Episode 11

Adri ikut masuk ke dalam kamar. Seketika itu tertegun mendapati lampu kamar Nia yang padam. Bahkan tadi, dia bisa melihat wajah istrinya itu yang tampak sembab.

"Nia, apa yang telah terjadi?" tanya Adri yang kebingungan.

"Astaga ...."

Adri dapat melihat bocah lelaki yang kini sedang menangis. Kemudian kembali mengalihkan pandangannya ke arah wanita yang saat ini sudah naik di atas tempat tidur sambil tengkurap.

Adri tidak pernah merasakan sesuatu yang seperti ini sebelumnya, ada ketenangan ketika bisa melihat dan berada dekat dengan wanita itu. Wanita berparas ayu yang selalu menghantui pikirannya selama beberapa hari terakhir.

Hidup bebas di negara orang, sudah mengubah gaya hidupnya. Hingga kedua orangtuanya memutuskan untuk menjodohkan anak sulungnya itu dengan anak dari rekan bisnisnya. Seorang wanita yang cantik yang berasal dari keluarga baik-baik.

Setelah pertemuan pertamanya dengan Nia, dunianya seakan berubah. Kini hanya ada nama wanita itu yang bersemayam di hatinya. Bahkan Adri sangat menghargainya tidak seperti wanita lain yang dulu pernah dikenalnya. Namun, dia masih belum bisa mengetahui apa alasan wanita yang saat ini telah menjadi istrinya itu selalu merasa kesal padanya.

"Apa yang terjadi, kenapa kalian jadi menangis begini?" tanya Adri. Namun kali ini pandangannya mengarah pada televisi yang sedang mereka lihat.

Astaga ... yang benar saja, mereka menangis hanya karena melihat film India. Oh ... God. Ini tidak lucu, tapi aku ingin sekali tertawa.

Sejenak ia menghembuskan nafasnya. Kembali menatap sang istri yang sedang fokus pada layar televisi.

"Nia, Mama meminta kita untuk segera turun ke bawah. Mereka menunggu kita," ucap Adri.

"Tanggung, tunggu sebentar lagi! Aku belum selesai menangis, filmnya juga akan segera selesai setelah ini," tolak nia

"Iyah, kak ... tunggu sebentar lagi," imbuh Denis.

Adri mengangguk kecil. Pikirannya sedari tadi sudah berlarian kemana-mana. Dia takut jika Nia masih marah padanya soal kejadian siang tadi. namun kenyataannya tidak demikian.

Adri menghembuskan nafas lega. Mendapati

istrinya yang sudah tidak marah lagi. Memang benar apa kata ayah bagus, jika anak sulungnya itu tidak akan bisa marah terlalu lama.

"Nia, apa kamu sudah berkemas? Kita jadi pulang ke rumahku malam ini, kamu tidak lupa, kan?"

Nia hanya mengangguk sambil berdehem pelan tanpa mengalihkan pandangannya. Adri tersenyum tipis.

"Tolong siapkan pakaianku! Aku akan mandi terlebih dulu!"

Tanpa Berfikir panjang, Adri melangkah pergi menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri tanpa berniat untuk gabung bersama dengan dua orang yang sedang menangisi serial film India.

"Mereka benar-benar lucu," gumam Adri sembari melangkah masuk kedalam kamar mandi. Segera melakukan aktivitas didalam sana tanpa menghiraukan keadaan dua orang yang sedang melihat film India tadi.

***

"Kakak, filmnya bagus sekali. Dia akhirnya bisa berbicara. Sedih sekali," ungkap Denis sambil mengusap air matanya.

Hal yang sama juga terjadi pada Nia. Wajahnya terlihat sangat kacau saat ini. Namun dia sama sekali tidak merasa malu walaupun Adri melihat keadaannya yang seperti sekarang ini.

"Iya, kamu benar. Sebaiknya kamu segera turun. Kakak akan bersiap sebentar lagi."

"Apa kakak jadi pindah rumah?" tanya Denis dengan menatap sendu.

Nia mengangguk. Ada perasaan sedih tiba-tiba menghampiri ketika mendapati pertanyaan dari Denis. Hatinya seakan tidak rela untuk meninggalkan bocah lelaki itu. Karena hanya bocah itu yang menjadi temannya selama dia tinggal di rumah ayahnya.

"Iya Sayang, Kakak harus ikut tinggal bersama dengan Kak Adri, tapi Kak Nia janji akan sering-sering datang kemari. Kita akan menghabiskan waktu bersama seperti sekarang," hibur Nia. Wanita itu mencoba untuk menutupi kesedihannya.

"Tidak ada lagi yang membantuku untuk mengerjakan tugas sekolah," keluhnya.

Nia segera beranjak dari posisinya. Menghampiri adik kesayangan dan segera memeluknya.. Menyalurkan kasih sayangnya kepada bocah lelaki itu.

"Hei, jangan sedih! Nanti Kakak akan bilang sama Kak Nayla biar bantuin kamu ngerjain tugas sekolah," ucap nia.

Denis menggeleng pelan sambil berkata, "Kak Nay selalu marah-marah jika Denis datang ke kamarnya. Mana mungkin Kak Nay mau membantu Denis?"

"Pasti mau, biar Kakak nanti yang bilang. Kamu tenang saja!"

Di dalam kegelapan, Adri masih bisa melihat keduanya. Berdiri di belakang mereka yang sedang berpelukan. Tertegun mendapati istri dan adiknya. Saling meluapkan kesedihan karena sebentar lagi mereka akan berpisah.

Aku masih belum mengerti, kenapa Nia tidak pernah sedekat ini pada Ayah dan Mama, apalagi dengan Nayla? 10 tahun Nia hidup bersama dengan mereka, tapi Nia terlihat acuh dengan keluarganya yang lain, kecuali Denis. Sebenarnya apa yang terjadi ? Mungkin kehilangan ibu kandung telah mengubahnya menjadi seperti itu. batin Adri.

Kedua orang yang sedang asyik berpelukan sayang itu tiba-tiba tersentak kaget mendapati lampu yang menyala. Memutar kepalanya ke arah saklar lampu dan mereka berdua dapat melihat sosok lelaki yang saat ini sedang berdiri di sana.

Adri dengan santai melebarkan senyumnya tanpa malu dengan keadaannya sekarang yang hanya memakai handuk untuk menutupi bagian bawahnya.

"Nia, mana pakaianku?" ucap Adri.

Setelah sekian menit Adri berdiri dan membiarkan kedua kakak beradik itu melongo. Adri memilih untuk mendekat pada keduanya. Adri dapat melihat kini wajah istrinya sedang menahan malu.

"Iya, maaf. Aku lupa."

Nia segera menghampiri koper milik suaminya dan segera mengambil pakaian untuknya.

"Ini." Nia menyodorkan pakaian yang baru saja diambilnya sambil memalingkan wajahnya.

Sungguh malu sekali dia saat ini. Namun disisi lain, Nia telah mengagumi sosok suaminya. Walaupun hanya di dalam hati.

Setelahnya Adri melangkahkan besar menuju kamar mandi dan segera mengganti pakaiannya. Dirasa sudah siap, lelaki itu segera keluar dari sana. Kembali melangkah besar-besar menuju dimana istri dan adiknya berada.

Adri mengedarkan pandangannya, menelisik setiap sudut kamar istrinya itu. Kosong. Tidak ada siapapun kecuali dirinya.

"Sepertinya mereka sudah turun lebih dulu," gumamnya sendiri

Adri segera mengajak kedua kakinya untuk segera melangkah pergi dari sana. Keluar dari kamar istrinyaa dan segera menuruni anak tangga kemudian bebelok ke kiri, menuju di mana ruang makan berada.

Adri melemparkan senyuman. Sambil mengedarkan pandangannya. Melihat ke arah semua orang dan yang terakhir, hanya untuk menatap wajah cantik istrinya yang masih polos.

"Selamat malam."

"Malam."

Jawab semua anggota keluarga yang hampir bersamaan.

"Adri, papimu baru saja menelvon. Apa kalian benar akan pulang malam ini? Tidak ingin menunggu hingga besok saja?" tanya Bagus pada Adri yang terlihat baru saja duduk di samping Nia.

Tanpa perintah Nia segera mengambilkan makanan untuk suaminya tersebut.

"Mami, sudah tidak sabar ingin bertemu dengan menantunya, Ayah."

"Hemmm. Baiklah. Ayah berharap kamu bisa menjaga putri Ayah selama tinggal disana." tutur ayah pada Adri.

"Tentu Ayah." Adri mengangguk kecil sambil mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

"Dan kamu Nia, tolong bersikaplah sopan dengan orang tua Nak Adri selama kamu tinggal disana! Kamu harus bisa bersikap baik dengan mereka, Nak."

"Iya, Ayah tenang saja," jawab Nia yang seakan malas untuk menyahutinya.

Sekilas Adri melirik kearah istrinya itu yang tampak acuh terhadap penuturan dari ayahnya sendiri. Masih menahan diri dari rasa penasarannya.

Tbc

Terpopuler

Comments

Yusneli Usman

Yusneli Usman

Ah othor....felem India 😂😂😂

2021-11-04

0

Lisza Rana

Lisza Rana

author yang ini kayaknya suka film India. biasanya banyakan drama drama Korea 😁😁😁

2020-09-30

0

X'ngah Maktanggok

X'ngah Maktanggok

visual ny keren 👍👍👌

2020-09-06

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!