Kelemahan

Riuh pikuk di kantin saat jam makan siang tentunya tidak akan terasa aneh lagi untuk setiap tempat makan, termasuk kampus dimana tempat Geng Aodra belajar. Butuh waktu 23 menit bagi mereka untuk mengantri dan membeli makanan yang mereka inginkan ketika mengisi perut mereka. Selesai memesan, mereka segera duduk dengan damai dan menikmati makanan mereka. Dari keempat orang tersebut, Janu dengan tergesa-gesa menghabiskan makanan yang ia pesan. Hal ini membuat Rafa kesal dan memukul belakang kepala Janu.

“Sia bisa santai gak sih makannya? Ganggu fokus orang lain anying!”

“Pelan-pelan aja, Nu. Kamu tadi gak sempet sarapan ya?” Kaivan ikut bersuara ketika melihat Janu tersedak karena pukulan Rafa dan memberikannya satu gelas air minum.

“Rafa anying!” Umpat Janu dengan kesal ketika ia berhasil mencerna makanan yang membuatnya tersedak.

“Sia kayak yang gak makan dua tahun, Nu.” Sagara yang sedari tadi memperhatikan tingkah temannya hanya bisa meledek sembari melahap satu sendok mie kedalam mulutnya.

“Rusuh anying, emang mau kemana sia teh?”

Mendengar pertanyaan Rafa, Janu segera menghabiskan makanannya dan matanya menatap satu-persatu orang-orang datang ke kantin kampus. Pria itu celingukan seperti sedang mencari seseorang.

“Kenapa? Ada target?” Melihat Janu yang celingukan membuat Kaivan menghentikan makannya dan matanya melirik orang-orang yang berada didalam kantin. Pertanyaan Kaivan berhasil membuat Sagara dan Rafa ikut celingukan mencari siapa orang yang dimaksud oleh kedua temannya.

“Bukan anjir!” Janu segera berdiri dan mengelap mulutnya dengan selembar tisu, “Berantakan gak mulut aing?”

“Sia mau kemana?”

“Mau nyari cewe tadi, kan lumayan anying.”

Rafa menghela nafasnya dan menyesal karena sudah bertanya kepada temannya. Karena ia sudah berpikir jika Janu memiliki hal penting. Ternyata pria itu hanya ingin menemui perempuan dan menargetkannya sebagai pacar barunya. Sedangkan Janu tidak menghiraukan Rafa yang sudah menatapnya dengan sangat kesal. Ia segera merapihkan bajunya dan menatap Kaivan dengan Sagara secara bergantian.

“Gimana? Udah rapih belum aing?”

Sagara dan Kaivan hanya mengangguk dan melanjutkan makan siang mereka.

“Oke. Doa’in aing sukses ya!” Janu segera meninggalkan ketiga temannya. Namun sebelum itu, ia melemparkan tisu bekas kepada Rafa dan melarikan diri sebelum Rafa kembali mengumpatnya.

“Janu tai!”

...****************...

“Sendirian aja neng.”

Seorang wanita yang sedang berdiam diri diatas rooftop sembari memakan satu buah roti terkejut ketika melihat seorang pria mendekatinya. Ia berdecak pelan dan memutar bola matanya dengan malas ketika ia harus melihat sosok pria yang mencuri tempat pensilnya tadi pagi.

“Danica Amberley, namanya bagus.”

Sumpah, didalam hidupnya, Danica tidak ingin berususan dengan siapapun kecuali keluarganya sendiri. Namun sekarang ia malah dihadapkan dengan seorang pria yang tidak tau asalnya dari mana dan dengan tidak sopan menyebutkan nama lengkapnya, bahkan Danica pun sangat enggan dan tidak ingin mengenalkan namanya pada pria tersebut. Mendengar namanya diketahui oleh pria tidak jelas itu, membuat Danica kesal.

Sedangkan Janu, ia bisa tau nama wanita tersebut karena tempat pensil tadi. Di sisi tempat pensil berwarna hitam tadi ada tulisan kecil ‘Danica Amberley’ dan pria itu menebak jika tulisan kecil tersebut adalah nama wanita yang kini ada disampingnya. Melihat wanita itu yang hanya diam ketika ia menyebutkan ‘Danica Amberley’ membuat Janu yakin jika itu memang benar namanya.

“Kok diem aja neng, kamu udah tau nama saya kan?”

“Mau lo yang pergi atau gue yang pergi?” Tentu saja pertanyaan ini membuktikan jika Danica benar-benar tidak menyukai sosok pria yang ada dihadapannya. Daripada harus berususan, Danica lebih baik mencari tempat lain untuk melanjutkan makan siangnya.

“Gak baik atuh makan roti doang di jam siang kayak gini.” Janu menatap satu buah roti yang sudah terbuka dan tersisa setengah lagi di tangan kanan Danica. Pria itu memberikan sebuah kotak makan kepada Danica, “Ini nasi uduk saya beli di kantin, kamu harus coba.”

Danica terdiam kaku ketika melihat apa yang pria itu ulurkan padanya. Ia menatap mata pria itu dengan bingung, sedangkan tatapan yang diberikan oleh pria itu adalah tatapan tulus.

“Lihat aja dulu, kalo gak suka kamu kasih ke orang lain aja.” Tangan Janu meraih tangan Danica dan memberikan kotak makan tersebut agar Danica memegangnya. “Kamu suka diem disini?”

“Gue gak butuh.” Pertanyaan Janu membuat Danica tersadar dari diamnya dan kembali memberikan kotak makan tersebut, “Gue udah biasa makan roti doang jam segini.” Danica kembali melahap rotinya.

“Okay.” Pria itu menerima kembali kotak makan yang ia berikan kepada Danica dan terdiam memperhatikan Danica yang sedang sibuk memakan rotinya.

“Lo ngapain kesini?” Merasa kikuk karena diperhatikan, Danica mengajukan pertanyaan untuk menghilangkan rasa canggung yang menyeruak di dalam dirinya.

“Nyari kamu.”

“Bacot.”

Tawa renyah Janu mengisi rooftop yang sepi dan membuat wajah Danica terlihat semakin kesal. Danica sudah tau betul maksud kedatangan pria ini padanya. Ia sudah terbiasa di dekati seperti ini, namun satupun tidak ada yang bisa menarik perhatiannya. Karena ada hal yang lebih penting dibandingkan mengisi asmara dalam hidupnya. Ini berhubungan dengan hidup dan matinya.

“Saya serius.” Ucap Janu ketika ia sudah selesai tertawa.

Butuh waktu 45 menit bagi Janu untuk mencari keberadaan Danica. Ia pikir, wanita itu akan berada di perpustakaan atau taman kampus, karena biasanya mahasiswa yang mendapatkan beasiswa akan berdiam diri ditempat tersebut kecuali Sagara. Namun siapa sangka ia akan menemukan Danica di atas rooftop seperti ini. Ketika Janu berhasil menemukannya, ia berniat untuk segera menyapa, namun Janu melihat jika Danica hanya memakan satu buah roti. Hal ini membuat Janu kembali turun dan berlari menuju kantin untuk membeli nasi uduk. Meskipun uang yang ia pakai adalah uang Kaivan dan ia menerima umpatan dari Rafa, ia tidak peduli. Ia hanya ingin menemui Danica.

“Kurang kerjaan lo?”

“Lebih ke harus effort kalo mau dapetin cewe cantik kayak kamu.”

Kalimat yang Janu lontarkan membuat Danica menggelengkan kepalanya pelan, “Terus kenapa lo gak maksa gue buat makan tuh makanan, lo udah jauh-jauh kesini.”

“Kamu suka dipaksa?”

“Gak sama sekali.” Danica terdiam dan meremas bungkus roti yang ada ditangannya, “Cowo kan emang kayak gitu. Kalo dia ngelakuin sesuatu dan orang lain nolak buat ngelakuin hal yang dia mau, mereka biasanya maksa. Kekerasan juga bisa mereka lakuin, asal apa yang mereka inginkan terwujud.”

Mata Danica berkaca-kaca ketika ia mengatakan hal tersebut. Janu bisa melihat jika emosi Danica meluap.

“Ah sial, kenapa gue malah ngomong gak jelas sama lo.”

Melihat Danica yang penuh dengan emosi, tangan Janu segera mengelus puncak kepala Danica dengan lembut, “Maaf kalo gak sopan. Tapi kalo orang lagi emosi, enaknya di usap kayak gini kepalanya.”

Hanya beberapa detik Janu dapat mengelus surai rambut milik Danica, karena sang pemilik tiba-tiba saja menghempaskan tangannya dan tidak menerima perlakukan lembut yang Janu berikan.

“Maaf.”

“Gak perlu. Gue emang gak suka dikasih perhatian kayak gitu.”

“Gak suka atau gak pernah?”

Pertanyaan Janu membuat jantung Danica tertohok dan emosinya semakin tersulut, “Lo mau apa sih kesini?”

“Kamu beneran orang Jakarta?” Janu mencoba mengalihkan pertanyaan agar Danica tetap merasa nyaman untuk mengobrol dengannya meskipun sedikit.

“Gak jelas tiba-tiba nanya itu.” Danica membuang bungkus rotinya kedalam tempat sampah dan segera pergi meninggalkan Janu.

“Saya cuma penasaran,” Janu mengejar dan menyamakan langkahnya dengan Danica. “Kalo iya, kenapa jauh banget kuliah di Bandung? Jakarta kan punya banyak kampus yang bagus juga.”

“Bukan urusan lo.”

Janu tidak menyerah, ketika Danica mempercepat langkahnya ia tetap menyamakan langkahnya dengan wanita tersebut. Danica berdecak pelan melihat hal tersebut, ia tidak ingin memberitahukan apapun dan menceritakan hal apapun pada pria yang ada disampingnya. Ia tidak ingin pria ini tau dan masuk kedalam kehidupannya.

“Janu!”

Teriakan Rafa membuat langkah Janu terhenti, begitu juga dengan Danica. Ketiga teman Janu berada dibelakang Janu beberapa meter, mendengar hal itu Janu segera membalikkan badannya dan menatap ketika temannya. Tangan Rafa bergerak dan memberikan isyarat jika ia mengajak Janu untuk merokok dibelakang kampus. Hal itu tidak bisa Janu tolak, ia mengangguk pelan dan memberikan isyarat kepada mereka untuk menunggu.

“Saya harus pergi sama temen-temen saya, nih buat kamu. Makan sore aja, gimanapun juga makan nasi itu perlu.”

Setelah memberikan kotak makan, Janu berniat untuk segera melangkah meninggalkan Danica dan menyusul ketiga temannya. Namun Danica memanggil nama Janu dan membuat Janu menghentikan langkahnya dan kembali menatap Danica.

“Kenapa?”

“Mereka temen lo?”

Janu menganggukkan kepalanya ketika mendengarkan pertanyaan dari Danica, “Iya, mereka temen saya. Oh iya,” Janu mendekati Danica, “Soal tempat pensil kamu yang tadi pagi, bukan saya yang ambil. Tapi Sagara, tuh yang pake hoodie.”

Ketika Janu menunjuk Sagara, mata Danica ikut menatap kemana arah jari Janu. Sialnya Danica malah menatap mata pria itu. Tatapannya sangat tajam dan dingin, rahangnya juga terkesan sangat tegas.

“Namanya Sagara. Sama kayak kamu mahasiswa yang dapet beasiswa di kampus ini.” Jelas Janu pada Danica.

“Dia juga satu-satunya cowo yang dapet beasiswa.” Gumam Danica pelan.

“Masa sih? Wah keren gini euy temen saya. Dia gak bilang apapun tadi setelah ngobrol sama dosen.”

“Kelemahan dia apa?”

Mendengar pertanyaan dari Danica, kedua alis Janu terangkat dan sedikit terkejut. Setelah itu Janu tersenyum dan menatap Sagara, “Kelemahan Sagara ya?”

“Lo tau?” Danica menghapus jarak diantara keduanya. “Gue harus bisa ngalahin dia.”

Janu tertawa kecil dan merangkul Danica, “Kalo kamu pengen tau, jadi pacar saya dulu. Gimana?”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!