Suara gelak tawa terdengar nyaring dari sebuah ruangan eksklusif yang ada di restoran keluarga Permana. Saling melemparkan candaan antara bagus dan juga Mario. Mengenang masa lalu diantara keduanya.
Para istri dan anak-anak mereka hanya bisa tersenyum dan tertawa mengikuti candaan mereka.
Namun siapa yang sangka jika Adri sejak tadi hanya fokus pada seseorang. Bahkan dia tidak mengalihkan pandangannya sama sekali. Tidak ada yang menyadari akan hal itu.
Setelah tadi pembahasan perjodohan mereka yang sedikit alot. Pada akhirnya Nia menyetujui perjodohan itu. Lebih tepatnya Nia terpaksa untuk menerima perjodohan itu karena dia tidak memiliki alasan yang kuat untuk menolaknya.
Dua bulan akan menjadi waktu yang berat untuk mereka berdua menyiapkan diri. Mental dan pikirannya harus siap untuk menjalani hidup yang baru. Hidup bersama dengan seseorang yang baru saja mereka kenal.
Nia sempat menolak keputusan itu, namun lagi dan lagi Nia tidak memiliki alasan yang kuat untuk mengubah keputusan kedua orangtua mereka.
Dengan hati yang masih dongkol, Nia berusaha untuk menahan diri agar tetap tenang. Melihat wajah tampan dari calon sang suami tidak dapat mengubah pendirian Nia di dalam hati.
"Om bagus, Apa Adri bisa meminjam putri Om sebentar. Adri ingin mendekatkan diri pada calon istri Adri, Om," tanya Adri pada ayah bagus.
Setelah sekian menit dia menahan diri untuk tidak berbicara seperti itu, namun pada akhirnya Adri melakukannya. Tidak bisa lagi menahan hati yang sedari tadi bergemuruh hebat melihat wajah cantik Rafania Amora.
Sejenak Adri mengalihkan pandangannya kearah Nia. Keduanya saling melemparkan pandangan yang berbeda. Sesaat kemudian Nia menatap tajam pada Adri. Namun hal itu sama sekali tidak mengusik ketenangan Adri.
"Silahkan! Jangan sungkan seperti ini, nak Adri. Dia kan, sebentar lagi akan menjadi istrimu."
Adri tersenyum lebar mendapati gagasan yang terlontar dari mulut ayah bagus.
"Pergi sana dan jangan mencari kami jika nanti kami pulang terlebih dahulu," imbuh Mario yang berniat menggoda.
"Beres Pi. Kami tinggal dulu."
Saat ini Adri sudah berdiri dari posisinya. Menatap kearah Nia yang terlihat begitu enggan untuk beranjak dari duduknya.
"Nia, nak Adri sudah menunggu," tegur Mama Tania
"Ah, Iya Ma."
Dengan berat hati Nia beranjak dari duduknya. Menatap sengit kearah Adri yang kini sedang memasang senyuman termanisnya.
'Astaga ... mengapa lelaki ini tidak ada takutnya sama sekali. Aku sungguh malas meladeninya. 'Gumam Nia dalam hati
***
"Sepertinya, ponselmu lebih menarik ketimbang keberadaan ku disini," sindir Adri.
Sejenak Nia mengalihkan pandangannya tanpa ingin membalas ucapan Adri. Mereka berdua saling memandang dalam diam. Sesaat kemudian Nia tampak lebih dulu mengakhiri pandangannya. kembali fokus pada layar ponselnya tanpa menghiraukan perkataan Adri.
"Sepertinya, kamu memang tidak tertarik padaku, ya."
Kali ini ucapan Adri berhasil menarik perhatian Nia. Menatap wajah tampan Adri dengan malas. Mengerjapkan matanya beberapa kali dengan pikirannya yang mulai merangkai sebuah gagasan.
"Sebenarnya, apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Nia dengan masih menahan rasa kesal.
Adri menggeleng pelan. "Tidak ada, aku hanya ingin mengobrol santai saja denganmu. Saling bertanya, bertukar cerita dan mendekatkan diri, tapi sepertinya kamu sama sekali tidak tertarik untuk sekedar mengobrol dengan ku."
Nia tertawa mentah. "Memang. Aku sama sekali tidak tertarik. Perjodohan kita, pertemuan kita dan pernikahan kita. Sama sekali tidak ada yang membuat ku tertarik," pungkasnya dengan sengit.
Adri mengernyitkan keningnya. Seketika itu wajahnya mengeras. Ia baru pertama kalinya menghadapi wanita seperti ini, kebanyakan wanita yang dikenalnya bahkan tidak sampai hati mengacuhkan dirinya apalagi membentak.
"Apa maksudmu, Nia? Kamu tidak seharusnya berbicara seperti itu. Kedua orangtua kita bahkan sudah setuju akan melangsungkan pernikahan kita dua bulan lagi," ucap Adri yang mulai tersulut emosi.
Nia tertawa mentah. Dia sama sekali tidak merasa terusik dengan ucapan Adri. Pasalnya memang dirinya berharap lelaki itu akan ilfeel padanya. Ilang feeling.
"Adri, dengarkan aku baik-baik, ya. Aku sungguh belum siap untuk segera menikah, tapi aku juga tidak memiliki alasan untuk menolak keinginan Ayah. Lalu apa yang harus aku lakukan?"
Adri terdiam sejenak, mencoba untuk menelaah setiap kata yang terucap dari mulut kecil wanita itu. Wanita yang sebentar lagi akan menjadi istrinya beberapa bulan ke depan. Adri mencoba untuk menahan emosinya dengan memahami keadaan.
"Jika memang begitu, mengapa tadi kamu tidak menolaknya. Bahkan kamu juga setuju saja dengan keputusan papi ku agar secepatnya kita melangsungkan pernikahan. Kenapa Nia?" tanya Adri dengan kesal.
"Maaf ... maafkan aku Adri. Aku sungguh tidak bisa berkata apa-apa lagi jika ayah menginginkannya. Ini adalah pertama kalinya ia meminta sesuatu dariku. Aku tidak ingin membuat ayahku kecewa dengan menolak perjodohan ini," jelas Nia.
"Bisakah aku meminta satu hal padamu, Adri?" lanjutnya.
Adri masih menatap kesal pada Nia. " Apa yang kamu minta. Katakan!"
"Aku tetap akan menikah dengan mu, tapi apa bisa kita tidak melakukan hubungan suami-istri selama aku belum siap untuk melakukannya. Bisakah kamu menahannya Selama menunggu aku siap untuk melakukan itu? Kita butuh waktu untuk saling mengenal, Bukan."
Seketika itu Adri terdiam dengan wajah yang semakin mengeras. Wajahnya memerah karena menahan gejolak amarah. Dia sungguh tidak habis fikir oleh wanita itu. Bagaimana bisa seseorang yang sudah menikah menahan hasratnya pada pasangan mereka.
Adri menggeleng pelan. Bahkan di London tempat dirinya belajar dan menghabiskan waktu lajang, hal semacam hubungan suami istri sudah biasa ia jumpai.
"Nia."
Saat ini suasana hati lelaki itu mendadak kacau. Berharap ia akan mendapatkan senyuman Ketika berbincang dengan calon istrinya, namun yang terjadi malah sebaliknya. Adri menatap Nia dengan kesal, sebisa mungkin dirinya menahan amarah.
"Apa yang aku dapatkan jika aku mengabulkan permintaan mu itu? Dan apa konsekuensinya jika aku tidak bisa mengabulkan permintaan mu?" tanya Adri.
Keduanya masih saling menatap. Saling menahan diri untuk tetap tenang dalam berbicara walaupun hati sudah bergejolak.
Nia menghembuskan nafas panjang. Tidak menyangka jika pada akhirnya perbincangan ringan ini membuat jantungnya berdegup kencang.
"Tidak bisakah kamu memahami ku. Aku masih belum siap untuk menikah apalagi jika untuk membuat hubungan itu. Bagaimana bisa kamu melakukannya dengan seseorang yang tidak saling mencintai, Adri. Setidaknya kita bisa menahan diri untuk saling mengenal."
Adri menggeleng sambil tersenyum lebar. Dia merasa sangat lucu menghadapi tingkah laku Nia yang tidak seperti wanita lainnya. Wanita akan melakukan apapun itu jika nanti mereka akan mendapatkan banyak uang. Namun kali ini berbeda, Nia tidak memandangnya sebagai sumber kekayaan dan kebahagiaan. Bahkan wanita itu seakan membentengi dirinya dari kehidupan lelaki itu.
"Aku masih bingung denganmu, Nia. Apa yang kamu takutkan jika kita melakukannya apalagi setelah kita menikah nanti? Bahkan di London, melakukan se*ks bebas sudah biasa, apalagi keluargaku sangat menginginkan kehadiran anak kecil di rumah kami. Itu sebabnya mereka berdua memintaku agar segera menikah," jelas Adri panjang.
Nia masih pada pertahanan dirinya. Mencoba untuk tetap tenang walau saat ini dia sudah merasa muak meladeni lelaki itu.
"Keluargaku pun juga sama. Mereka juga menginginkan kehadiran bayi mungil, tapi tetap saja, aku masih belum siap untuk melakukannya Adri. Bahkan aku sama sekali belum menginginkan kehadiran seorang anak, Adri. Kuharap kamu bisa mengerti."
Kali ini rasa kesal Adri semakin membara. Membakar hatinya dengan sangat hebat. Bagaimana bisa seorang wanita berkata seperti itu. Perkataan yang sangat menyayat hatinya.
"Aku juga tidak ingin mengecewakan kedua orangtuaku sama sepertimu. Aku akan tetap melanjutkan perjodohan ini dan kamu bisa melakukan apapun yang kamu inginkan, termasuk untuk tidak melakukan hubungan itu."
Adri masih menatap sengit kearah Nia. Dengan masih keadaan menahan amarahnya.
"Tapi, satu hal yang kamu harus tahu, Nia. Aku adalah lelaki normal. Ketika hasrat ku tiba-tiba naik dan kamu tidak mau melakukannya. Jangan salahkan aku jika aku akan melakukannya dengan wanita lain!"
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Ida Lestari
Si nianya aja terlalu angkuh, ga bisa menghargai, ky sok bgt gitu karakternya
2022-09-07
0
Katherina Ajawaila
egonya ayah naik mentang punya anak gadis, calon nya juga sama aja. dasar lelaki mau nya teh celup a jj a
2022-01-20
0
Lee Fay
oke, kesalahan adri klo selingkuh itu krna nia jd nia jgn nangis atau marah nnti yaa
2021-11-26
0