Strategi

“Kalian kok lama banget sih, gue udah dari siang nunggu kalian. Kenapa gak jawab aja kalian ada dimana?”

Ocehan dari Danica membuat Geng Aodra yang baru saja tiba di basecamp menghela nafas mereka dan tidak menjawab Danica. Mereka segera masuk kedalam rumah dan duduk di sofa yang berada diruang tengah.

“Kenapa gak jawab pertanyaan gue sih?” Danica melipat tangannya didepan dada dan berdiri memperhatikan Geng Aodra yang duduk pada sofa.

“Pertama, kamu bukan anggota Geng Aodra. Kedua, jangan berisik dan banyak tanya. Karena kita habis ngelatih anak panti, jadi kita ngerasa cape. Ketiga, kalo mau ngerusuh, sama Sagara ajalah anjir. Rusuhin sana pacar sendiri sana, jangan ngerusuhin kita juga.” Rafa menghembuskan nafasnya dengan kesal ketika berbicara panjang lebar pada Danica. Pria yang memiliki tubuh kecil itu terlihat sangat kelelahan.

“Siapa yang pacaran?” Ucap Danica gugup menyangkal ucapan Rafa.

“Belum pacaran tapi kok udah ciuman sih brooo..” Janu meledek dan menatap Sagara dengan tatapan jahil.

“Kalian lihat?” Mata Danica membulat ketika mendengar ucapan Janu, pertanyaan yang keluar dari mulutnya terdengar sangat gugup dan pipinya menjadi merah.

“Siapa yang gak lihat? Kalian ciuman ditempat biasa kita nongkrong.” Celetukan dari Kaivan membuat wajah Danica semakin merah. Ia sangat malu mendengar hal tersebut. Matanya melirik Sagara, anehnya pria itu bisa bersikap biasa saja meskipun telinganya sudah sangat merah.

“Jadi, kenapa kamu nyuruh kita buat balik ke basecamp. Ada hal penting, Danica?”

Pertanyaan dari Sagara membuat Danica segera mengangguk dan memberikan sebuah map yang sudah ada ditangannya sejak tadi. Sagara mengernyitkan dahinya dan segera menerima map tersebut. Kaivan, Janu dan Rafa segera mendekati Sagara untuk melihat dengan seksama isi dari map tersebut.

Keempat pria itu tampak terkejut ketika melihat isi map yang Danica berikan. Mereka membacanya dengan seksama.

“Wahhh.. Ini yang kita cari.” Ucap Janu dengan perasaan senang.

Rafa tertawa, “Teu sia-sia kan aing maksa si eta jang buru-buru neangan ieu informasi.”

Translate: Gak sia-sia kan gua maksa dia buat cepet-cepet nyari informasi ini.

Sagara mengangguk-anggukkan kepalanya dan memberikan map tersebut kepada Rafa, “Fotocopy Raf, meh arurang boga ieu map hiji ewang.”

Translate: Fotocopy Raf, biar masing-masing dari kita punya satu.

“Siap.” Rafa segera menerima map tersebut dan berdiri untuk melaksanakan perintah dari Sagara.

“Makasih ya, Danica.” Ucap Sagara tulus sembari menatap mata Danica dengan hangat.

Hal itu membuat Danica tersipu malu dan menganggukkan kepalanya. Danica segera duduk disalah satu sofa. “Terus rencana kalian gimana?”

Danica segera menoleh saat Rafa memberikan informasi mengenai Geng Aodra yang sudah di fotocopy kepadanya, ia segera menerima kertas tersebut. Rafa juga membagikan kertas yang sama pada anggota Geng Aodra yang lainnya.

“Dilihat dari sini, gak ada kelemahan khusus mereka.” Gumam Kaivan sembari memperhatikan kertas yang ia genggam.

“Tapi disini ada nomor telepon bos inti mereka, dihalaman 3.” Ucap Janu sembari menunjuk kertas yang ada ditangannya.

“Karena anggota mereka yang banyak dan punya cabang di Jakarta sama Bogor, kalo mau ketemuan sama bos mereka, kita harus bikin pertemuan mendadak biar anggota yang gak ada di Bandung gak bisa ikut pertemuan kita.” Gumam Rafa dan dianggukki oleh ketiga temannya.

“Emang mereka mau diajak ketemuan? Walaupun disitu ada nomornya, kan gak mungkin juga mereka mau langsung diajak buat ketemu.” Ucap Danica mengeluarkan pendapatnya.

“Nyari informasi tentang mereka udah susah dan cuma orang-orang penting yang bisa dapetin informasi ini, kayak Ayah kamu. Kalo kita ngehubungin mereka, kita udah masuk kedalam daftar orang-orang penting.” Ucap Sagara.

“Bokap gue bilang, dia megang satu rahasia terbesar mereka. Kalo lo semua butuh bantuan bokap gue, gue bisa minta.”

“Bokap lo baik berarti.” Celetuk Rafa.

“Itu hadiah dari bokap.” Jawab Danica pelan. “Bokap bilang, gue bisa minta apapun, asalkan nilai gue bisa stabil dan gak turun.”

“Hadiah kamu mau dipake buat bantuin kita?” Tanya Janu.

“Karena kalian juga udah bantuin gue, gue juga harus bantuin kalian. Kita kan temen.” Jawab Danica menatap Geng Aodra.

“Yakin sama Sagara masih temenan?” Janu tertawa pelan dan meledek Danica.

“Nu, Serius.”

“Siap bos.” Nada rendah dari Sagara membuat Janu ciut dan kembali fokus pada pokok pembahasan mereka.

“Berhubung kita belum tau mereka ada hubungannya sama kematian Kak Rigel, kita harus mancing mereka buat ngaku.” Ucap Kaivan sembari menoleh pada Janu.

“Kita butuh recorder.” Gumam Rafa.

“Kita juga butuh alat pelindung buat diri kita sendiri.” Janu memberikan saran.

“Kita harus punya helm anti gas air mata.” Ucap Rafa. “Masing-masing dari kita wajib bawa satu recoder yang kita sembunyiin, entah itu kita selipin di jaket atau gimana. Yang penting masing-masing dari kita wajib bawa recorder. Kita juga harus punya gas air mata, masing-masing dari kita punya 2-3. Gas air mata itu kita simpen di motor, tapi jangan sampe ketahuan. Kalo disimpen didalam tas, bakal lama buat ngebuka tasnya. Kalo di simpen di motor, berarti kita gak boleh jauh-jauh dari motor pas ngobrol sama mereka. Pas kita udah dapet informasi yang kita butuhin kita bisa kabur dengan cara ngelempar gas air mata itu. Jadi, mereka bakal kesulitan buat kejar kita.”

“Butuh tempat yang luas biar kita bisa gak jauh-jauh dari motor kita.” Gumam Kaivan.

“Kayak lapangan?” Tanya Janu.

“Nanti saya yang cari lapangan luasnya.” Ucap Kaivan.

“Pas kabur, inget sama apa yang sering aing bilang. Semuanya mencar dan kita kumpul cuma di basecamp kita. Tapi selama mereka masih ngejar, bawa mereka keliling dan jangan biarin mereka tau tempat persembunyian kita.” Ucap Sagara dengan serius sembari menatap ketiga temannya.

“Gue ikut ban—”

“Gak!”

Jawaban serempak dari keempat pria tersebut membuat Danica tersentak.

“Cewe mah ribet kalo dibawa.” Keluh Rafa.

“Kita gak bisa nyelamatin kamu kalo kamu dalam bahaya sendirian.” Ucap Kaivan dengan serius.

“Udah dirumah aja, jaga si kembar.” Bujuk Janu.

“Kamu dirumah aja Danica, jangan ikut.” Ucap Sagara tegas.

Akhirnya Danica mengalah dan mengangguk pelan. Ia tidak bisa melawan mereka berempat terutama Sagara. Saat Geng Aodra sedang berdiskusi, semua yang mereka katakan sangat terinci dan detail. Sekarang, Danica jadi tau kenapa Rafa menjadi tangan kanan Geng Aodra. Karena ia memang otak didalam geng ini.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!