" Maaf, membuatmu menunggu lama " ucap Adri sambil tersenyum manis kearah Nia. Dia baru saja mengambil koper miliknya ditempat pengambilan barang..
Mereka Barusaja sampai di Jakarta beberapa menit yang lalu. Kini keduanya tampak tidak sabar untuk segera bertemu menemui keluarga besar Martadinata yang lain.
Wanita itu menggelengkan kepalanya.
" Tidak masalah " balasnya
" Ayo, pak Kamto pasti sudah menunggu kita didepan. " ajak Adri
Lelaki itu segera merangkul bahu istrinya dengan salah satu tangannya yang lain menarik koper besar miliknya. Tanpa menunggu lagi keduanya segera melangkahkan kakinya menuju pintu keluar.
Pak Kamto selaku sopir pribadi keluarga Martadinata memang sudah menunggu kedatangan mereka didepan sana. Lelaki paruh baya tersebut segera membukakan pintu mobilnya setelah melihat kedatangan dua orang yang sedang ditunggu olehnya dan segera mengambil alih koper yang dibawa oleh Adri.
Kini mereka sedang melakukan perjalanan menuju rumah mewah milik keluarga Martadinata. Nia tampak sangat antusias sekali melihat pemandangan yang disuguhkan. Ini adalah pertama kalinya dia datang ke ibukota Jakarta.
Adri sedaritadi tidak mengalihkan pandangannya dari wanita yang sedang duduk disampingnya itu. Entah kenapa dia merasa akhir-akhir ini istrinya terlihat lebih menggoda.
" Apa yang sedang kamu pikirkan, Hem ? " tanya Adri yang saat ini melihat kearah istrinya. Wanita itu tampak melamun sambil memandang keluar jendela mobil.
" Ah.. tidak. Tidak ada. Aku tidak sedang memikirkan apapun. Hanya melihat keadaan di kota ini. Sungguh sesak sekali, yah. Lebih padat daripada di Surabaya. Tapi disini terlihat begitu menyenangkan. " jawabnya
Adri menanggapi istrinya tersebut dengan tertawa kecil.
" Hemm.. Kamu benar. Disini memang sesak sekali namun juga sangat menyenangkan. Hampir sama dengan tinggal diluar negeri. Kamu mau jika kita tinggal disini ? " tanya Adri dengan masih tersenyum manis kearah istrinya
Nia menggelengkan kepalanya. Bukannya dia tidak mau, tapi dia tidak ingin jauh dari kota kelahirannya sendiri. Merasa belum siap untuk pindah dan tinggal di kota asing.
" Aku bahkan belum pernah bepergian jauh sebelumnya, adri. Apalagi jika harus tinggal dan menetap dikota baru. Pasti sangat sulit untukku. " Ucapnya lirih.
Adri tersenyum tipis.
" Hei, aku hanya bercanda. Jangan terlalu dipikirkan begitu ! " ucap adri
" Kemarilah. ! " tanpa ragu Adri segera memeluk sayang wanitanya itu. Mendaratkan ciuman dipuncak kepalanya. Mereka seakan tidak merasa malu lagi untuk melakukan sesuatu hal terhadap pasangannya.
" Bagaimana jika kita pergi ke London setelah acara pernikahan mereka selesai. " tawar Adri
Nia tertegun, sesaat kemudian dia meleraikan pelukannya. Menatap suaminya itu dengan dahinya yang tampak berkerut.
" Ke London ?? Itu sangat jauh, adri. Lalu pekerjaanmu di Surabaya bagaimana ?? Jangan bercanda !! " ucap Nia
Mendapati istrinya yang sedang kebingungan, merasa lucu melihat wajahnya. Adri tertawa kecil.
" Hei.. Tenanglah. !! Masih ada papi yang dapat menggantikan posisiku selama kita pergi, sayang. Mami yang memberikan saran itu. Dia yang memintaku agar mengajakmu jalan-jalan. Kita juga belum pergi berbulan madu, kan " ucapnya sambil mengerlingkan sebelah matanya.
Mendengar penuturan dari suaminya, wajah Nia berubah memerah. Dia merasa malu sekali mendengarnya. Bahkan saat ini bayangan kenakalan sang suami sudah memenuhi isi kepalanya.
" Kenapa wajahmu itu ?l? " Goda Adri yang kini sedang melihat wajah istrinya memerah.
" Tidak apa-apa.. " Jawabnya cepat sambil memalingkan wajahnya
" Bagaimana, jika kamu setuju aku memesankan tiket pesawat secepatnya. Kita bisa menghabiskan waktu seharian di dalam kamar. Hanya ada kau dan aku. Kita bisa mela... "
" Adri.. Diamlah !! " Ucap Nia sambil membungkam mulut suaminya dengan salah satu tangannya sembari melototkan matanya
" Kamu tidak malu berbicara seperti itu didepan orang lain " lanjutnya sambil melirik kearah pak Kamto
Adri tersenyum tipis, sembari melirik sekilas kearah pak kamto. Tidak lama setelahnya, Adri meraih tangan istrinya agar menjauh dari mulutnya.
" Baiklah.. Baiklah.. Kita bisa membahasnya nanti di dalam kamar. "
" Adrian.. " panggil Nia dengan penuh penekanan yang membuat Adri tertawa renyah. Merasa gemas melihat raut wajah istrinya yang tampak lucu jika sedang merasa malu.
Kini terlihat hanya gerakan tangan saja untuk mewakili perkataan Adri dengan membentuk pola huruf O dijari tangannya.
***
" Assalamualaikum " ucap Adri yang barusaja masuk kedalam rumah.
Adri menggandeng tangan istrinya untuk masuk kedalam. Nia terperangah melihat rumah mewah tersebut. Rumah itu sungguh lebih besar daripada rumah yang berada di Surabaya.
Keduanya masuk kedalam, tidak disangka ternyata di dalam rumah sudah banyak sanak saudara yang telah hadir. Menginap dirumah mewah tersebut untuk menyambut hari bahagia dari putra keluarga Martadinata.
" Selamat datang, sayang.. " Sambut mami Ulfa dan papi Mario bersamaan. Mereka saling berpelukan.
Terlihat beberapa saudara Adri telah melemparkan senyuman ketika melihat kedatangan mereka.
" Wah... ini pengantin barunya. "
" Mereka berdua serasi sekali yah.. "
" Ternyata istri Adrian lebih cantik daripada calon istrinya Adit "
" Iyah.. Aslinya terlihat cantik sekali daripada difoto yang kemarin. "
Ucap beberapa sanak saudara yang saling bersahutan sembari tersenyum lebar menatap kearah keduanya. Hal itu membuat Adri dan Nia tersenyum malu-malu menanggapi ucapan mereka.
" Hallo mas Adri.. mbak Nia.. " Della tiba-tiba saja muncul. Segera menghampiri kakak dan kakak iparnya tersebut. Mereka saling memeluk, merasakan kerinduannya kini tersalurkan.
" Kak Adri, kenapa gak pernah tengokin aku sih.? Masa mbak Nia di umpetin terus. Sekali-kali ajak jalan-jalan kemari. " Ucapnya dengan manja.
" Iyah.. Sekarang kan kita udah main kesini. "
" Eh.. eh.. Della. Sudah jangan ganggu kakakmu. Mereka pasti capek setelah perjalanan jauh. Biarkan mereka istirahat dulu. " ucap mami ulfa pada anak bungsunya
" Sudah Adri. Ajak istrimu ke kamar. Istirahat dulu. " titahnya
Setelah itu Adri segera mengajak istrinya untuk pergi dari sana. Tidak lupa mereka pamit pergi terlebih dulu sebelum beranjak dari sana. Keduanya tersenyum tipis sembari melangkahkan kakinya menuju tangga. Menaiki anak tangga satu persatu kemudian berbelok kekiri untuk menuju kamar yang sudah disiapkan untuk mereka.
***
Malam harinya.
Setelah makan malam bersama. Seluruh keluarga besar Martadinata telah berkumpul di ruang tengah. Ruangan yang sangat besar dan sangat pas untuk dijadikan tempat berkumpul.
" Sayang sekali yah, pernikahan Adri kemarin tidak dirayakan. Aku jadi gak bisa lihat langsung wajah cantiknya Nia saat di rias " Ucap Tante Anin. Adik dari papi Mario.
" Iyah.. Kenapa mendadak dimajukan segala sih, fa.? Kita jadi gak bisa datang. Malah gak dirayain juga. " sahut Ratih selaku kakak dari mami Ulfa
" Yaampun, mbak. Kan aku sudah kasih kabar Kalau aku terpeleset di kamar mandi. Masa Iyah dengan keadaanku yang seperti itu, maksa buat nerima tamu undangan. Yah malu , kak. " jelas mami Ulfa
" Alasanmu aja itu mah. Kalau niat dirayain, pasti setelah kakimu sembuh juga ada perayaan. Tapi nyatanya tidak ada, malah Adit yang saat ini akan merayakan hari pernikahannya. " sanggah Ratih.
" Menurut Nia, dirayakan atau tidak, itu tidaklah penting, bi. Yang terpenting adalah doa dan ridho dari kedua orang tua. Itu sudah cukup bi. Nia tidak pernah mempermasalahkan hal itu. Jadi tidak perlu dibahas lagi. " Jawab Nia yang untuk mewakili mami Ulfa.
Sedari tadi dia sudah ingin angkat bicara, namun rasanya masih begitu malu. Hinga pada akhirnya, dia bisa bernafas lega karena sudah mengeluarkan unek-uneknya.
" Ah.. Kamu ini memang the best. Menantu idaman sekali. Adri beruntung bisa menikah denganmu " Ucap Ratih sambil memeluk Nia, karena memang Nia sedang duduk disampingnya.
Terlihat kelima perempuan berbeda usia itu kembali membuka obrolannya. Membahas apapun yang perlu dibahas. Memang dasar mama-mama kekinian, ada saja yang menjadi bahan obrolan.
Kelimanya sedang asyik berbincang. Hingga tidak ada yang tahu jika saat ini sedang ada yang memperhatikan mereka dari tempatnya.
Adri sedaritadi tidak mengalihkan pandangannya dari istrinya. Bahkan dia juga sempat mendengar pembicaraan mereka mengenai acara pernikahann. Hal itu membuat hatinya terketuk. Merasa ada sesuatu hal yang memang harus dia lakukan.
Aku pasti akan mengadakan pesta untuk kita, Nia. Mungkin setelah memiliki anak nanti adalah waktu yang tepat untuk mengadakan pesta perayaan.
Adri tersenyum lebat dikala pikirannya kini telah berlarian keujung fana. Membayangkan sesuatu yang kini membuat miliknya berdenyut nikmat.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Joen Marlina Lengkey
adrian mau trs
maklum pengantin baru😊
2021-01-26
0
fazisya
ngapain nunggu punya anak sie Adrian aneh
2020-12-06
1
Mona Popo
knp nunggu nia punnya anak adrian???knp??
2020-10-03
1