“Maneh tadi ngomong apa aja sama tuh cewe? Beneran di jadiin pacar sama maneh?”
Sembari bertanya kepada Janu, Rafa menghembuskan asap rokok yang mengepul dari dalam mulutnya. Kini mereka berempat sedang berada di belakang kampus, duduk di beberapa kursi yang sudah usang namun masih bisa di duduki. Belakang kampus ini mirip seperti gudang atau tempat penyimpanan barang-barang dan fasilitas kampus yang sudah tidak digunakan lagi.
“Belum. Tapi dia nanya pertanyaan yang aneh anjir.” Janu menggaruk tengkuknya sembari menghisap rokok yang diapit oleh jari telunjuk dan jari jempolnya.
“Aneh gimana?” Kaivan meletakkan jaket denim yang sudah ia lepas di salah satu bahunya, sehingga pakaian yang masih pria itu gunakan adalah kaos polos berwarna putih. Ia mendekati Janu perlahan karena penasaran.
“Masa dia nanya ke aing, kelemahan si Sagara apa, kan aneh anying!” Ucap Janu sedikit kesal dan ia menghisap rokok yang ada ditangannya dengan kuat.
Sebenarnya topik pembicaraan mengenai wanita yang dibahas teman-temannya tidak menarik perhatian Sagara, namun ketika namanya disebut, Sagara segera menatap Janu dan ingin mengetahui informasi lebih banyak dari Janu.
“Terus maneh jawab apa?” Rafa mendekati Janu dan membuang dengan asal puntung rokok yang ada ditangannya.
“Aing godainlah! Kalo dia mau tau, dia harus jadi pacar aing dulu, hahahahaa..”
Tawa dari Janu membuat ketiga temannya menatap sinis terutama Rafa, “Sia loba ngalonyeng hirup teh!” Rafa bersiap untuk memukul belakang kepala Janu namun tangannya tertahan karena Sagara segera berdiri.
Translate: Lo hidup banyak bercanda banget deh!
“Wah wah… Saha ieu euy? Wawanianan nyokot tempat arurang.”
Translate: Wah wahh… siapa ini Berani-beraninya ngambil tempat kita.
Sekelompok mahasiswa, ada sekitar 5 orang tiba-tiba datang dan mendekati Geng Aodra. Sagara menebak, jika beberapa pria yang ada dihadapannya adalah kakak tingkatnya. Salah satu dari mereka ikut dalam ospek kemarin.
“Punten a, kita pergi aja.” Pamit Sagara dan mendapatkan anggukkan dari ketiga temannya.
Translate: Maaf bang, kita pergi aja.
Sebagai ketua, Sagara harus tau mana lawan dan mana kawan. Walaupun belum tau dengan jelas jika beberapa pria dihadapannya akan menjadi lawan atau kawan, namun membuat keributan dan menjadi orang yang mencari permasalahan pertama bukan gaya hidup Geng Aodra. Mereka akan mengalah jika memang diperlukan. Dan pada dasarnya pun, Geng Aodra baru saja masuk kedalam kampus ini dan belum bisa menguasai apapun termasuk tempat persembunyian untuk merokok agar tidak ketahuan dosen.
Ketika hendak pergi, salah satu dari beberapa pria tersebut malah menahan Sagara dan mencengkram hoodie Sagara dengan kuat.
“Oh, maneh yang jadi ketuanya?” Pria itu menguatkan cengkraman tangannya pada hoodie Sagara. Kaivan mendekati Sagara dan berniat untuk membantu melepaskan cengkraman dari pria tersebut, namun Sagara segera menahan Kaivan dan memberikan isyarat jika ia bisa mengatasi pria itu sendirian.
“Jadi ini penampakan Geng Aodra, si penguasa Jalan Jenderal?”
Jalan Jenderal adalah salah satu jalan besar yang ada di Bandung, jalanan ini biasanya menjadi jalanan yang sering di lewati oleh beberapa geng motor. Namun, setahun yang lalu Geng Aodra berhasil menguasai jalan tersebut. Siapapun yang membuat keributan di Jalan Jenderal akan menghadapi Geng Aodra, karena jalan tersebut sudah menjadi wilayah kekuasaan mereka.
Mendengarkan fakta yang disebut oleh salah satu pria yang mencengkram hoodie Sagara membuat Janu tertawa sinis dan mendekati pria tersebut.
“Gini a. Jujur aja kita tuh gak kenal sama aa siapa. Tapi kayaknya aa kenal sama kita, mungkin kita bolehlah kenalan dulu. Kan bagus tuh buat silahturahmi.”
“Sok iyeh pisan anying!” Satu bogeman mentah Janu terima dari pria yang awalnya mencengkram kerah baju Sagara. Pria itu memberikan pukulan yang cukup keras pada Janu dan membuat Janu sedikit oleng. Akibat pukulan tersebut, sudut bibir Janu sedikit sobek dan mengeluarkan darah.
Translate: Sok-sokan banget anjing!
Tanpa pikir panjang lagi, Kaivan melemparkan jaket denimnya pada salah satu orang yang ada dihadapannya dan segera menghajar pria tersebut. Rafa dan Janu tidak mau kalah, mereka segera memberikan beberapa bogeman mentah pada pria lainnya.
Jumlah pria yang mendatangi mereka adalah 5 orang, teman-teman Sagara sudah melawan mereka masing-masing satu orang. Dan sisa dari mereka menjadi lawan Sagara. Mereka dengan sengaja melawan Sagara secara bersamaan. Pengeroyokan atau pertengkaran seperti ini sudah biasa untuk Sagara. Jika ia tidak bisa melawan mereka, sebutan ‘Penguasa Jalan Jendral’ tidak akan melekat untuk Geng yang ia pimpin.
Hanya butuh waktu sekitar 10 menit bagi Geng Aodra untuk membuat sang lawan berjatuhan diatas tanah dengan keadaan yang sudah tidak berdaya dan tidak bisa melawan lagi. Empat lawan lima merupakan pertarungan yang tidak adil. Namun Geng Aodra bisa menang mengalahkan mereka, bahkan mereka juga pernah memenangkan pertarungan yang lebih dari ini.
“Jadi, maneh teh siapa a? Geng mana, hm?” Janu menyalakan rokoknya dan segera menghisapnya dengan kuat. Salah satu tangannya menjambak rambut pria yang pertama kali memberikannya bogeman mentah.
Translate: Jadi, lo siapa bang? Geng mana, hm?
Pria yang dijambak oleh Janu sudah terkulai lemas dan sudah tidak ada tenaga untuk menjawab pertanyaan yang Janu berikan.
“Jawab atau aing pukul sekali lagi, a?” Janu melemparkan rokoknya dengan asal dan tangannya mengepal dengan kuat dan mengarahkan kepalan tersebut kepada pria yang ada dihadapannya, berniat untuk memberikan satu pukulan terakhir.
Translate: Jawab atau gue pukul sekali lagi, bang?
“Ampun…. Ampun..” Tangan pria tersebut menahan tangan Janu dan memohon pada Janu agar tidak memukulnya lagi.
“Lain ampun ampun sia teh, jawab kehed!”
Translate: Bukan ampun ampun, jawab sialan!
“Dragon…” Lirih pria itu dengan pelan.
Setelah mendengar jawab tersebut, Janu segera memberikan satu pukulan lagi sehingga pria dihadapannya pingsan.
“Ngaran weh hade ‘dragon’ pas dilawan cigah manuk piit. Hahhh anjing!” Janu segera melepaskan tangannya yang menjambak pria tersebut dan berdiri mendekati ketiga temannya yang sedikit kelelahan.
Translate: Nama aja bagus ‘dragon’ pas dilawan kayak burung kecil! Hahhh anjing!
Dari keempat anggota Geng Aodra, dua diantaranya tidak mendapatkan luka, mereka adalah Sagara dan Kaivan. Wajah kedua pria itu hanya dihiasi oleh bulir keringat yang ada didahinya. Bahkan tangannya tidak terdapat goresan dan luka sedikitpun. Padahal Sagara berhasil melawan dua orang sekaligus. Sedangkan untuk Kaivan, pria itu segera memungut jaket denim miliknya yang jatuh, dan kakinya berada diatas perut salah satu pria yang baru saja ia kalahkan. Kaivan melawan dua orang pria karena Rafa kewalahan. Pria yang menjadi lawan Rafa memiliki tubuh yang besar dan tidak sebanding dengan tubuh kecil milik Rafa, ia hampir kalah karena pria tersebut. Namun untungnya Kaivan segera datang dan membantu Rafa.
Jika dalam pertarungan, Rafa bisa dibilang orang yang paling kecil dan kemungkinan menang hanya 60%. Namun saat membuat strategi dan penyerangan, otak Rafa dapat berjalan dengan sangat lancar. Tidak salah jika Sagara menjadikannya sebagai tangan kanan dan otak dalam setiap penyerangan yang mereka lakukan. Strategi yang diberikan oleh Rafa selalu berhasil karena ia merencanakannya dengan sangat matang dan detail. Hal inilah yang membuat Geng Aodra menang bukan hanya dengan adu kekuatan. Startegi juga diperlukan.
Sedangkan untuk Janu, dia adalah wakil ketua dan si pemberi ide dalam Geng Aodra. Jika Rafa adalah ahli pembuat strategi, maka ide yang dikembangkan oleh Rafa berasal dari Janu. Meskipun kedua orang ini sering bertengkar, saat berdiskusi mengenai penyerangan, mereka berdua akan sangat serius.
Jika Janu adalah wakil ketua dan Rafa adalah sang tangan kanan, maka Kaivan adalah algojo didalam Geng Aodra. Pukulan dan kekuatan yang Kaivan miliki tidak main-main. Bahkan terkadang, Kaivan dapat menghabiskan lawannya dengan cara yang sadis. Seperti saat ini, meskipun lawannya sudah lemah tak berdaya, ia tidak memindahkan kaki yang menginjak perut lawannya tersebut. Ia malah mengeluarkan satu buah rokok dan segera menyesapnya.
Namun terlepas dari pintar dan kuatnya teman-teman Sagara, mereka tidak akan melakukan hal seenaknya tanpa persetujuan Sagara. Mereka sangat menghormati Sagara sebagai ketua Geng Aodra. Karena pada dasarnya, Sagaralah yang membuat dan merekrut mereka menjadi Geng Aodra dan tidak pernah menambah anggota lain. Sagara selalu bilang untuk mendapatkan teman atau anggota itu mudah, namun mendapatkan rekan yang ingin bekerjasama dengan baik merupakan tantangan dan harus dijaga dengan baik jika sudah mendapatkannya.
“Si eta ketuanya, Gar?” Janu mendekati Kaivan dan menerima rokok yang Kaivan berikan padanya. Janu menatap Sagara yang berjongkok dan menatap salah satu pria yang wajahnya sudah babak belur dan tak berdaya lagi akibat ulah Sagara.
Translate: Dia ketuanya, Gar?
“Jawab, maneh ketuanya a?” Bukannya menjawab pertanyaan Janu, Sagara malah bertanya pada pria tersebut. Karna jujur, Sagara juga tidak yakin jika pria ini adalah ketua Geng Dragon.
Translate: Jawab, lo ketuanya bang?
“Lain.” Jawab pria itu dengan terbata. “Aing lain ketua Geng Dragon, tapi aing yang wakilin Geng Dragon di kampus ieu.”
Translate: Bukan. Gue bukan ketua Geng Dragon, tapi gue yang wakilin Geng Dragon yang ada dikampus ini
“Jadi, maksud maneh Geng Dragon boga loba cabang?” Rafa segera mendekati Sagara dan bertanya pada pria yang merupakan wakil dari Geng Dragon tersebut.
Translate: Jadi, maksud lo Geng Dragon punya banyak cabang?
Dengan segala kekuatan yang tersisa, pria itu segera berlutut dihadapan Sagara dan berkata dengan suara yang bergetar,
“Hampura.. Hampura… Tong ngabejaan ka sasaha lamun maraneh jadi apal Geng Dragon. Soalna, Geng Dragon can pernah nempokeun dirina sorangan jeung informasi geng ieu disumputkeun, jadi teu sembarangan jelma apal ieu geng.”
Translate: Maaf… maaf… Jangan kasih tau siapapun kalo lo semua jadi tau Geng Dragon. Soalnya, Geng Dragon ga pernah ngelihatin diri mereka dan informasi dari geng ini disembunyiin, jadi ga sembarangan orang tau geng ini.
Sagara tersenyum sinis dan menarik dagu pria tersebut agar menatap matanya yang tajam, “Maneh anggota anyar, a?”
Translate: Lo anggota baru, bang?
Pria itu tidak menjawab pertanyaan Sagara dan ia meringis kesakitan ketika Sagara semakin memperkuat cengkramannya pada dagu pria tersebut.
“Anggota baru tapi banyak tingkah!” Kaivan dengan kesal membuang rokok ke sembarang arah dan segera mendekati pria tersebut untuk menendangnya dengan kuat, namun Sagara merentangkan tangan kirinya dan menahan Kaivan.
“Mulai besok, tong kadieu deui nya a. Tempat ieu jadi tempat urang jeng barudak urang.”
Translate: Mulai besok, jangan kesini lagi ya bang. Tempat ini jadi tempat gue sama temen-temen gue.
Mata pria itu mengerjap ketika mendengarkan perkataan Sagara dan menatap satu-satu anggota Geng Aodra.
“Tenang a, Geng Aodra mah teu loba anggota jeung cabang, ngan arurang opatan.” Janu tertawa kecil dan terkesan meledek ketika melihat pria itu ketakutan.
Translate: Tenang bang, Geng Aodra ga banyak anggota dan cabang, kita cuma berempat.
“Siap, mulai ti isuk, ieu tempat jadi milik Geng Aodra, tapi punten pisan tong nepika kejadian ayeuna aya nu apal.”
Translate: Siap, mulai dari besok, tempat ini jadi milik Geng Aodra, tapi gue mohon jangan sampe kejadian hari ini sampai ada yang tau
Mendengar hal tersebut, Sagara tersenyum sinis. Ia jadi penasaran, seperti apa Geng Dragon yang memiliki cabang ini? Apakah kebanyakan dari anggota mereka adalah pecundang seperti pria ini? Atau malah pria ini hanya antek kecil yang berkeliaran?
Ada banyak sekali pertanyaan dalam kepala Sagara, namun ia tidak bisa meremehkan Geng Dragon ini. Jika mereka memiliki cabang, artinya geng ini memiliki banyak anggota. Dan sialnya, selama menjadi geng motor, baru pertama kali ini Sagara mendengar nama geng tersebut. Sagara harus berhati-hati dan mulai mencari informasi mengenai mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments