“Morning!”
Sapa Danica dengan ramah pada keempat pria yang baru saja terbangun dari tidur mereka. Keempat pria tersebut yang asalnya masih mengantuk, tiba-tiba rasa kantuk mereka hilang ketika melihat Danica yang menata makanan di meja makan dan sikembar yang sudah menggunakan seragam lengkap dan sedang menyantap sarapan mereka.
“Kalian gak akan sarapan?” Tanya Danica yang kini sudah duduk disamping sikembar.
“Mbok..”
Kaivan memanggil pembantu yang ada didalam rumah tersebut. Tidak butuh waktu lama, seorang paruh baya segera datang dan mendekati Kaivan.
“Mas Kaivan panggil mbok?”
“Yang masak siapa mbok?”
“Mbak Danica, Mas. Mbak Danica ini telaten dan jago banget masaknya.”
Jawaban dari si mbok membuat keempat pria itu semakin diam.
“Kenapa sih? Gak percaya gue yang masak? Gak gue kasih racun kok, tanya aja sama si mbok.” Melihat keempat pria yang ada didepannya tidak percaya dengan Danica, wanita itu segera menyendokkan nasi dan lauk yang sudah ia masak dan segera memakannya. “Nih, buktinya gue makan. Berarti emang aman.”
“Punten, ini teh beneran Danica yang udah nolak saya kemarin?” Tanya Janu sembari duduk dan menatap kedua manik Danica dengan dalam.
“Hahhh? A Janu ditolak sama si teteh cantik? Yahhhh…” Suara kecewa dari Iran membuat Janu mendelik padanya.
“Diem kamu teh bocil!”
“Pasti si teteh cantik bogohna ka si a Sagara, nyakan?” Iran bertanya dan sembari menatap pada Danica.
Translate: Pasti si kakak cantik sukanya sama kak Sagara, iyakan?
“Hah, kenapa? Kamu ngomong apa Iran, aku gak ngerti bahasa sunda.” Jawab Danica dengan bingung.
“Gini—”
“Iran, emam heula. Bisi telat ka sakola na.” Nada dingin dari Sagara segera membuat Iran diam dan melanjutkan makannya.
Translate: Iran, makan dulu. Nanti telat ke sekolahnya.
“Emang kunaon sih? Si Iran kan ngobrol na ge bari tuang.” Celoteh Rafa.
Translate: Emang kenapa sih? Iran ngobrol juga sambil makan
“Kamu masih salting ya?” Kaivan meledek Sagara.
“Cicinglah anjing. Maenya aing nu usaha tapi kalakah si Sagara nu menangkeun.”
Translate: Diemlah anjing. Masa gua yang udah berusaha tapi malah si Sagara yang dapet.
“Ngaran maraneh ku aing hapus tina tugas kelompok.” Ancam Sagara.
Translate: Nama kalian semua gua hapus dari tugas kelompok.
“Punten a, minta maaf diatas materai.” Janu segera memohon maaf kepada Sagara dengan memberikan sepotong lauk pada piring Sagara. Hal itu membuat gelak tawa diantara semuanya.
Danica ikut tertawa, tingkah konyol dari Janu berhasil membuatnya tertawa. Ia sebenarnya tidak mengerti apa yang mereka ucapkan, namun melihat mereka menikmati sarapan pagi dengan santai dan penuh dengan candaan membuat Danica senang. Perasaan mencekam yang biasanya ia rasakan setiap pagi sangat berbeda untuk pagi ini. Entah kapan terakhir kali ia merasa senang seperti ini dan tersenyum dengan puas, rasanya sudah lama sekali.
...****************...
“Urang apal si eta teu boga babaturan, tapi emang bae kitu si eta jadi nuturkeun arurang terus?” Rafa berbisik pada ketiga temannya sembari sesekali melirik pada Danica yang berada di tempat persembunyian mereka dibelakang kampus.
Translate: Gue tau dia gak punya temen, tapi emang boleh dia jadi ngikutin kita terus?
“Biarin atuh ai maneh, kan kabogohna si bos.”
Translate: Biarin dong, kan dia pacarnya si bos.
“Nu.”
“Hampura.” Janu tersenyum memperlihatkan deretan giginya dan menjauh beberapa langkah dari Sagara, ketika pria itu menunjukkan tatapan tidak suka pada Janu.
Translate: Maaf.
“By the way guys…” Danica berbicara dan mendekati keempat pria tersebut. “Boleh gak gue tinggal di basecamp kalian?” Ucap Danica sembari menatap ekspresi keempat pria yang ada didepannya. “Gue janji gak akan ngeribetin kalian, gue janji gak akan ganggu kalian dan gue janji gak bakal jadi orang yang gak berguna selama tinggal sama kalian.”
Mendengarkan penjelasan panjang lebar dari Danica, Kaivan maju mendekati wanita tersebut. “Kamu kan tau sendiri, kita semua cowo dewasa.”
“Tapi gue yakin kalian bukan type cowo yang kayak gitu.” Jawab Danica dengan berani pada Kaivan.
“Kamu tuh kenapa sih, kemarin saya deketin gamau. Sekarang malah mau serumah sama saya.” Janu menatap Danica dengan tatapan memelas.
“Dih, gue bukan mau tinggal sama lo ya, gue punya alesan lain buat tinggal sama kalian.” Jawab Danica sembari mendelik pada Janu.
“Apa?”
“Hah?”
“Apa alesannya kamu mau tinggal sama kita?”
Danica menelan ludahnya terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan dari Sagara, “Gue suka sama suasana rumah kalian, santai dan gak kaku. Gue ngerasa jadi lebih hidup. Apalagi ada sikembar sama Roi, gue jadi makin pengen tinggal sama kalian.”
Hati Sagara menghangat ketika melihat Danica yang menjelaskan alasannya ingin tinggal dengan Geng Aodra, wanita itu tidak bisa menyembunyikan ekspresi senangnya. Senyumnya mengembang hanya karena menjelaskan alasan tersebut.
“Kamu boleh tinggal di basecamp kita, tapi dengan satu syarat.”
“Apa? Syaratnya apa? Gue bakal lakuin syarat itu.”
“Cari informasi tentang Geng Dragon.”
“Eh emang bae kitu Gar?” Mendengar syarat yang diberikan oleh Kaivan, Rafa segera menatap Sagara.
Translate: Eh emang boleh gitu Gar?
Sagara hanya mengangguk dan menyetujui persyaratan yang diberikan oleh Kaivan untuk Danica.
“Ah anying, jadi tangan kanan sia teh saha? Aing atau si Mas? Naha aing teu apal nanaon sih.” Omel Rafa dengan kesal dan memukul bahu Sagara.
Translate: Ah anjing, jadi tangan kanan lo tuh siapa? Gua atau si Mas? Kenapa gua gatau apa-apa sih.
“Engke ku aing jelaskeun Raf, kalem we.” Sagara hanya terkekeh pelan.
Translate: Nanti gua jelasin Raf, tenang aja.
“Jadi gimana Danica, kamu setuju sama syaratnya?”
Danica mengangguk pelan mendengar pertanyaan dari Kaivan, “Gue setuju. Informasi apapun yang kalian butuhin, gue bakal bantu cari.”
Sagara mengulum senyumnya. Ia tidak sabar untuk mengetahui siapa Geng Dragon dan mengapa informasi mereka sulit ditembus oleh Kaivan. Ia berharap banyak bantuan dari Danica.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments