"Kebiasaan!!!!" Gerutu Ferdi
Dia lalu memasukkan ponselnya kedalam saku celananya dan memakai jaket.
"Lo terusin Sat. Gue di panggil Tuan Muda, Dokter Roy ada di mana???" tanya Ferdi
"Kayaknya sih di bangkar belakang, sekarang kan jadwal cek up tawanan yang kemaren baru masuk," jawab Satrio.
Ferdi terpaksa meninggalkan pekerjaan untuk meretas sebuah situs yang diduga melakukan transaksi jual beli organ secara tersembunyi. Perintah Tuan muda Andromeda adalah prioritas jadi jika ada pekerjaan yang urgent sekalipun harus di tinggalkan.
Ferdi menuju ruang tawanan yang ada di belakang markas, iya hendak mencari dokter Roy. Ternyata dokter yang di cari baru saja melakukan visit pemeriksaan kondisi tawanan yang mengalami luka tembak di bagian bahunya.
"Fer... semuanya sudah oke. Tinggal pemulihan aja. Tawanan itu sampai kapan ada disini?" tanya Dokter Roy.
"Ahhh yang itu bukan urusan gue. Itu di bawa Tuan Bara. Katanya sih orang kepercayaan Toxic-B. Oh iya, Tuan muda manggil dokter ke apartemen nya sekarang. Ayo Dok, kita ga punya banyak waktu. Dalam sepuluh menit harus sampai di sana," ujar Ferdi.
"Ealahh. Wong Gemblung. Emang ga pernah berubah!!!" Umpat Dokter Roy.
Mereka berdua bergegas menuju apartemen Andromeda yang normalnya ditempuh dengan waktu lebih dari tiga puluh menit. Ferdi harus memutar otaknya untuk memikirkan bagaimana caranya agar bisa sampai di sana dalam waktu sepuluh menit. Ahhh ini gi-la namanya.
.
.
Didalam kamar Tania menutup tubuhnya dengan selimut. Rasa perih dan sakit menjadi satu, rasa sesak juga terasa dibagian dada sebelah bawah. Tania memukul pelan dadanya, berupaya menghilangkan rasa sesak. Tapi percuma, bukannya menghilang malah semakin menjadi.
Keringat dingin pun sudah membasahi area wajahnya, suara ringisan rasa sakit tanpa di sadari keluar begitu saja. Dia sudah sering menahan rasa lapar tetapi baru kali ini rasanya sesakit ini, seperti hendak mati saja.
"Ahhh... sakit ayah," rintih Tania kesakitan.
Dia juga bisa meringkuk dan melipat kedua kakinya untuk menekan rasa sakitnya agar sedikit mereda. Air matanya pun mengalir deras seiring rasa sesak yang kian menjadi.
"Aaaakkkhhh sakit sekali!!!"
Di luar Andromeda menunggu dengan cemas kedatangan dokter Roy. Dia tak berani masuk kedalam kamarnya sendiri, takut Tania marah kepadanya.
"Tania benci Om An, Tania benci... Tania benci.. sangat membenci Om An"
"Tania benci Om An"
"Tania benci Om An"
"Tania benci!!"
Kata-kata tersebut terus terngiang -ngiang di kepalanya. Andra tak pernah menduga jika Tania akan berucap demikian.
"Apa Tania benar-benar membenci ku?? Apa yang sudah aku lakukan itu keterlaluan??"
"Aaaaaarrrrgggghhhhhh "
Andra hanya bisa mengacak -acak rambutnya, menghadapi seorang wanita apalagi remaja tanggung ternyata cukup sulit. Andra lebih baik bertarung dengan dua puluh musuh sekaligus dari pada berhadapan dengan seorang wanita. Ini menyebalkan. Memang benar kata pepatah Wanita tidak pernah kalah!!
Bel apartemen berbunyi, yang di tunggu akhirnya datang juga.
"Lama banget sih kalian telat tiga-"
"Mana orang yang harus saya periksa, interogasi nya nanti saja," tanya dokter Roy langsung memotong omongan Andromeda yang siap mencecar keterlambatan mereka.
"Ada di kamar," jawab Andra pasrah.
Tanpa banyak basa basi, dokter Roy langsung menuju ke kamar Andromeda. Dia sudah tahu dari Ferdi jika Andromeda sudah menikah dengan gadis berusia delapan belas tahun. Kaget?? Tentu saja. Dokter Roy cukup dekat dengan Andromeda dan hanya dokter Roy yang berani membantah perkataan Andromeda.
Dokter Roy mengetuk pintu terlebih dahulu agar yang didalam mengetahui ada yang akan masuk kedalam.
Ceklek
Dokter Roy langsung melihat seseorang yang tengah meringkuk sambil berselimut. Merasa ada seseorang yang masuk ke dalam kamar Tania membuka selimutnya dan melihat siapa yang sudah masuk. Tania awalnya menyangka jika Andromeda yang masuk ke dalam kamarnya.
"Tu-tuan si-siapa??" tanya Tania sedikit takut, dia naikkan selimut untuk menutupi tubuhnya
"Jangan takut dek, saya Dokter Roy. Saya teman suami kamu Andra. Kamu sedang sakit ya, boleh saya periksa" ucap Dokter Roy meminta izin.
"Dokter?" ucap Tania memastikannya.
Dokter Roy hanya mengangguk kepalanya saja. Dia melihat istri Andra ini cantik dan sangat manis terutama pipinya yang sedikit chubby.
"Om An yang manggil dokter kesini??" tanya Tania dengan suara yang pelan.
"Ppppfffffff"
Dokter Roy mencoba menahan tawanya. Dia tidak menyangka jika gadis dihadapannya ini akan memanggil Andromeda dengan sebutan Om. Tapi jika dilihat jarak umur mereka yang terpaut hampir sebelas tahun, memang pantas Andra dipanggil Om.
"Ia suami kamu yang galak itu yang manggil saya kesini. Sepertinya dia sangat khawati dengan kondisi kamu. Saya periksa dulu ya. Ni lihat, wajah kamu sudah basah dengan keringat dingin. Bagian tubuh mana yang sakit?" tanya Dokter Roy mencoba mencari tahu sakit yang di alami oleh Tania.
"Perut saya sakit Dok," ucap Tania dengan lemas. Dia kemudian menyandarkan tubuhnya.
"Kamu sedang datang bulan??"
Tania menggelengkan kepalanya.
"Saya coba periksa tubuh mu dulu ya. Saya izin untuk membuka selimutnya."
Dokter Roy kemudian mulai meletakkan stetoskop pada dada Tania. Dokter Roy menekan bagian atas perut untuk memastikan analisanya.
"Ini sakit??"
Tania menganggukkan kepalanya.
"Kapan kamu terakhir makan??"
"Ke-kemarin siang dok," jawab Tania sambil menundukkan kepalanya
"Malam nggak makan??" dokter Roy menaikkan sebelah alisnya.
Tania hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan pelan lalu menundukkan kepalanya.
Dokter Roy menghembuskan napasnya dengan kasar. Dia menyimpulkan jika Tania terkena gejala sakit magg. Tania kembali merintih kesakitan dan napas sedikit sesak. Terpaksa Dokter Roy menyuntikkan obat untuk meredakan rasa sakit yang Tania rasakan.
Dia juga tidak sengaja melihat tulang selangka Tania menonjol. Dokter Roy malah berpikiran buruk jika Andromeda tidak memberi makan Tania dengan layak sehingga tubuhnya terlihat kurus.
Setelah selesai memberikan obat untuk Tania, Dokter Roy keluar dari kamar Andromeda dan menghampiri lelaki yang sudah dia anggap sebagai sahabat itu.
"Lo ga kasih istri Lo makan??" todong Dokter Roy langsung. Dia tak pernah basa basi atau berkata-kata manis di depan Andra.
"Tania sakit apa?"
"Jawab dulu pertanyaan gue!!" Geram dokter Roy
"Gu-gue lupa," sahut Andra dengan polos.
Ferdi dan Dokter Roy yang mendengar jawaban tersebut hanya bisa menggelengkan kepalanya. Terutama Ferdi, dia tidak menyangka tuannya yang sangat peduli dengan kondisi anak buahnya justru lupa memberi makan istrinya. Dia tak habis pikir.
"What the hell Man, are you crazy!!!! Stop thiking about sh-it. Itu istri Lo, tuan muda Andromeda. Dimana otak hah sampai lupa memberi makan istri Lo sendiri," umpat Dokter Roy.
"Gue kita dia makan sendiri, sebelum dia pergi gue sudah sediain makanan di atas meja. Ternyata semalam dia tidak makan sama sekali," ungkap Andra.
"Ini bukan tentang hewan peliharaan yang Lo kasih makan terus bisa Lo tinggalin. Dia itu istri Lo, butuh lebih dari sekedar makanan. Lo harus berikan perhatian Andra. Setidaknya sebelum Lo pergi, Lo ajak dulu istri Lo makan, Lo pastikan dia tidur baru Lo pergi. Gue tebak dia semalaman menangis, matanya masih ada bekas sembab. Dan dia juga bukan pertama kalinya menahan rasa lapar. Tubuhnya kurus Man. Lo tau itu ga sih???"
Sudah habis kesabaran dokter Roy.
"Napa lo ga bisa jawab hah?? Lo udah jadi seorang suami Andra. Meski gue kecewa ga Lo undang, tapi gue mengucapkan selamat atas pernikahan Lo. Tapi baru juga sehari Lo udah bikin istri Lo sakit Andra. Jika Lo ga pernah bisa bersikap sebagai seorang suami, lebih baik Lo ceraikan saja istri Lo sekarang juga."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
🌺🌺White_Angel🌺🌺🥴
Andromeda payah!!!😮💨😮💨
2023-11-12
0