Faisal semakin penasaran ingin membully Airish saat di acara pernikahan Faisal dan Delilah.
"Pokoknya engkau harus datang ke pesta pernikahan kami! Jika engkau tidak datang, nanti engkau akan mengetahui sendiri akibatnya."
"Seharusnya engkau jangan mengharapkan kehadiranku di pesta pernikahan kalian. Nanti jika aku datang, engkau akan menyesalinya. Tapi aku telah memutuskan untuk menghadiri pesta pernikahan kalian, oleh karena itu aku peringatkan berhati-hatilah dan persiapkanlah mulai sekarang."
Faisal tidak menghiraukan perkataan Airish, karena Faisal merasa Airish tidak mungkin berani berbuat apa-apa terhadap keluarga Tanaka, ketua mafia terbesar di kota Bandung.
"Sudahlah Airish, kami tidak ada waktu mendengar bualanmu. Pulanglah sana, makan yang banyak. Bukankah engkau kurang makan selama di penjara? Hahahaha..." Faisal semakin memprovokasi Airish sambil berlalu.
Sementara Airish menganggap ucapan Faisal sebagai langkah awal untuk menunjukkan siapa Airish sekarang.
Airish berbalik arah menuju rumahnya. Bunga yang telah dibelinya di lemparkannya saja ke pinggir trotoar. "kini aku telah mengetahuinya. Ternyata Delilah sudah tidak mencintaiku lagi. Hilang sudah satu beban dalam fikiranku, kini aku bisa melakukan hal yang lebih bermanfaat."
Ketika Airish telah sampai di pekarangan rumah, di lihatnya ada lima pemuda bertubuh kekar, sedang berteriak kepada Shinta.
"Hei Shinta! Engkau telah berjanji untuk melunasi hutangmu hari ini. Sekarang penuhi janjimu!" Pemuda bertatto naga pada pundaknya memaksa Shinta melunasi hutangnya saat itu juga.
Lalu Shinta menyerahkan buntalan kain dan membukanya. "Ini sudah saya siapkan uangnya. Walaupun uangnya pecahan sepuluh ribuan dan receh, aku telah menghitungnya cukup sejumlah sepuluh juta rupiah."
"Apa-apaan ini? kami tidak menerima uang receh! Lagipula mana cukup sepuluh juta. Hutangmu telah bertambah menjadi dua puluh lima juta rupiah! Itu karena engkau selalu menunda membayarnya, maka hutangmu terus berbunga."
Shinta tidak menjawab apa-apa, hanya berdiri tertunduk. Pada saat itulah Airish mendekati dengan perasaan yang tenang. Semua ini dilakukan Airish karena Airish telah berjanji kepada Shinta untuk tidak berbuat pelanggaran hukum lagi.
"hai bung! Aku Airish putra bunda Shinta. Aku akan melunasi seluruh hutangnya. Sekarang sebutkan berapa jumlah hutang ibuku, aku akan segera melunasinya."
"Jangan sok mampu kau gembel, hutang ibumu berjumlah dua puluh lima juta rupiah. Tadi engkau mengatakan akan melunasinya? Serahkan uangnya sekarang!" pemuda bertatto naga itu menjulurkan tangannya.
Airish mengeluarkan tiga ikat uang seratus ribuan dari saku jaketnya. Lalu Airish melemparkan uang itu ke dada pemuda yang bertatto naga. " Ini semuanya ada tiga puluh juta. Silahkan ambil kembaliannya." Setelah uang itu di terimanya, kelima pemuda itu langsung meninggalkan Airish dan Shinta.
"Nak, bagaimana bisa engkau memiliki begitu banyak uang? Bunda harap engkau memperoleh uang bukan dari perbuatan yang melanggar hukum." Shinta wanti-wanti mengatakan kepada Airish untuk tidak mengulangi perbuatan yang melanggar hukum.
"Bunda percaya saja kepada Airish. Bukankah setahu bunda Airish adalah anak yang baik? Jadi mana mungkin Airish berbuat pelanggaran."
"baiklah, bunda percaya. Ya sudah, ayo kita masuk nak"
Airish dan Shinta masuk kedalam rumah dan Airish bercerita bahwa dia bertemu dengan Delilah sedang berjalan berdua dengan Faisal.
"bukankah bunda telah mengatakannya kepadamu? Ya begitulah. Sekarang Delilah harus menurut kehendak orang tuanya yang menyuruhnya menikah dengan Faisal. Sudahlah nak, masih banyak wanita yang lebih cantik dan setia. Engkau pasti akan mendapatkan pengganti Delilah."
"iya bunda, Airish sudah tidak memikirkannya lagi. Sekarang Airish akan fokus untuk menyembuhkan mata bunda. Besok pagi-pagi sekali Airish akan pergi ke Palembang untuk mencari barang antik di pasar Cinde."
"Sekalian lihat rumah kita Airish, apakah bik emban masih bekerja disana atau sudah pulang kampung. Jika bik emban masih tinggal di rumah kita, tolong berikan uang ini untuk gajinya yang belum kita bayar sejak kita tinggal di kota Bandung ini."
"baiklah bunda, tentu saja Airish akan mampir ke rumah kita. Sekarang bunda tidurlah duluan, Airish masih ada pekerjaan yang harus Airish selesaikan malam ini."
"Airish ... Engkau belum mengatakan kepada bunda apa yang telah engkau lakukan hingga kepala lapas membebaskanmu dari hukuman."
"Airish telah mempelajari ilmu pengobatan, bunda. Di sel tahanan Airish bertemu dengan seorang tabib yang telah mengajari Airish ilmu pengobatan. Akhirnya Airish di pertemukan dengan kepala polisi daerah untuk menyembuhkan penyakit ayahnya. Makanya Airish di bebaskan dari penjara bahkan Airish di beri hadiah berupa uang. Uang yang Airish gunakan untuk melunasi hutang keluarga kita ya dari pemberian Kapolda, bunda."
"baiklah, sekarang bunda tidak khawatir lagi, karena engkau telah menceritakannya. Makanya nak, lain kali ceritalah kepada bunda apapun yang harus bunda ketahui dari dirimu."
"iya bunda, Airish berjanji. Pokoknya bunda harus percaya bahwa apapun yang Airish lakukan tidak akan membuat bunda kecewa."
"Tentu saja sayang, bunda percaya kok bahwa anak bunda selalu membuat bunda bangga."
lalu Airish mengantar Shinta ke kamarnya. Setelah Shinta tidur, Airish pergi ke taman belakang, duduk di lantai menghadap kebun yang banyak pohon rindang.
"Luar biasa... Ternyata aura spiritual disini lebih kaya di bandingkan dengan di lembaga pemasyarakatan. Dengan begini aku pasti dapat menaikkan level kultivasi diriku beberapa lingkaran."
Airish memulai latihan pernafasan. Semalaman Airish tidak tidur, yang di lakukannya hanya duduk bersikap yoga sambil mengatur pernafasannya. Memang seperti itulah cara Airish meningkatkan daya kultivasinya.
Tanpa Airish sadari ternyata sekarang waktu telah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Shinta tidak berani memanggil Airish yang masih berada didalam kamarnya. Hingga akhirnya mata Airish terganggu oleh sinar matahari yang terselip di antara gorden jendela kamarnya.
Airish segera menyudahi latihan pernafasannya. Kini tingkat kultivasi Airish telah mencapai level sebelas. Pencapaian yang luar biasa. Jika di lakukan di sel penjara, hanya bisa menaikkan satu level karena kualitas aura spiritualnya lebih rendah.
"eh engkau telah bangun nak, ayo kita sarapan bareng. Katamu hari ini akan pergi ke Palembang. Nanti ketinggalan pesawat lho."
Shinta telah meminta tolong kepada tetangganya untuk membuatkan masakan untuk sarapan mereka. Memang selama ini Shinta tidak pernah memasak lagi sejak Shinta tidak bisa melihat. Termasuk mencuci pakaian juga tetangganya itulah yang mencucikannya.
Setelah mandi dan sarapan, Airish terburu-buru pergi ke bandara takut tertinggal pesawat. "Berhati-hatilah nak, nanti di sana jangan terburu-buru mengambil keputusan. Tanyalah kepada yang ahli jika engkau menghadapi sesuatu yang engkau tidak ketahui."
"iya bunda, pesan Bunda akan Airish ingat baik-baik." lalu Airish pamit untuk berangkat.
Di dalam pesawat, Airish melihat keadaan darurat yang sedang di alami oleh seorang penumpang. Ada seorang pria yang sedang sekarat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments