BAB 2 Alasan pindah Rumah

Sementara itu, Shafira yang duduk terpaku di lantai, hanya bisa bicara dalam hati dengan berurai air mata.

“Ibu, kenapa Ibu menjodohkan aku dengan pria seperti dia? Sungguh aku lebih baik sendiri dari pada harus terluka setiap hari. Seharusnya dia bersyukur, kan, Bu? Karena menikah denganku dia tidak di penjara! Semoga aku bisa tetap sabar, menjalankan amanah Ibu dan menjaga ikatan suci ini, walaupun suamiku sangat kejam,? Gumamnya, sambil memeluk lututnya.

Shafira menangis di pojok kamar, sungguh malang sekali nasibnya.  

Harapan sang ibu ia akan hidup bahagia setelah menikah, namun nyatanya hanyalah penderitaan yang di dapatkan nya.  

Sementara Erick pergi meninggalkan istrinya begitu saja, dan menuju ke ruang kerja. Setelah memperlakukan Shafira layaknya bukan manusia.  

Puas rasanya bisa membuat istrinya sakit hati, ia yakin kalau tak lama lagi, kesabaran wanita itu akan habis, dan mereka segera bercerai. Lalu, ia bisa menikahi Wulan Gayatri?kekasihnya.

Erick Santhos, pria berkulit putih dengan rahang tegas dan berhidung mancung itu, memiliki mata hitam legam yang sering memberikan tatapan tajam pada lawan bicaranya. Alisnya tebal dan lancip, menambah ketampanan serta, menunjukkan kedudukan pria kelas atas pada umumnya. Namun, siapa yang menyangka kalau ia tega menyakiti Shafira, wanita yang sengaja ia nikahi demi terbebas dari jeratan hukum akibat perbuatannya.

Erick mengacak rambutnya kasar mengingat bagaimana kecelakaan itu terjadi. Ia memang lalai dan tidak hati-hati, saat mengendarai super car yang dikendarainya sendiri. Kalau tidak banyak orang yang melihat, ingin rasanya melarikan diri. Ia sedang terburu-buru karena ada rapat penting. Seandainya ia terlambat sedikit saja, maka tender perusahaan akan jatuh ke tangan pihak lain.  

Alhasil, karena kecerobohannya ia menabrak dua orang tua. Ia tidak mengurangi tekanan pada gas mobilnya saat berada di tikungan jalan, menuju tempat di mana tender akan dilangsungkan.  

Para korban itu memiliki seorang anak wanita satu-satunya yang bernama Shafira Aida Azahra. Ayahnya meninggal di tempat saat itu juga dan ibunya di nyatakan kritis setelah di bawa ke rumah sakit. Saat terlepas dari kritis, wanita itu meminta agar Erick yang sudah menabraknya, untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kedua orang tua pun semuanya setuju.  

Atas dasar itulah akhirnya mereka menikah. Erick dipaksa untuk menjalani hidup berumah tangga dengan Shafira—seorang gadis yang sama sekali tidak di kenalnya.

Keesokan harinya.  

Seperti biasa Shafira, selalu menyiapkan sarapan aupun makan malam untuk suaminya, meskipun Erick tidak pernah memakannya. Ia terus melakukan kewajiban nya sebagai seorang istri, karena Shafira tidak ingin menodai janji suci pernikahan yang di lakukan di hadapan Tuhan.  

“Mas, sarapan dulu aku sudah menyiapkan nya! “ Shafira berkata dengan nada bicara yang lembut, meskipun tidak pernah mendapatkan perlakuan baik dari sang suami ia tetap menjadi istri yang selalu melayani suaminya.  

Bagi Shafira kesakitan yang ia dapatkan setiap hari dari sang suami itu sudah mampu membuat ia kuat. Ia berfikir bahwa tidak semua yang orang tua pilih untuk anaknya akan membuat bahagia, bukti nya sekarang Shafira malah semakin menderita. Akan tetapi ia selalu tersenyum di balik rasa sakit yang di terimanya setiap hari.  

“Sudah, hentikan drama receh mu. Jangan harap dengan kamu memperlakukan ku seperti ini, aku akan berbuat baik padamu. Saya sudah tahu niat buruk kamu, sengaja mengorbankan orang tuamu hanya untuk masuk ke keluarga saya. Ini cara kalian untuk mendapatkan kekayaan yang instan” kata Erick dengan nada bicara penuh penekan.  

“Jaga bicara mu, kedua orang tua saya jauh lebih berharga dari semua harta yang kamu miliki. Jika semua harta mu bisa mengembalikan orang tuaku maka lakukan itu sekarang, dan aku akan pergi jauh dari hidup mu.” Jawab Shafira dengan nada bicara bergetar, ia masih mampu bertahan airmata saat di perlakuan kasar akan tetapi Airmata begitu mudah untuk meleleh saat Erick menyebutnya telah mengorbankan orang tua demi harta.  

Seketika Erick terdiam.

Setelah mendengar perkataan Shafira seperti itu, ia pergi begitu saja. Memang benar apa yang di katakan oleh istrinya, seberapa banyak harta yang kita miliki tidak akan mampu mengembalikan orang yang sudah meninggal.  

Erick akan segera pergi ke kantor, mengingat hari juga semakin siang.  

Ia pergi ke kantor tanpa menggunakan sopir pribadi, setelah berada di dalam kendaraan ia langsung menginjak gas dengan kencang.  

Waktu bergulir begitu cepat, kendaraan yang di tumpangi Erick melaju dengan kecepatan tinggi.  

Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di kantor, kendaraan berhenti dengan sempurna.  

Erick melangkah kan kakinya untuk segera masuk ke dalam gedung tinggi yang ada di hadapan nya, seperti biasa kedatangan nya akan selalu di sambut hangat oleh Wulan.  

Sudah bukan rahasia umum lagi, kedekatan di antara keduanya.  

Meskipun Erick sudah menikah, akan tetapi Wulan sebagai kekasih yang di tinggal nikah karena insiden itu.  

Wulan langsung bergelayut manja terhadap Erick, dan mereka akan saling melepaskan kerinduan di ruang kerja Erick.  

Keduanya sudah berada di dalam ruangan, Wulan duduk di pangkuan Erick sambil mengalungkan tangannya di leher Erick.  

“Sayang jadi kan nanti sore aku pindah ke rumah mu? “ tanya Wulan, untuk memastikan bahwa pembicaraan nya tadi malam bukan lah janji palsu dari sang kekasih.  

“Ya tentu jadi sayang, kan aku sudah berjanji sama kamu. Dengan cara itulah kita bisa mengusir nya dengan perlahan, dia nggak mungkin sanggup melihat kemesraan kita!” jawab Erick sambil tersenyum manis, setelah berkata seperti itu ia mengecup bibir Wulan dengan singkat.  

“Ko, rasanya beda yah, lebih nikmat punya perempuan sialan!” batin Erick sambil menatap lekat wajah Wulan.  

“Ya sudah kalau begitu, aku lanjut kerja dan semoga kita bisa pulang cepat. Aku sudah tidak sabar ingin melihat reaksi perempuan pembawa sial itu,” kata Wulan sambil turun dari pangkuan Erick.  

“Semangat bekerja yah, Sayang!”  

Akhirnya Wulan pergi meninggalkan Erick di ruangan nya.  

Waktu bergulir begitu cepat, sore hari telah tiba seluruh karyawan kantor satu persatu keluar dari gedung.  

Begitu juga dengan Wulan dan Erick, kedua nya tampak bahagia keluar bersama dengan cara bergandengan.  

Wulan tidak mersa malu bertingkah seperti itu padahal jelas Erick sudah menikah, walaupun pernikahan nya terpaksa. Tetap saja status Erick sebagai suami orang.  

Keduanya sudah berada di dalam kendaraan dan sudah siap untuk pulang bersama.  

Erick melajukan kendaraan nya dengan kecepatan tinggi, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk segera sampai di kediaman nya.  

Setelah sampai di halaman rumah, Erick dan Wulan keluar dari dalam kendaraan lalu masuk ke dalam rumah dengan cara bergandengan tangan.  

“Siapa dia? “ tanya Shafira saat melihat suaminya datang dengan membawa perempuan lain ke rumah.  

“Kenalin—aku Wulan, calon istri dari Mas Erick!” kata Wulan dengan senyuman mengembang di bibir nya.  

“Sekarang tolong rapikan pakaian mu yang ada di kamar atas dan pindahin ke kamar tamu karena mulai saat ini kamar itu akan di tempati Wulan! “ kata Erick sambil menatap tajam wajah Shafira.  

Jleb, rasanya seperti di hantam bongkahan batu, hati Shafira hancur berkeping-keping. Di usir dari kamar oleh suaminya hanya untuk memberi tempat untuk perempuan lain.  

Tidak akan pernah ada seorang perempuan yang rela tinggal satu atap bersama selingkuhan suaminya, walaupun pada kenyataannya Shafira yang datang ke kehidupan Erick dan menjadi

penghalang cinta mereka. Akan tetapi tetap saja Shafira tidak terima jika Wulan tinggal di rumah itu bersama.

“Kenapa harus tinggal di sini, kalian punya duit banyak untuk membeli apartemen dan bisa tinggal bersama di sana. Tanpa harus mengganggu aku di sini”  

“Setuju atau tidak, saya akan tetap tinggal di rumah ini, sebab rumah ini milik Erick dan itu artinya Milik aku juga” Wulan menimpali ucapan Shafira.  

“Ayok sayang, kita ke kamar. Oh iya, jangan lupa siapkan makan malam untuk kita! “ kata Erick sambil menatap Shafira dengan penuh kebencian.  

Shafira pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam, dengan perasaan tak berdaya, sedangkan Wulan dan Erick pergi ke kamar di sini terlihat dengan jelas bahwa, mereka seperti sepasang suami istri sedangkan Shafira seperti pembantu saja.

Terpopuler

Comments

guntur 1609

guntur 1609

bodoh kau safira mau ja dibtindas sepwrti tu

2024-05-18

0

ꪶꫝMAK DEVI ♉

ꪶꫝMAK DEVI ♉

sabar sabar 🤧🤧🤧

2023-10-22

3

𖣤​᭄ اندي وحي الد ين

𖣤​᭄ اندي وحي الد ين

Si erik ini lama lama juga akan kena karmanya! Toh dia udah nyakitin perempuan itu sama saja menyakiti ibunya

2023-10-11

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!