Episode 15

Nia membelalakkan kedua bola matanya. Sosok lelaki yang selama ini telah dirindukannya. Kini dia berada tepat di depan matanya.

"Astaga, Ivan. Ivan Fahadillah?"

Lelaki tampan itu mengangguk kecil sembari tersenyum manis kearahnya.

"Yah, seperti yang kamu lihat. Ini aku, Nia."

Nia segera beranjak dari duduknya. Dia merasa senang sekali bisa bertemu dengan sahabatnya dan juga tetangga di rumah ibunya dulu, tetapi lelaki itu pergi ke Jakarta tiga tahun yang lalu. Namun, saat ini. Sekarang ini. Nia sungguh dibuat terkejut oleh sosoknya. Pertemuannya yang tidak terduga.

Keduanya saling berpelukan sekilas. Hanya saling melepaskan rasa rindunya. Bukan suatu hal yang lain, yang memiliki arti lain.

"Bagaimana bisa kamu ada disini? Bukannya kamu tinggal di Jakarta? Apa kamu sudah kembali?" tanya Nia tidak sabaran. Hatinya sedang bahagia sekarang ini.

"Hei, bicaralah perlahan! Aku jadi bingung menjawab pertanyaanmu," ucap Ivan sambil tertawa kecil.

"Aku baru pulang kemarin, Nia. Ada urusan penting di sini, masalah pekerjaan. Mungkin lusa sudah kembali lagi ke Jakarta. Kamu tidak ada niatan buat ikut aku ke Jakarta?" jelasnya panjang lebar.

Nia menggeleng pelan. Dia teringat sesuatu hal. Rasanya ingin sekali bercerita dengan sahabatnya itu, namun apa daya. Dia tidak mungkin bercerita tentang kehidupannya apalagi pada kesempatan kali ini.

"Aku tidak mungkin ikut denganmu ke Jakarta, Ivan. Kau ini ada-ada saja."

"Sekarang kamu sudah berbeda, yah," ucapnya dengan mengerlingkan sebelah matanya.

"Kau juga tampak berbeda. Lebih cantik dari terakhir kali kita bertemu.''

Keduanya tertawa kecil.

"Oyah kenalkan, mereka semua adalah teman-temanku."

Ivan mengangguk kecil sambil menyodorkan tangannya. Ke empat wanita itu seakan terhipnotis oleh pesonanya. Ivan tidak seperti Adri yang memang berasal dari keluarga kaya raya. Ivan dulu juga hidup sederhana sama seperti Nia ketika masih tinggal bersama dengan ibunya.

Namun sekarang, dilihat dari penampilannya sudah bisa dipastikan jika lelaki itu sudah menjadi orang sukses. Bahkan Nia dibuat pangling melihat penampilannya yang luar biasa.

"Mari bergabung bersama dengan kami, Ivan!" ajak Chika.

"Ah ... terimakasih, tapi saya harus segera pergi."

"Hei ... kita bahkan belum ngobrol dengan baik. Bagaimana bisa kamu pergi begitu saja?" sahut Nia.

"Besok saja bagaimana? Aku benar-benar harus segera pergi, Nia. Hari ini aku akan pulang ke rumah. Menemui Ibu dan Ayah. Apa kamu mau ikut bersamaku?" tawar Ivan.

Keduanya saling menatap. Nia masih menahan tangan Ivan. Dari kejauhan tampak sosok lelaki berjalan dengan langkah besar. Wajah mengeras, namun tetap berusaha untuk menahan amarahnya.

"Nia," panggil seseorang.

Seketika itu semua pasang mata yang ada disana mengalihkan pandangannya ke arah lelaki tery. Lelaki yang baru saja datang. Lelaki tampan yang tidak lain adalah suami Nia. Kedua pasang mata menatap takut ke arah Adri yang kini memasang wajah kesal. Seketika itu Nia melepaskan genggaman tangannya.

"Mami memintaku untuk menjemputmu," ucap Andri yang baru saja menghentikan langkahnya.

Kini kedua lelaki itu saling melemparkan pandangan tajam. Sedang bergelut dengan pikiran mereka sendiri. Adri dengan sekuat tenaga menahan emosinya.

Bagaimana bisa Nia terlihat dekat dengan lelaki itu? Mami tidak bilang jika di sini juga ada seorang lelaki.

"Apa semuanya sudah selesai?" tanya Adrian.

Nia mengangguk kecil. Jantungnya berdegup kencang. Dia tahu jika saat ini suaminya itu sedang menahan amarahnya.

"Sudah," jawabnya lirih.

"Dia siapa, Nia?" tanya Ivan. Sedari tadi mencoba untuk tetap tenang walau pikirannya sudah berkecamuk tidak karuan. Memikirkan siapa lelaki yang meminta sahabatnya itu untuk pulang.

Nia sekilas menoleh ke arah Ivan. Namun sesuatu hal yang mengejutkan terjadi, belum sempat Nia menjelaskan sosok lelaki yang barusaja datang itu menyodorkan tangannya.

"Adrian, suami Nia," ucap Adri dengan memasang wajah datar.

Ivan hampir saja berteriak mendengarnya. Ia sungguh tidak bisa mempercayainya. Seakan oksigen telah habis, lenyap dari pelataran bumi. Namun sebisa mungkin dia menahan kekecewaannya. Hanya beberapa detik, Ivan kembali dengan kesadarannya. Meraih tangan Adrian dengan mantap.

"Ivan, sahabat Nia."

"Baiklah, sepertinya kita harus segera pergi!" ucap Adri pada Nia.

Wanita itu terlihat mengangguk kecil. Dengan segera Adri meraih pinggang istrinya, perlahan dia menggiring wanitanya untuk segera pergi dari sana. Pergi dari kumpulan para anak konglomerat di Surabaya.

"Maaf yah, aku pulang duluan."

"Ivan, aku pergi dulu. " pamit Nia sebelum dia benar-benar pergi dari sana.

Ivan menatap ke arah Nia dan Adri yang terlihat begitu mesra. Hatinya meringis melihatnya. .Niat com kembali ke Surabaya, mencari tahu bagaimana kabar wanita itu. Wanita cantik yang dan juga sahabatnya. Wanita yang selalu di dambakannya. Ingin dijadikan sebagai sahabat seumur hidupnya. Namun,. kenyataan berkata lain. Takdir tidak merestui keinginannya. Bahkan semua itu masih di dalam pikirannya, belum sepenuhnya memulai perjuangan. Tuhan sudah menghancurkan seluruh impiannya.

"Iya, Nia. Hati-hati."

"Bye ... next see you again, see you again, okey. "

"Hati-hati."

Terdengar suara dari teman baru Nia yang bersahutan. Namun tidak untuk Ivan. Dia bahkan tidak menyadari jika kedua tangannya terkepal kuat menyaksikan wanita impiannya sudah dimiliki oleh lelaki lain.

Nia dan Adri melangkahkan kakinya menuju pintu utama. Masih saling diam dengan memasang wajah tegang. Bahkan Adri seakan tidak ingin melepaskan pelukannya dari pinggang istrinya.

Merutuki kelakuan wanita itu yang memakai pakaian sexy diluar rumah. Dia marah, Jengkel dan kesal. Masalah dikantor sudah membuatnya pusing, kali ini melihat kelakuan istrinya membuatnya semakin pusing.

**

Kedua pasangan suami istri itu baru saja masuk kedalam kamar mereka. Tepat pukul tujuh malam mereka sampai dirumah.

Adri masih tidak mau berbicara. Bahkan untuk sekedar bertatap muka saja dia seakan begitu enggan. Hal itu membuat perasaan seorang wanita tergugah.

"Adri, Kenapa kamu diam saja? Ada apa, bicaralah?" tanya Nia pada Adri yang baru saja keluar dari walk in closet. Membawa pakaian ganti di genggamannya.

Namun Adri hanya menatapnya sekilas tanpa berniat menanggapi ucapan istrinya. Lelaki itu lebih memilih untuk segera pergi menuju kamar mandi. Saat ini hatinya sedang kacau.

"Apa yang telah terjadi padanya ? Apa dia marah padaku ? " Gumam Nia sendiri ketika dia melihat suaminya masuk kedalam kamar mandi.

**

Beberapa menit sudah berlalu. Keduanya sudah terlihat segar karena telah membersihkan dirinya. Namun Nia masih menatap bingung ke arah suaminya.

Sudah dua kali ia mengajak lelaki itu untuk turun kebawah. Bergabung dengan Sebel untuk melakukan makan malam, namun Adri tidak bergeming dari tempatnya.

Masih fokus pada layar laptopnya.

"Adri, ayo kita turun kebawah! Mami dan Papi pasti mencari kita karena tidak ikut bergabung bersama dengan mereka."

"Aku belum lapar, Nia. Kamu saja yang turun. Jika aku lapar, aku bisa mengambilnya sendiri, " ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya.

Kini Nia merasa ingin sekali menangis. Mendapati sikap suaminya yang dibilang acuh membuat hatinya meringis. Merasakan dadanya yang semakin sesak. Nia segera beranjak dari duduknya.

"Baiklah, Aku akan turun kebawah. Apa kamu ingin kuambilkan makanan atau minuman?" tawar Nia.

"Tidak perlu" balasnya

Rasanya dia benar-benar ingi. menangis. Mendapat perlakuan seperti itu, sungguh tidak diharapkan olehnya. Kini dia ingin sekali marah. Namun apa alasannya. Toh biasanya dia yang bersikap seperti itu.

Perlahan Nia berjalan keluar. Berniat untuk makan bersama dengan keluarga Martadinata yang lain. Namun, tampaknya keberuntungan tidak memihak padanya. Papi dan mami sudah tidak terlihat disana.

Sepertinya mereka sudah selesai makan.

Nia hanya makan seorang diri. Dengan menahan diri agar tidak menangis. Menahan rasa sesak yang menyiksa. Sesekali dia mengusap ujung matanya yang berair.

Tbc.

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

jgn nangis Nia, kan mertua yg suruh pake baju seksi. slow jgn takut

2022-01-21

0

Kasmawati S. Smaroni

Kasmawati S. Smaroni

makanya jangan sok tegas kamu nia,tu kan gimana rasanya di cuekin😁😁😁

2021-09-11

0

Nona Cherry Jo

Nona Cherry Jo

tuuh kan..! poin sama 1..1..

2020-11-01

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!