Ilusi Masa Lalu ( Part 37 )
127
Chapter 126 Kenangan Buruk ( Part 38 )
128
Chapter 127 Kharisma Kriminalitas Kelas Kakap ( Part 39 )
129
Chapter 128 Akhir dari sebuah Trauma ( Part 40 )
130
Chapter 129 Hadiah Rahasia dari orang Istimewa ( Part 41 )
131
Chapter 130 Aktivitas biasa ( Part 42 )
132
Chapter 131 Waktu untuk Bersantai ( Part 43 )
133
Chapter 132 Skilled Basketball ( Part 44 )
134
Chapter 133 Semi-Final Babak 1 ( PART 45 )
135
HAPPY EID MUBARAK!
136
Chapter 134 Hawa Dingin yang Menusuk ( Part 46 )
137
Chapter 135 Ketidakseimbangan Dunia Fana dan Dunia Nyata ( PART 47 )
138
Chapter 136 Peniru Handal ( PART 48 )
139
Chapter 137 Time ( Part 49 )
140
Chapter 138 Semuanya memiliki batas ( PART 50 )
141
Chapter 139 Charles Magnussen ( Part 51 )
142
Chapter 140 Emphasize ( Part 52 )
143
Chapter 141 Kekecewaan ( Part 53 )
144
Chapter 142 Beban seorang Adik ( Part 54 )
145
Chapter 143 The Path's ( Part 55 )
146
Chapter 144 Rasa Bersalah ( Part 56 )
147
Chapter 145 Letiontia ( Part 57 )
148
Chapter 146 Semi-Final Round ( Part 58 )
149
Chapter 147 Unnification vs Manifestation ( Part 59 )
150
Chapter 148 Pemikiran yang mengerikan ( Part 60 )
151
Chapter 149 Bulan pada Siang Hari ( Part 61 )
152
Chapter 150 Hal yang Mencemaskan ( Part 62 )
153
Chapter 151 Mimpi mengerikan ( PART 63 )
154
Chapter 152 Gemuruh Langit antara angin dan petir ( Part 64 )
155
Chapter 153 Pertarungan Udara ( PART 65 )
156
Chapter 154 Konsekuensi ( Part 66 )
157
Chapter 155 Perkelahian ( Part 67 )
158
Chapter 156 Bunga yang mekar setelah layu ( Part 68 )

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!