Delilah yang kini bernama Junnu telah didaftarkan oleh pelatih di sanggar untuk bergabung di konser seni. Junnu sebenarnya berharap bahwa seandainya Airish adalah seorang anak yang berada, tentu Airish akan mengikuti konser itu. Tetapi Delilah menepis pemikiran seperti itu. "ah... Mana mungkin Airish menjadi peserta konser ini. Walaupun dia sangat mahir bermain biola, siapa yang akan membawanya ke konser ini? Dia hanya seorang pengamen".
Senu didaftarkan ke sanggar seni karena Shinta mengetahui bahwa Senu memiliki hobi seni. Ketika Shinta menabrak Senu, sempat di lihat oleh Shinta Senu sedang memegang biola. Shinta menduga bahwa Senu hanya menggunakan biola untuk mencari nafkah dengan cara mengamen.
Setelah Shinta bertanya kepada Senu mengenai biola, justru Senu mengatakan bahwa dia sangat menyukai biola. Orang yang memberikan uang saat Senu bermain biola, itu merupakan tanda terima kasih orang tersebut yang terhibur dengan permainan biola Senu. Awalnya Senu tidak berniat untuk mengamen, tetapi karena setiap kali dia memainkannya lalu orang memberikan uang, maka Senu berfikir bahwa mungkin rezeki yang akan diberikan oleh Allah adalah melalui bermain biola.
Mendengar cerita Senu tentang biola, Shinta menawarkan kepada Senu untuk mengikuti konser pentas seni di Bandung. Untuk mengikuti konser itu, Senu harus mengikuti kegiatan di sanggar seni yang berada di Palembang, dan mengikuti konser itu mewakili sanggar seni.
"Senu, sepertinya engkau berbakat seni biola. Jika engkau sungguh menyukai biola, bagaimana kalau engkau mengikuti sanggar seni agar bakatmu terarah dengan semestinya"
"Iya tante. Aku sangat menyukai biola. Boleh juga tuh sanggar seni. Aku pernah mendengarnya di Palembang ini ada sebuah sanggar seni yang terkenal. Senu sangat berterimakasih kepada tante jika tante mendaftarkan Senu di sanggar seni itu".
"Kalau begitu, ayo kita kesana sekarang. Kebetulan pemilik sanggar seni itu adalah teman tante"
Shinta mengajak Senu pergi ke sanggar seni, dan besoknya Senu langsung mengikuti kegiatan sanggar. Semua anggota sanggar sedang giat-giatnya berlatih, karena sebentar lagi akan diadakan pertunjukan konser seni bertaraf internasional yang akan diselenggarakan di kota Bandung.
Selama mengikuti pelatihan di sanggar, Senu menjadi pusat perhatian pelatih sanggar, karena kemahiran Senu dalam memainkan biolanya sungguh menakjubkan. Lalu pelatih sanggar tersebut membujuk Senu untuk mengisi posisi peserta konser yang akan diselenggarakan di kota Bandung.
"Senu, sepertinya engkau telah mahir dalam bermain biola. Apakah sebelumnya engkau pernah mengikuti les biola?"
"tidak madam. Senu hanya belajar dengan bunda Senu saat beliau masih ada bersama Senu"
"Owh, madam kira engkau anaknya Bu Shinta. Maafkan madam. Apakah ibumu telah meninggal dunia?"
"Iya madam. Dan sekarang tante Shinta adalah ibu Senu. Senu sangat berterimakasih kepada tante Shinta yang telah bersedia menjadi orang tua Senu".
"Begini Senu, sebentar lagi akan diselenggarakan konser seni di Bandung. Apakah Senu bersedia untuk mewakili sanggar kita dalam konser itu?"
"Tentu saja Senu bersedia, madam. Apakah Senu layak diikut sertakan pada konser itu?"
"Tentu saja, Senu. Tapi engkau harus dilatih dulu secara intensif, agar selaras dengan materi konser. Baiklah, nanti madam akan sampaikan kepada Bu Shinta bahwa engkau akan didaftarkan pada panitia konser".
Di Palembang Senu lebih giat berlatih biola di sanggar, karena beberapa hari lagi akan tiba konser musik bertaraf internasional yang akan di selenggarakan di kota Bandung.
Junnu juga lebih giat berlatih biola di Bandung. Pelatih sanggar seni di Bandung juga sudah mendaftarkan Junnu untuk mengikuti konser musik di Bandung.
"Junnu, inilah saatnya bagimu untuk menunjukkan keterampilanmu dalam bermain biola. Ketahuilah Junnu, dengan mengikuti konser ini, engkau akan dikenal oleh orang banyak dan engkau akan terkenal".
"Iya ma, Junnu tau itu. Tapi yang Junnu harapkan adalah nanti disana Junnu pasti akan bertemu dengan musisi terkenal. Junnu sudah tidak sabar untuk bertemu dengan mereka "
Senu mengikuti konser biola yang bertaraf internasional di Bandung. Junnu juga mengikuti konser itu. Senu berfikir pasti Delilah hadir dalam acara konser itu. Itulah Senu begitu antusias berlatih di sanggar, agar dirinya layak diikutsertakan dalam konser.
Hari yang dinantikan telah tiba. Kini Senu telah berada di Bandung. Di gedung konser, Senu melihat kesana kemari, berharap akan melihat keberadaan Delilah. Sedangkan Junnu tidak mengetahui bahwa Senu akan datang sebagai peserta, dan Senu juga tidak mengetahui kalau Junnu juga sebagai peserta konser biola.
Tentu saja mereka tidak saling bertemu, karena kelompok mereka berbeda. Pertunjukan konser pertama di tampilkan oleh grup sanggar dari Bandung. Senu masih berada di ruang persiapan, sedang berlatih bersama grupnya. Senu tidak menyangka bahwa Junnu sedang tampil di panggung.
Begitu pula dengan Junnu, ketika grup sanggar dari Palembang sedang tampil, Junnu tidak melihatnya, karena Junnu sedang berkumpul dengan teman satu grupnya.
Kesempatan pertemuan mereka berlalu begitu saja, padahal seandainya mereka bertemu, mungkin sikap orang tua Junnu tidak lagi seperti dahulu, karena sekarang Senu tampil dalam kepribadian yang berbeda dengan menjadi anggota keluarga seorang konglomerat.
Mungkin belum saatnya mereka bertemu, karena masih banyak perjalanan kehidupan mereka yang membutuhkan tantangan dalam mempertahankan cinta pertama mereka.
Konser seni kali ini terasa biasa saja bagi Senu juga bagi Junnu. Tetapi panitia konser memberikan sebuah perkataan yang membekas di hati Senu dan Junnu.
"Permainan biola adalah permainan hati. Musik biola mampu menyatukan dua hati yang terpisah. Apalagi sepasang kekasih memiliki sebuah lagu kenangan yang tersimpan di dalam hati mereka".
Di dalam hati Senu berharap agar perkataan ketua panitia itu adalah sebuah petunjuk, dan Senu berdoa semoga dia dapat dipertemukan dengan Junnu suatu saat nanti.
Begitu pula dengan Junnu. Junnu akan selalu mengingat lagu yang telah Senu ciptakan untuknya, dan berharap agar suatu saat nanti mereka akan dipertemukan dan Senu masih menunggunya.
"Airish, aku akan tetap menunggumu sampai kapanpun. Aku tidak akan pernah beralih ke lain hati, cintaku hanya untukmu".
Di lain tempat, Senu juga berkata demikian. "Delilah, sampai kapanpun aku akan tetap mencarimu. Walaupun disini kita tidak bertemu, aku yakin suatu saat aku akan menemuimu. Kuharap engkau sabar menungguku. Jangan beralih ke lain hati, Delilah".
Walaupun terpisahkan oleh jarak dan waktu, cinta Senu dan Junnu akan selalu abadi. Mungkin harus melalui berbagai macam cobaan dan godaan barulah cinta mereka akan kembali bersatu.
Memang benar. Dalam beberapa tahun, baik Senu maupun Junnu selalu di hadapkan pada sebuah godaan yang memaksanya untuk merelakan perpisahan terhadap cinta pertama mereka. Junnu yang memiliki wajah yang cantik, tentu banyak pria yang mendekatinya. Begitu pula dengan Senu. Dengan ketampanan, kemewahan dan sifat baiknya, banyak wanita yang berusaha mendekatinya untuk menjadi kekasihnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments