Bab 4 Seperti iblis

Shafira yang tubuhnya sudah tanpa busana itu, dihempaskan di tempat tidur oleh Erick dengan kasar dan mengungkungnya. Tatapan keduanya beradu dalam ketajaman yang berbeda.  

“Kita ini suami istri, Mas! Haruskah sikapmu kasar begini?” kata Shafira.

“Diam!”

Erick menatap istrinya dengan tatapan penuh kebencian, sedangkan Shafira menatap suaminya dengan penuh permohonan agar ia tidak melakukan kekerasan.  

Sebenarnya kebencian di dalam hati Erick dipicu oleh beberapa macam hal, selain benci karena dipaksa untuk menikahinya, di lain sisi ia juga benci pada dirinya sendiri yang tidak bisa mengendalikan diri setiap kali berdekatan dan melihat tubuh istrinya itu.

“Haruskah aku menjadikan dia istriku yang sebenarnya?” Seperti itu, kadang Erick berpikir dalam kegamangan.

Ada sisi terdalam di hatinya yang merasa miris saat melihat bekas-bekas luka lebam di sekujur tubuh Shafira. Namun ia juga begitu mencintai Wulan, wanita itulah yang sudah menguasai hatinya selama ini. Kehadiran Shafira sebagai istrinya merupakan pengganggu hubungan mereka tetapi naluri kelelakian nya berkata lain.

“Bagaimana aku harus diam kal—“ ucapan Shafira terputus saat Erik membenamkan bibirnya. Kuluman bibir itu sebenarnya akan sangat memabukkan kalau dilakukan oleh orang yang sama saling mencintai dan juga penuh kelembutan.

Namun Erick melakukannya dengan sangat kasar. Bahkan, sesekali beradu dengan gigi hingga kerap kali bibir Shafira pun berdarah. Sementara perempuan itu tidak membalas ataupun menolak ia hanya pasrah sepenuhnya. Sikapnya inilah yang terkadang membuat gemas pria yang sekarang berada di atas tubuhnya.

Erick sudah sering melakukan hubungan dengan Wulan, tetapi jika melakukannya dengan Shafira akan terasa berbeda. Wanita itu begitu menurut dan lembut, berbeda dengan Wulan yang terkesan binal saat melakukan percintaan bersamanya.

“Uuh!” lenguh Safira dengan keras sambil memiringkan kepalanya saat di dalam mulutnya mulai merasakan perih dan berdarah.

Erick pun melepaskan pagutan bibirnya sambil menyeringai, ia menyeka ludah yang bercampur darah di sudut bibirnya dengan punggung tangannya. Ia pun melakukan hal yang sama pada bibir Shafira.

“Kamu seperti ib—“

Plak!

Ucapan Shafira terputus oleh tamparan keras di pipinya, hingga wajah gadis itu merah lebam karena tamparan suaminya.

Erick tahu apa maksud ucapan Shafira itu yang mengumpat jika diri sikap dirinya seperti iblis. Dia tidak rela diumpat seperti itu, oleh wanita yang dianggapnya harus menurut dan tunduk di bawah kakinya.

Wajah Shafira mulai menunjukkan rasa tak berdaya hingga Erick melihat dengan jelas matanya berkaca-kaca namun hal itulah yang memicu hasratnya untuk terus melakukan kekerasan kepadanya.  

Pria itu pun kembali melakukan aksinya untuk memuaskan diri sekaligus, menyiksa wanita yang kini diam saja, saat ia mulai bergerak dengan kasar. Ia benar-benar sudah gila dibuatnya, kepasrahan Shafira yang seperti itulah yang disukainya. Ia bebas melakukan beberapa gaya walaupun, wanita itu sudah meringis karena menahan rasa sakit. Bukan kenikmatan yang didapatkannya, melainkan rasa perih yang luar biasa.

Berbeda dengan Erick, pria itu terus mendapatkan percikan-percikan kembang api kenikmatan, dari perempuan yang digagahinya hanya untuk menyiksanya.

“Apa yang akan kamu lakukan, Mas? Bukankah sudah cukup? Aku sudah capek, Mas!” Shafira berkata sambil menghiba, ketika Erick turun dari tempat tidur sambil menarik tangannya secara keras. Sepertinya pria itu akan kembali melakukan aksinya di atas sofa dengan gaya yang berbeda.

“Diam! Kamu pikir itu cukup? Tidak!” kata Erick, “Kamu harus tahu kalau Wulan juga terluka karena aku menikahimu!”

“Tapi aku—Ahk!”

Plak!

Erik kembali menampar Shafira yang ingin membela diri.

“Seharusnya kamu menolak dari dulu untuk tidak menikah denganku jadi salah kamu sendiri kenapa kamu mau!”

“Tapi, bukannya pernikahan ini juga menguntungkan kamu, Mas?”

Erick hanya menyeringai saja dan terus menarik dengan kasar tubuh perempuan yang sudah lemah itu di atas sofa.  

Erick terus beraksi hingga ia mendapatkan percikan kembang api kenikmatannya kembali. Ia benar-benar tak perduli saat melihat lelehan air mata di pipi Shafira dan juga bibirnya yang terus merintih. Suara lembutnya justru seperti pemicunya untuk lebih semangat lagi.

Namun, kali ini Erick benar-benar sudah lelah setelah mendapatkan percikan kembang api terakhirnya. Hasratnya sudah terpuaskan dengan sempurna. Mengeluarkan kenikmatan itu sudah membakar energinya hingga ia terduduk lemah serta memejamkan mata di sofa.

Shafira beringsut untuk berdiri dari sofa, ia ingin pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri lalu mengobati lukanya. Di sela-sela aktivitasnya tadi Erick beberapa kali mencubit serta memukul tubuhnya karena gemas. Shafira tidak mengerti apakah memang suaminya itu penganut bdsm atau semacamnya, karena sering melakukan kekerasan saat bercinta dengannya.  

Bukan hanya area sensitifnya saja yang terluka, bibir dan juga lengan serta paha juga memar semua.

Namun, baru satu langkah ia meninggalkan sofa seolah-olah tubuhnya lemas karena di area pangkal pahanya begitu sakit pinggang dia susah sekali berjalan.

“Ya Tuhan! Apalagi yang harus aku lakukan, apa aku harus diam di tempat tidur?”

Saat itu Shafira kebingungan, seandainya ia meneruskan untuk beristirahat saja, mungkin akan lebih banyak penyiksaan yang ia dapatkan dari suami dan juga wanita simpanannya. sementara bila ia memaksakan berjalan dan melakukan aktivitas lainnya, maka dirinya sendiri yang tidak kuat untuk melakukannya.

Erick sudah melakukannya beberapa kali, tapi saat ini ia seolah menjadi perawan kembali. Ada bercak darah yang ia lihat di pangkal pahanya, semua karena suaminya yang berubah menjadi iblis saat melakukannya.

Tiba-tiba Shafira teringat ketika di rumah sakit dulu, saat ia duduk di sisi sang ibu yang tak berdaya. Ia tidak tega menolak keinginan ibunya untuk menikah dengan Erick. Wanita yang sedang dalam keadaan terluka parah itu, menatapnya penuh dengan permohonan.

“Shafira, menikahlah dengan Nwk Erick ...! Biar kamu tidak tinggal sendiri, ibu belum tentu bisa bertahan lebih lama lagi,” kata ibunya waktu itu.

“Tapi, Bu?” Safira menatap Erik dan juga ibunya secara bergantian dengan perasaan tak percaya kalau dirinya harus menikah dengan pria yang sama sekali tidak dikenalnya.

Saat itu juga, kedua calon mertuanya mengusap bahu Shafira dengan lembut dan penuh senyum manis, mengharapkan persetujuan itu. Merekalah yang meminta pada ibu Safira agar Safira mau menikah dengan Erik demi membebaskan anak itu dari tuntutan penjara.  

Mereka berdua juga berharap Safira dan ibunya tidak menuntut Erik ke pengadilan karena perbuatannya.  

“Shafira, dengar kata ibumu kasihan kalau ibumu yang sakit ini tidak Kamu turuti keinginannya,” kata calon mertuanya waktu itu membujuknya.  

“Iya, Nak. Kamu tenang saja mereka yang akan menyiapkan semua urusan pernikahannya.” ibu Safira kembali menenangkan anaknya hingga akhirnya Safira pun luluh dan mau menikah dengan Erik.

“Bauklah, Bu, kalau itu bisa membahagiakan ibu!” kata Shafira.

“Oh, baguslah!” seru kedua orang tua Erik secara bersamaan.

Saat itu dalam bayangan Safira, Eric pria yang cukup tampan. Walaupun, dia terkesan dingin dan tidak ramah, tetapi ia yakin bahwa ada sisi kebaikan di setiap hati manusia. Apalagi Erik mau menikah juga, yang artinya pria itu tertarik pula padanya.  

Ia berharap kalau Erick kelak akan menyayangi dengan sepenuh hati, mengingat pernikahan mereka adalah demi menyelamatkan nama baiknya sendiri.

Namun, siapa sangka akhirnya pernikahan mereka akan seperti ini jadinya. Kekerasan yang dilakukan suaminya sudah menyiksanya lahir dan batin.

Shafira kembali mengenang bagaimana akad nikah itu pun akhirnya dilangsungkan secara hikmat. Meskipun tempatnya di rumah sakit, pakaiannya sederhana, serta peralatan dan juga makanan yang seadanya, ia cukup bahagia. Harapan yang sangat besar ia gantungkan pada laki-laki yang kini sudah resmi menjadi suaminya.

Wanita itu bertekad akan menjaga sepenuhnya tali suci, yang sudah diucapkan dan ditandatangani oleh mereka berdua dengan penuh kesadaran. Ini adalah ikatan kuat yang diucapkan dengan nama Tuhan, Ia tidak akan mempermainkannya walau apa pun yang terjadi.

Terpopuler

Comments

🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀MD.HIAT💜⃞⃟𝓛

🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀MD.HIAT💜⃞⃟𝓛

lanjut aja 🔥🔥🔥

2023-10-22

2

Nurhartiningsih

Nurhartiningsih

bodoh....kok mau aja disiksa begitu.gemes jadinya.sebel

2023-10-03

3

¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻

¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻

makin parah ini sihh.. sampai kpn Shafira akan diam bertahan dg semua siksaan Erick?

2023-08-28

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!