Saat Retakan Itu Menjadi Dungeon, Terdengar Suara Gemuruh dari Dalam Dungeon. Seperti Suara Gerombolan Pasukan yang Sedang Berjalan Bersama Beriring-iringan dan Guncangan yang Membuat Area Sekitar Nampak Chaos Karena Guncangan tersebut. Tampak Sebuah Monster Keluar Dari Sebuah Dungeon yang Ada di Depan. Orang-orang Yang ada di Sekitar Tampak Panik Melihat Monster.
Tak Kecuali diriku dan Teman-temanku. Kami Sigap Berlari Menuju Basement Pengungsian yang Letaknya Agak Jauh Dari Tempat ini. Orang-Orang Berlari secara Tidak Teratur dan berteriak Kencang yang Membuat Para Monster Langsung Memporak-porandakan Area di Sekitarnya. Aku Menyaksikan Peristiwa yang Amat Sadis di Sekitarku.
Banyak sekali Warga yang Terbunuh Dalam Peristiwa itu.
"AAA MONSTER!!TOLONG SELAMATKAN A-."
"TOLONGG AKU!!."
Ahh, Teriakan Ini Membuatku Takut Sekali. Sesaat Aku Menolehkan Pandanganku Ke Arah Vincent dan Laurencia. Mereka Dua Tampak Sangat Ketakutan. Kami Bertiga Lari Sebisa Mungkin untuk Menyelamatkan Diri.
{Andai saja Aku Kuat, Pasti Banyak Warga yang Masih bisa Terselamatkan. Andai Saja} Dalam Hatiku Sejenak Rasa Penyesalan.
Disaat Kami Bertiga Lari, Tiba-Tiba Seorang Monster Berada di Depan Kami.
"Hey, Kalian Mau Kabur Kemana?Tidak ada Jalan Lari Lagi Ahhahahahah." Tampak Monster Tersebut Memasang Ekspresi Gembira.
Karena Aku Melihat Vincent dan Laurencia Ketakutan. Entah apa yang Ada Dipikiranku, Aku Malah Maju ke hadapan Monster Tersebut dan Memasang Kuda-Kuda untuk Bertarung dengannya.
"Hey Vin, Ren. Kalian Kabur ke Arah Lain.Aku akan Menahan Monster ini. Sebisa Mungkin Larilah dan Panggil Bantuan Kesini!!" Dengan Memasang Ekspresi sedikit Ketakutan.
{ Seluruh Tubuhku Rasanya Bergetar saat Di hadapannya. Inikah yang Dinamakan Ketakutan?}
"Cepat Vin, Ren.Lari Sekencang mungkin dan Panggil Bantuan sekarang!" Aku Berteriak Dengan Kencang Tak Memedulikan Ketakutanku saat ini.
"Tapi, Raphael…" Mereka Berdua Tampak Ragu-Ragu Sepertinya.
"Sudahlah Tidak ada Tapi-Tapi. Cepat!!"
"Aaa, Baiklah Raphael. Aku Akan Memanggil Bantuan Secepat Mungkin."
Mereka Berdua Lari dengan Kencang ke Arah Pusat Bantuan.
"Ahahahahah, Anak Kecil Pemberani. Baiklah Karena Kau Rela Mengorbankan Dirimu untuk Kalian Berdua. Maka Mereka Berdua Boleh Kabur dari Sini. Aku Akan Melepaskan Kalian Berdua. Tapi, Anak Ini Adalah Mainanku Sekarang Hahahaha."
Monster Itu Tertawa Lepas dan Sangat Terhibur. Aku mencoba Melayangkan Sebuah Pukulan Ke Arahnya. Nahas, Pukulanku dihindari Olehnya.
"Lemah Sekali Pukulanmu. Apakau Tidak Memiliki Fisik yang Baik Anak Kecil?"
Badanku Tampak Bergetar karena Ketakutan. Keringatku Menetes tanpa Aturan. Pandanganku Terasa Sedikit buram Saat Pukulanku di Tangkap Olehnya.
"Hey, Janganlah Pingsan Secepat itu. Jadi Tidak Seru. Aku Akan Mengheal mu Sedikit agar Kamu Tetap Hidup."
Dia Menyembuhkan Mentalku. Aku Dijadikan Sebuah Mainan Untuknya. Sungguh Ironisnya Diriku ini Dihadapannya. Aku Terus Melakukan Sebuah Pukulan dan Tendangan ke Arahnya.
Beberapa Saat Kemudian, Aku Menggunakan Skill Manifestation Equipment ku Untuk Memunculkan Sebuah Pedang.
"Wow, Bilang dong dari tadi bahwa kau Punya Skill Seperti itu. Gini kan Seru Jadinya Main-Mainnya. Aku akan Sedikit Serius Saat Ini untuk Menghormatimu."
Aku Mengayunkan Serangan kepadanya Berkali-Kali Namun Selalu dihindari Olehnya. Beberapa Kali juga Aku mendapatkan Sebuah Serangan darinya. Itu Sungguh Menyakitkan.
{Sebisa Mungkin aku Harus Bertahan untuk Mengulurnya Sampai Para Ranker datang} dalam Hatiku Berkata Seperti itu
Namun, Seranganku Sangat Lemah dan Selalu dihindari Olehnya. Seperti Sia-Sia Melakukan Serangan seperti ini. Aku Segera Berpikir Sejenak Cara agar Seranganku ini Bisa Tembus Kepadanya.
Aku Terpikirkan Sebuah Ide untuk Menggunakan Manifestation untuk Mengeluarkan Sebuah Pistol. Entah ini Bisa atau tidak Untuk Mengeluarkan 2 Senjata Sekaligus saat ini. Aku Sudah Mengeluarkan Pedang. Mungkin aku Akan Bertaruh saat ini.
Aku Menyerang dengan Jarak Dekat untuk Memancing Monster tersebut. Melayangkan Ayunan Pedangku kepadanya dengan sekuat tenaga. Sampai Melihat sebuah Celah dari Monster aku langsung memakai skill Manifestasi ku.
"Manifestation Skill!" Sambil Berteriak
Pistol pun Muncul di genggaman tanganku.Aku segera menarik pelatuk pistol tersebut dan duarr. Peluru itu mengenai badan Monster tersebut.
"Kuakkk, BOCAH INI!!" Monster tersebut memasang ekspresi marah.
Akhirnya Seranganku bisa tembus padanya.itu bisa menimbulkan luka untuknya. Saat dia terluka, Aku langsung menyerang menggunakan dua senjata sekaligus kepadanya. Tangan Kanan ku memegang sebuah Pedang, Sedangkan Tangan Kiri ku memegang pistol.
Aku Menyerang dia secara bergantian menggunakan Pedang dan Pistol. Ternyata itu efektif kepadanya karena luka yang kuberikan tadi menghambat pergerakannya. Berkali-kali Dia menerima Luka dari Seranganku.
"HYAAAHHHHHH!!!"
Aku Mengayunkan Pedang ku dari Atas ke bawah dan Boom!! Serangan itu Berhasil Menggores tubuh monster tersebut hingga menimbulkan bekas luka yg besar. Darah monster itu mengalir tanpa henti akibat serangan itu.
"Aaa,Bocah SIALAN!!!!" Dia Merintih Kesakitan.
Monster itu langsung menyerang ku dengan membabi buta. Aku menghindari serangan dia berkali-kali walaupun sesekali menerima Luka. Aku terus menerus Menghindar serta Menyerang monster tersebut.
"Huh." Aku Merasa Kelelahan.
"Heh, Kau sudah kelelahan. Tampaknya akan mudah untukku menyerangmu Bocah Sialan. Aku akui kau Kuat."
Monster tersebut seperti tampak Sedikit kelelahan juga Kalau kulihat. Mungkin serangan Selanjutnya adalah Penentuan siapa yang akan Menang dalam Pertarungan ini. Aku melancangkan provokasi ku kepada dia agar dia tampak kesal.
"Heh, Aku kelelahan juga masih Bisa melawanmu Bodoh. Kau hanyalah Monster rendahan yang hanya sok kuat di depanku. Sebenarnya kau ketakutan kan setelah seranganku tadi??" Aku Melakukan Provokasi dengan Semaksimal mungkin Agar dia merasa Kesal.
Menurut Penelitian, Orang yang sedang kesal cenderung Bergerak tanpa Berpikir. Makanya aku ingin Memanfaatkan Situasi itu agar menguntungkan untukku.
"APAA!! DASAR BOCAH SIALAN TAK TAU DIUNTUNG. TERIMA SERANGANKU INI DAN MATILAH. HELL EXPLOSION!!!"
Tampak dia Mengeluarkan Skill Terkuatnya. Dibawahku Terasa Panas, aku segera Menghindar dari Tempatku Berdiri. Dan duarr, Ledakan dari Bawah yang Amat Besar Daya Ledaknya. Setelah Hal itu, Aku Berbalik Menyerangnya dan Berhasil Menusuk Jantung Monster tersebut.
"KUAKK,"
Tampak keluar Suara dari dalam Mulut Monster tersebut.
"Kauu, Kutunggu kau di Neraka. Aku akan Menghabisimu disana lain kali." Dengan nada pelan karena dia sekarat.
"Aku tidak akan mati sebelum menjadi Top Ranker bodoh. Usahamu akan sia-sia bila menungguku." Berbicara dengan Suara Kelelahan karena pertarungan tadi.
Tak lama kemudian, Monster tersebut pun terkapar dan mati. Akhirnya aku Berhasil Membunuhnya dalam Hatiku.
{Hah, kelar juga pertarungan ini. Sungguh melelahkan}
Pandanganku Terasa sedikit kabur. Aku melihat dari Arah atas ada sebuah helikopter yang datang. Tampak juga seseorang yang Melompat dari Helikopter. Jalan dari pusat pun sudah banyak bala bantuan yang datang.
Tampak ada seseorang yang Mendekatiku.
"Hey,Kau Baik-baik saja?"
Dengan badanku yang Lemas dan tak ada Tenaga lagi, Pandanganku mulai Kabur dan Tubuhku tidak kuat berdiri lagi. Akhirnya aku Jatuh terkapar di depannya.
"hey nak, CEPAT PANGGILKAN AMBULANS UNTUKNYA!!"
Suara itu Tampak kecil sekali. Pandanganku lama-lama Menjadi hitam dan Kesadaranku Mulai lemah. Aku akhirnya pingsan di tempat itu.
Beberapa hari kemudian...
Aku membuka Mataku, Penglihatanku terasa samar-samar dan kepalaku pusing. Aku bangun di sebuah kamar yang tak kuketahui.
{Dimana ini?} Dalam Hatiku
Aku melihat di sekitarku banyak sekali alat medis yang terpampang. Tak lama kemudian, Sebuah pintu terbuka. Aku melihat Kakak Perempuanku masuk dari pintu tersebut.
"Raphaelll." tampak ekspresi senangnya.
Dia segera memelukku dengan seerat tenaganya.
"Syukurlah Raphael akhirnya kau bangun. Kakak merasa sedih melihatku koma."
{Hah?Aku Koma? Kukira aku hanya Pingsan. Aku Koma berapa lama ya. Aku penasaran}
"Sudah berapa lama aku koma?" Aku bertanya kepada kakakku.
"Sudah hampir seminggu ini kau koma Raphael. Semua keluargamu khawatir kepadamu. Begitu juga denganku." Sambil terasa menangis sedikit.
"HAH!" Aku Terkaget.
Aku koma hampir seminggu?lama sekali. Kukira hanya sekitar 2 atau 3 harian. Aku teringat tentang Vincent dan Laurencia yang melarikan diri.
"Oiya Kak, Apakah Vincent dan Laurencia baik-baik saja?"
Aku menanyakan kabar tentang mereka berdua karena khawatir. Vincent adalah sahabat sejati yang kupunya. Sedangkan Laurencia itu teman baruku.
"Kalau Vincent sih baik-baik saja.Tapi, Kalau Laurencia aku tidak mengenalnya. Kalau yang kamu maksud si Perempuan yang sama Vincent dia juga baik-baik saja sih."
"Syukurlah, Hah." Aku merasa lega karena mereka berdua baik-baik saja.
"Oiya Raphael, Vincent memberikanmu ini kepadamu. Cobalah buka." Sambil memberikan sebuah bingkisan kepadaku.
Aku membuka bingkisan tersebut. Bingkisan tersebut berisi buah segar dan obat beserta sebuah surat.
[Halo Raphael. Semoga lekas sembuh ya. Maaf ya kalau waktu itu aku tidak bersamamu. Sungguh aku turut sedih saat melihat kondisi mu saat di rumah sakit. Aku akan sering menjengukmu tenang saja.
~ Dari Sahabatmu, Vincent. ]
Vincent, Kau memang sahabatku satu-satunya. Hatiku merasa senang saat membaca surat ini dan sedikit mengeluarkan air mata. Syukurlah aku juga selamat dari insiden itu sehingga Aku masih bisa Hidup saat ini. Aku akan Berlatih sekeras mungkin agar dapat Melindungi semua orang yang kusayangi.
Saat aku sedang Mengobrol dengan Kakakku, Ada seseorang yang datang ke ruanganku.
"Ah, Halo Raphael."
Rupanya Vincent yang datang kemari.
"Halo Juga Vin,"
Suasana Canggung ini…
"Mumpung Vincent disini, Kakak pergi keluar dulu ya. Vin, Ngobrol aja Ama Ignite ya."
Kakakku peka juga masalah seperti ini. Aku memang ingin berbicara empat mata dengan Vincent saat ini.
"Iya Kak Lily,"
Kakakku Segera pergi dari Ruanganku.
"Hey Vin, Apakah kau dan Lauren baik-baik saja waktu itu?"
"Ayolah Bung, Justru harusnya aku yang bertanya hal itu kepadamu. Lagipula kamu yang Membuatku dan Lauren selamat dari kejadian itu."
"Enggak Maksudku dalam Perjalanan mencari bantuan itu."
"Oh Tentang itu. Sejujurnya Raphael, Saat aku dan Lauren Berlari ada seorang Ranker yang kebetulan ada di Dekat situ. Aku dan Lauren meminta Pertolongan untukmu kepadanya. Habis itu dia Malah menyuruhku untuk Pergi ke Basement untuk Perlindungan dari Bahaya Dungeon Break. Alhasil aku tidak tau apa yang terjadi Setelah itu Karena Aku dan Lauren Pergi ke Basement."
"Kalau Begitu, Lauren dimana Sekarang?"
"Dia Pergi sekolah, Ini aku lagi enggak masuk sekolah untuk menjengukmu sih."
Sampai Sebegitunya Vincent demi Menjengukku, Rela untuk tidak Masuk Sekolah.
"Terimakasih Vin udah Jenguk."
"Sama-sama."
Kami Berbincang dengan asik setelah itu. Aku dan Vincent Mengobrol sampai puas dengan Ekspresi Senang dan Bahagia karena kami berdua selamat.
Beberapa Waktu Kemudian. Vincent akhirnya pamit untuk Pulang karena sudah sore. Kami berdua Mengobrol sampai tidak ingat Waktu.
"Raphael, Aku pamit Pulang dulu ya. Omong-omong Ignite, Kapan kamu bisa Pulang dari Rumah Sakit?."
"Entahlah Vin, Nanti coba ku tanya ke Dokternya kapan bisa Pulang."
"Oh Begitu, Yaudah Raphael aku Pulang dulu ya. Dah."
"Dah."
Aku dan Vincent Melambaikan Tangan Tanda Perpisahan. Setelah Vincent keluar dari Ruanganku, Dokter bersama Kakakku datang ke Ruanganku untuk Medical Check-up. Dokter mengecek seluruh tubuhku dari denyut nadi sampai bekas luka ku.
"Apakah kamu sudah merasa lebih baik Nak Raphael?"
Sejujurnya sih masih terasa pusing dikit, Tapi selain itu sih oke-oke aja gak ada yg bermasalah.
"Sudah Dok, Oh iya dok kapan saya bisa pulang ya?"
"Kalau kamu sudah merasa lebih baik, Hari ini pun sudah boleh pulang. Tapi untuk berjaga-jaga sebaiknya kamu pulang besok. Takutnya nanti malah ada sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi."
"Dari hasil cek tadi sih semua lukamu sudah sembuh, Sebelumnya saat kamu dilarikan ke sini tubuhmu penuh dengan luka dan darah mengalir. Sejujurnya aku mengira kamu sudah tidak bisa terselamatkan karena banyak kehilangan darah. Untungnya ada seseorang yang memberimu donor darah yang cocok dengan darahmu."
Hah? Orang lain mendonorkan darahnya padaku? Siapa itu?
"Kalau boleh tau siapa ya dok yang mendonorkan darahnya padaku?"
"...." Dokter melirik ke arah kakakku.
Kakakku Mengedipkan Satu matanya dengan Memasang simbol Peace di Tangannya.Ternyata Kakakku yang Mendonorkan darahnya. Aku harus berterimakasih sehabis ini. Setelah Medical check-up selesai, Dokter segera meninggalkan ruangan.
"Terimakasih kak, Berkat Kakak aku masih hidup." Aku memasang ekspresi Tersenyum.
"Sama-sama Raphael, oh iiya jangan lupa berterimakasih juga kepada Ibunda dan Ayahanda. Soalnya Ibunda dan Ayahanda terlihat panik saat mendengar info bahwa kau terluka dan harus menginap di Rumah Sakit Tagihan rumah sakitnya mereka berdua yang bayar dan juga mereka berdua sempat datang kesini saat kau masih tidak sadar."
"Oke kak."
Aku dan Kakakku merapihkan barang-barang yang mau dibawa Pulang. Soalnya aku lebih memilih pulang hari ini daripada besok.
Setelah merapihkan barang-barang, Aku Bergegas mandi terlebih dahulu sebelum pulang. Ruanganku ini termasuk ke dalam Class VIP dimana terdapat kamar mandi yang luas serta sebuah bathtub serta sebuah shower untuk Mandi.
Setelah selesai Membersihkan diri dan Memakai Pakaianku. Aku dan Kakakku Bergegas untuk Pulang ke Kediamanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
ELVANN
kak kok semua kata di awali dengan huruf besar? mungkin gaya penulisan yang baru atau gmn ya
2024-02-05
0
Buana Lukman
bagus up
2023-11-25
2
Abi Dharma
Lanjutkan terus, aku bakal selalu mendukungmu!❤️
2023-09-23
1