Air Mata Shafira

Air Mata Shafira

Bab 1 sakit nya pernikahan terpaksa.

“Wanita pemalas! Cepatlah!” Erick, pria bertubuh atletis dan berwajah tampan itu kembali memakai sambil melemparkan kemejanya ke lantai.

Ia baru saja selesai mandi dan ingin memakai pakaiannya, tapi warna kemeja yang disiapkan Shafira selalu saja salah.

“Baik, Tuan! Bagaimana dengan baju yang ini? Hanya tinggal itu yang tersisa!” Shafira berlari ke arahnya dari ruang ganti sambil menunjukkan baju yang berwarna biru navi di tangannya.

Tatapannya mengarah pada beberapa helai baju yang berserakan di lantai.

“Apa kamu buta warna? Apa itu cocok dengan celana coklat ini? Hah!” Erick kembali berteriak dengan tatapan setajam belati ke arah Shafira. Wanita itu terlihat sudah lelah karena mondar-mandir dari ruang ganti ke hadapan sang suami.

Seandainya ia bisa menolak atau membantah, maka akan ia lakukan untuk melawan. Namun, Erick bukanlah suaminya yang bisa diajak bicara baik-baik. Kalau salah sedikit saja, maka ia tak akan segan-segan memukul dan menyakitinya.

Sebenarnya Erick pria yang tampan dan Shafira nyaman saat melihat wajahnya, tapi siapa yang sangka saat mereka melihat, ternyata pria itu tidak sebaik kelihatannya. Kalau saja bukan karena amanah ibunya, mungkin ia tidak akan bisa bertahan sampai sekarang.

Pernikahan seharusnya merupakan muara cinta, tapi bagi pernikahan Shafira dengan Erick, menjadi muara penderitaannya. Mereka menikah karena perjodohan kedua orang tua, selain itu juga demi menjaga nama baik Erick dan keluarga.

Erick melakukan kesalahan karena tidak hati-hati mengemudi hingga harus mengalami kecelakaan. Naasnya lagi, dua orang yang menjadi korbannya meninggal dunia. Akibatnya pria itu harus berurusan dengan badan hukum.

Oleh karena itu, keluarga Erick pun melakukan usaha agar kasus kecelakaan tidak berlanjut ke meja hijau.

Kebetulan, ibu Shafira yang masih hidup setelah kecelakaan itu. Walaupun sempat kritis di rumah sakit, tapi ia bisa pulih dan bisa berkomunikasi. Ayah dan ibu Erick pun menggunakan kesempatan itu untuk mengajukan sebuah permintaan.

Kedua orang tua Erick ingin agar anaknya yang ceroboh itu, tidak di penjara. Mereka ingin ibu Shafira tidak mengajukan tuntutan apa pun atas kematian suaminya, yang kebetulan meninggal dunia di tempat kejadian.

“Kalau bukan permintaan Ibumu! Aku tidak akan menikah dan berhadapan dengan perempuan seperti kamu!” Erick berkata sambil merampas kemeja terakhir itu dari tangan Shafira.

Namun, sebelum memakainya, Erick sempat memukulkan kemeja itu ke wajah istrinya.

Shafira hanya diam, sejenak kemudian ia menatap suaminya dengan tatapan memelas. Ia tahu, kalau pernikahan mereka bukan disebabkan oleh kesalahannya tapi kesalahan Erick sendiri. Namun, pria itu menganggapnya sebagai penyebab segalanya.

Pria itu tak berhati. Ia menyiksa Shafira sebagai wujud kekesalannya. Hanya karena ia gagal menikahi kekasihnya.

“Bukannya kamu yang harusnya bersyukur karena pernikahan ini membuat kamu tidak di pen—“ katanya terbata-bata, suaranya gemetar penuh ketakutan.

Benar saja, ucapannya itu membuat Erick kembali naik pitam. Ia yang belum selesai memakai kemejanya, mendekati Shafira dan memelototinya, lalu ...

Plak!

Plak!

Dua tamparan keras mendarat di pipi gadis itu, hingga membekas dan terlihat bengkak, menunjukkan tamparan itu diberikan Erick dengan tenaga penuh.

“Ahk! Tuan, sakit!” Shafira merintih sambil memegangi kedua pipinya yang sudah dipenuhi dengan air mata.

Erik menjambak rambut panjang Shafira hingga kepala gadis itu mendongak dan tubuhnya yang mungil pun terangkat.

“Diam! Sudah kubilang dari awal! Apa pun yang aku lakukan padamu, jangan berteriak!” Napas Erick tersengal saat bicara, menandakan amarah yang membuncah di dadanya.

“Dengar ...! Kalau ibu sampai tahu aku melakukan ini padamu, aku tidak akan segan-segan membuangmu di jalanan! Apa kamu mengerti?”

Shafira mengangguk dengan susah payah karena posisi kepalanya yang mendongak, karena tarikan tangan Erick pada rambutnya. Ia sengaja melakukannya agar tidak terlalu sakit.

“Bagus!” Erick berkata sambil melepaskan tangan dari rambut Shafira.

“Sekarang, kamu berkemas! Kita akan pindah ke rumahku sendiri!” kata Erick sambil membereskan kancing terakhir pada kemejanya.

Shafira berjalan lemah ke ruang ganti baju untuk menuruti permintaan Erick. Sesampainya di sana, ia kembali menangis dengan membekap mulutnya sendiri kuat-kuat. Ia khawatir suaranya akan di dengar oleh Erick.

Uraian air mata di pipinya, menemani gerakannya mengambil baju yang akan ia kenakan. Selain itu, ia pun mengemas beberapa pakaian ke dalam koper, semua barang-barang itu adalah, yang ia bawa dari rumahnya dulu, saat ia baru saja menikahi pria itu.

Ia kini sudah berganti pakaian yang ia kenakan agar pantas berdiri di sisi Erick. Ia akan pergi ke tempat yang baru. Namun, Ia tidak tahu di mana rumah pribadi pria itu. Ada sedikit harapan di hatinya bahwa mungkin, akan lebih baik lagi keadaannya.

Saat Shafira sudah siap dengan pakaian dan kopernya, Erick melirik, sambil menyeringai licik di sudut bibirnya. Ia bertekad melakukan segala cara untuk membuat gadis itu tidak kuat dalam menjalani hidup rumah tangga bersamanya. Dengan begitu, ia akan segera meminta untuk bercerai darinya.

Inilah nasibnya sekarang, kehilangan kedua orang tua dalam waktu yang bersamaan. Lalu, menikah dengan pria yang tidak dikenal, dan sekarang harus mengalami penyiksaan dari hari ke hari. Hatinya terluka, bukan karena permintaan ibunya, tapi karena dugaannya salah.

Ia pikir pria yang sudah melenyapkan nyawa kedua orang tuanya itu akan bersikap manis padanya. Namun, kenyataan yang terjadi adalah sebaliknya.

Shafira tidak tahu apa kesalahannya sehingga Erik selalu menyiksanya. Sebagai istrinya, ia sudah bersikap baik dan lembut sejak ia dinikahi. Ia pandai bersikap sopan dan tenang di depan semua orang. Apalagi, bisa dikatakan jika dirinya adalah penyelamat bagi Erick dan keluarganya.

Lalu, mengapa suaminya itu berbuat demikian kejam padanya.

Shafira terlalu takut untuk jujur pada mertuanya kalau dirinya selalu disiksa anak mereka. Semua bukan tanpa alasan, melainkan Erick memintanya untuk bungkam.

Akhirnya Erick dan Shafira sudah siap akan pindah rumah, beberapa barang bawaan mereka sudab siap untuk di masukan ke dalam bagasi.

"Kenapa harus pindah rumah sih, kan di sini juga rumah besar! " kata Mirna sambil menatap

Shafira.

Perempuan itu tidak menjawab apapun ia hanya tersenyum sambil menunduk. Ia juga takut kalau ibu mertua nya sadar bahwa merah di pipi itu bukan hanya blush on akan tetapi bekas tamparan suaminya.

"Mama, kan aku sudah bilang. Kami ini menikah secara dadakan jadi butuh tempat untuk kami untuk mengenal satu sama lain" jawab Erick sambil merangkul bahu Shafira. Seolah tidak ada yang terjadi di antara mereka, ternyata dang Mama percaya dengan apa yang di ucapkan oleh sang putra.

"Baiklah kalau begitu, hati-hati di jalan. Kabari kalau kalian sudah sampai"

"Baiklah, Ma... Kami pamit"

Akhirnya Erick dan Shafira berpamitan dan semuanya sudah selesai, Mirna merasakan kesedihan harus pisah dengan anaknya meskipun masih di kota yang sama.

Erick pun melajukan kendaraan nya dengan kecepatan tinggi, sudah cukup muak ia berpura-pura baik di hadapan sang Mama. Ingin rasa ia segera sampai di rumah baru dan melampiaskan seluruh kemarahan nya.

Waktu bergulir begitu cepat, Erick sudah berhasil menghentikan kendaraan nya di sebuah rumah mewah akan tetapi terlihat sangat sepi. Tidak ada satu orang pun yang tinggal di rumah ini, Erick pun membentak Shafira agar segera turun dan membawa koper mereka untuk segera masuk.

Meskipun berat, Shafira tidak berani protes sudah pasti akan mendapatkan perlakuan kasar lagi. Jadi lebih baik ia diam dan melakukan apa yang di perintahkan oleh Tuannya.

Di saat mereka sudah berada di dalam kamar dan Shafira juga mulai merapikan barang-barang milik nya.

Erick meminta Shafira untuk membersihkan seluruh rumah ini, padahal sangat luas dan masih bersih tidak perlu di pel atau di lap.

Dengan rasa takut, Shafira mengikuti apa yang di perintah kan oleh suaminya.

Setelah memberikan perintah, Entah pergi ke mana laki-laki itu. Bahkan sepanjang hari Shafira tidak menemukan suaminya.

Hingga malam hari telah tiba, ia juga belum makan apapun. Bahkan saat ini tubuh nya terasa lelah sekali seperti mau pingsan.

Shafira membaringkan tubuh nya di atas tempat tidur, sebab rasanya ia sangat lelah sekali.

Saat Shafira sudah berada di alam mimpi, betapa kaget nya saat air membasuh wajahnya.

Dengan reflek ia langsung bangun sebab mendengar teriakan menggema di dalam ruangan.

"Enak benar kamu tidur di sini, siapa yang sudah memberimu ijin" teriak Erick dengan sorot mata tajam.

"Turun kamu! " bentak Erick sambil menarik paksa Shafira, sehingga perempuan itu terjatuh.

Sakit, itu yang di rasakan Shafira pada saat ini. Akan tetapi ia juga tidak bisa berbuat apapun, selain pasrah menerima kenyataan.

Di saat Erick hendak memukul Shafira kembali, akan tetapi terhenti dengan nada dering ponsel miliknya.

"Hallo, sayang. Aku sekarang sudah di rumah" kata Erick terhadap seseorang yang menghubungi nya.

 "Baiklah kalau begitu, sekarang istirahat. Sampai ketemu besok di kantor love you, suamiku cinta ku, belahan jiwaku"

"Kamu juga istirahat ya, istriku"

Sengaja Erick mengunakan mode pengeras suara agar terdengar oleh Shafira, bahwa dirinya bukan lah orang yang di inginkan kehadiran nya oleh Erick.

Akhirnya Erick pun memutuskan sambungan telepon nya.

"Dasar cengeng, kamu tidur di bawah jangan berani naik ke atas tempat tidur atau pun sofa! " kata Erick sambil mencengkram rahang Shafira.

Setelah berkata seperti itu, Erick menghempaskan nya dengan kasar. Lalu meninggal kan Shafira begitu saja.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

baru baca sudah mau emosi

2024-08-21

1

🤎🅜A🅜ADEVI💜

🤎🅜A🅜ADEVI💜

aku hadir Thor sesuai janji

2023-10-22

3

𖣤​᭄ اندي وحي الد ين

𖣤​᭄ اندي وحي الد ين

Duhhh mending langsung pisah aja! Percuma di lanjutin juga! Toh kamu safira masih panjang, tunjukkan bahwa kamu wanita yang bisa mandiri

2023-10-11

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!