Pada pagi hari di tepi Sungai Kali Mas, pasukan Mongol yang dipimpin oleh Shi Bi dan Guo Xing, bersama dengan Arya Wiraraja, berkumpul untuk memulai pelaksanaan rencana mereka. Semangat dan tekad membara terpancar dari wajah setiap prajurit yang hadir, karena mereka tahu bahwa mereka akan menghadapi tugas penting dalam melaksanakan serangan ke Kerajaan Singasari.
Arya Wiraraja berdiri di tengah-tengah mereka, memberikan panduan dan informasi tentang kerajaan Singasari. Dengan peta dan gambaran yang jelas, ia menjelaskan letak benteng-benteng pertahanan, wilayah yang strategis, dan potensi tantangan yang mungkin mereka hadapi.
"Kita harus bekerja sama dalam menghadapi setiap rintangan yang mungkin muncul," kata Arya Wiraraja dengan suara yang penuh semangat. "Kerajaan Singasari memiliki benteng-benteng pertahanan yang kuat, dan kita harus memiliki strategi yang cerdas untuk mengatasi mereka. Kekompakan dan koordinasi adalah kunci keberhasilan kita dalam misi ini."
Prajurit-prajurit Mongol mendengarkan dengan penuh perhatian, menyerap setiap kata yang diucapkan oleh pemimpin mereka. Mereka tahu bahwa informasi dan saran dari Arya Wiraraja akan menjadi faktor penentu dalam keberhasilan serangan ini.
Guo Xing mengangguk, "Kami siap melaksanakan tugas ini dengan tekad yang kuat. Kami akan mengikuti rencana dengan ketat dan melakukan yang terbaik untuk mencapai tujuan kita."
Shi Bi menambahkan, "Kami akan memanfaatkan kejutan dan keterampilan kita dalam serangan ini. Kita akan menunjukkan kepada Jayakatwang bahwa kita tidak akan membiarkan tindakannya berlarut-larut."
Para prajurit mendengarkan dengan perhatian yang intens, memvisualisasikan dalam pikiran mereka bagaimana rencana ini akan berlangsung. Mereka tahu bahwa kesuksesan rencana ini bergantung pada koordinasi dan kedisiplinan mereka.
Arya Wiraraja melanjutkan dengan penuh rinci, menjelaskan bagaimana mereka akan memanfaatkan celah untuk memasuki kerajaan Singasari. "Terdapat sebuah sungai kecil yang mengalir dari Sungai Kali Mas menuju wilayah Singasari. Sungai ini digunakan sebagai jalur irigasi, dan didekat sungai itu, terdapat gerbang darurat yang tersembunyi. Namun kita dapat membuka gerbang ini dari dalam karena gerbang itu tidak pernah dibuka sama sekali."
"Ketika kita telah berhasil memasuki wilayah Singasari," lanjut Arya Wiraraja, "kita akan bergerak dengan cepat dan diam-diam. Prioritas utama kita adalah mengamankan pusat kerajaan dan mengendalikan situasi. Bersama-sama, kita akan mengejutkan mereka dan memastikan bahwa kita mendapatkan kendali atas wilayah ini."
Guo Xing bertanya, "Bagaimana dengan perlawanan yang mungkin kita hadapi?"
Arya Wiraraja tersenyum, "Inilah mengapa kita harus bergerak cepat dan cerdas. Dengan mengambil mereka dengan kejutan, kita akan mengurangi risiko perlawanan yang signifikan. Ingat, kerajaan singasari tidak akan siap untuk serangan tiba-tiba ini."
“Berarti kita harus menyamar untuk masuk dari pintu depan kemudian membuka pintu darurat dari belakang” ucap Shi Bi menyampaikan pendapatnya.
“Benar kita harus menyamar, namun untuk melakukan penyamaran akan sangat susah karena saya sangat dikenal di kerajaan singasari” ucap Arya Wiraraja.
“benar, kami juga tidak bisa karena wajah kami sangat bisa dikenali” Ucap Shi bi membenarkan.
Para prajurit sontak langsung memandang Halraf, mereka melihat wajah jawa yang khas dari Halraf. Shi Bi kemudian merangkulnya dan berkata. “Kamu kandidat yang cocok untuk penyamaran ini Hal” Halraf mau tidak mau harus melaksanakan tugas ini. Merasa semakin yakin dengan dengan Halraf, Semangat pasukan mongol semakin menggebu-gebu. Mereka siap untuk melaksanakan tugas ini dengan tekad yang kuat dan keyakinan yang tinggi.
Setelah semua instruksi dan saran telah diberikan, pasukan pun bersiap untuk bergerak. Dengan peralatan yang siap dan tekad yang tak tergoyahkan, mereka bersiap untuk memasuki wilayah Singasari dan menghadapi segala tantangan yang mungkin muncul. Dalam semangat yang kuat, mereka siap melangkah maju menuju tujuan yang telah ditetapkan, siap untuk melaksanakan rencana mereka dengan penuh kedisiplinan dan tekad yang tulus.
Shi bi melihat para prajurit dengan bangga, menyadari bahwa mereka adalah bagian dari tim yang kuat dan tekun. "Kita bergerak bersama menuju tujuan kita," katanya dengan keyakinan yang tulus. "Kerajaan Singasari akan menjadi langkah pertama dalam menjalankan rencana kita untuk menghadapi Jayakatwang. Dengan kerja keras, kedisiplinan, dan semangat bersama, kita akan mengatasi semua rintangan dan membuat kaisar kita bangga."
Di tengah kemegahan pasukan, Shi Bi, Guo Xing, dan Ike Mese berdiri sebagai komandan utama yang membimbing dan memimpin pasukan mereka. Para Panglima ini telah bekerja keras sejak dini, merancang dan mempersiapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengendalikan pasukan yang beragam, termasuk kavaleri, infantri, dan armada laut.
Shi Bi, dengan pakaian perangnya yang mencerminkan kedudukannya sebagai Panglima, berkumpul dengan para komandan kapal di depan armada laut "Kita harus memastikan kapal-kapal bergerak bersama dengan lancar menuju hulu sungai."
Sementara itu, Guo Xing dan Ike Mese berkumpul dengan para komandan pasukan kavaleri dan infantri di daratan. Mereka mengatur barisan dan memastikan setiap prajurit memahami peran dan tanggung jawabnya. Guo Xing memberikan instruksi dengan tenang, "Pastikan kavaleri dan infantri tetap terkoordinasi. Jika ada serangan dari darat, kita harus siap untuk melindungi jalur kapal dengan baik."
Ike Mese, seorang ahli dalam navigasi maritim, memeriksa peta dengan seksama bersama dengan para navigator di dekatnya. "Kita harus memanfaatkan arus yang mengalir dengan lancar di sungai. Kepada para komandan kapal, pastikan Anda mengikuti rute yang telah dirancang dengan hati-hati."
Sementara persiapan terus berlangsung, armada laut di bawah komando Komandan kapal memastikan bahwa kapal-kapal mereka siap untuk berlayar. Para pelaut bekerja cepat dan hati-hati, memeriksa tali, dayung, peralatan navigasi, dan perbekalan yang diperlukan selama perjalanan. Setiap detail diperhatikan dengan cermat untuk memastikan keselamatan dan kesuksesan perjalanan.
Saat matahari semakin tinggi di langit, pasukan Mongol yang terdiri dari kavaleri dan infantri telah berkumpul dengan rapi di tepi sungai. Guo Xing dan Ike Mese memimpin para komandan untuk memberikan arahan terakhir sebelum bergerak. "Kami harus bergerak maju dengan tenang dan hati-hati," kata Guo Xing dengan suara yang menggetarkan. "Ingat, tujuan kita adalah mengendalikan Tumapel dan melawan Jayakatwang. Kedisiplinan dan koordinasi adalah kunci."
Sementara itu, armada laut telah bersiap dan berada di posisi, siap untuk berlayar menuju hulu sungai. Shi Bi memeriksa setiap kapal dengan pandangan tajam. "Setelah kita berlayar, kita harus tetap teratur dan menjaga formasi. Ingat, tujuan kita adalah mencapai Singasari dan mengamankan wilayah itu."
Dengan persiapan yang matang dan semangat yang tinggi, pasukan Mongol dan aliansi mereka dengan Arya Wiraraja siap melanjutkan perjalanan mereka menuju Singasari. Dengan hati yang penuh tekad, para prajurit mengangkat senjata mereka dan bersiap untuk menghadapi apa pun yang mungkin muncul di depan. Perjalanan menuju hulu sungai dan wilayah Singasari telah dimulai, dan mereka bergerak maju dengan keyakinan penuh dalam langkah-langkah mereka.
Setelah perjalanan yang panjang dan melelahkan, pasukan Mongol dan aliansi mereka Arya Wiraraja akhirnya tiba di wilayah Singasari. Armada laut berlabuh di tepi sungai, sementara pasukan darat telah tiba di pesisir. Para prajurit berhenti sejenak, memungkinkan mereka untuk bernapas dan meregangkan kaki mereka setelah perjalanan yang melelahkan.
Shi Bi melangkah maju, memimpin para prajurit dan komandan menuju pusat pasukan. Dengan suara lantang, dia memberikan perintah, "Pasukan kavaleri bersiap untuk menerobos gerbang utama! Pasukan infanteri bagian pemanah akan dipimpin oleh laksamana Guo Xing, untuk pasukan infanteri berpedang ikut denganku masuk mengendap endap lewat pintu darurat singasari yang akan di buka oleh Halraf”
Halraf, seorang prajurit yang telah ditunjuk untuk tugas ini, dengan terpaksa mengangguk patuh. Dia naik kuda dengan lincah dan berjalan menuju benteng kerajaan Singasari yang terletak tak jauh dari sana. Mengenakan pakaian zirah yang lengkap dan pedang di punggungnya, ia juga membawa beberapa perlengkapan senjata agar penjaga tidak curiga jika ia seorang prajurit.
Guo xing memerintahkan para pemanah untuk menyebar mendekati benteng Singasari, dan bersembunyi di balik pohon-pohonan, mereka mengawasi para penjaga benteng itu. Terdapat beberapa penjaga pemanah di sana.
Sementara Shi bi memimpin pasukannya untuk masuk melalui gerbang darurat, dengan cermat, ia memeriksa sekelilingnya dan memastikan tidak ada yang mengawasinya. Dalam gerakan yang cepat dan cekatan, pasukan Shi bi tiba di dekat gerbang. Gerbang itu terbuat dari kuningan yang sangat kuat dan tertutup sangat rapat. Pasukan Shi bi bersembunyi membelakangi benteng dan tetap merunduk agar terhindar dari pengawas penjaga yang berdiri di atas mereka.
Sedangkan ike mese tetap berada di kapal bersama Arya Wiraraja dan beberapa pasukan mongol. Mereka menjaga kapal-kapal agar musuh tidak bisa menyerang atau menghancurkan kapal, dan juga melihat peluang mereka dalam pertempuran yang akan datang
Halraf yang sedang menyamar menjadi pedagang perlahan memasuki gerbang. Terdapat penjaga yang membawa perisai dan pedang di kedua sisi gerbang, kemudian penjaga itu memberhentikan Halraf.
“Tuan prajurit, Anda dilarang masuk kecuali jika ada menunjukkan beberapa dokumen kepentingan Anda” ucap salah satu prajurit.
“Tuan penjaga, aku bukanlah prajurit, aku hanyalah rakyat jelata yang ingin menjual barang-barangku di kerajaan singasari ini”
“Lalu mengapa kau menggunakan zirah lengkap dan berpedang?”
“Oh ini untuk perlindungan Tuan, karena aku berasal dari negeri timur sana tuan” ucap Halraf mencoba menyakinkan.
“Coba biar saya lihat dulu apa saja yang kau bawa” ucap penjaga menghampiri Halraf.
Halraf kemudian turun dan membukakan perlengkapannya yang berada di atas kuda. Ia memperlihatkan kepada penjaga beberapa senjata seperti pedang, anak panah dan bubuk mesiu. Ia menjelaskan bahwa ia seorang pengrajin yang ingin berdagang. Setelah penjaga itu mempercayai Halraf, ia pun di persilahkan masuk.
Halraf naik kembali kuda dan memasuki gerbang utama. Di dalam, dia melihat hiruk pikuk kehidupan di kerajaan ini, banyak pedagang-pedagang yang berlapak di pinggiran jalan dan juga prajurit penjaga yang berkeliaran, rumah-rumah beratap jerami dan berjejer rapi melengkapi keramaian di kerajaan ini.
Halraf turun dari kudanya dan menggendong perbekalannya. Ia berjalan mencari letak gerbang darurat. Saat berjalan melewati beberapa penduduk, ia mendengar bisikan-bisikan tentang kekuasaan Jayakatwang dan kondisi kerajaan Singasari yang tidak stabil. Halraf pun memberanikan diri untuk menanyakan gerbang darurat kepada para penduduk itu.
“Tuan, saya ingin menemui Maharaja Kertanegara apakah Anda tahu dimana letak istana?”
“Hey, Maharaja Kertanegara telah tiada, kini yang menggantikan adalah raja Jayakatwang, beliau tidak ada di istana!” ucap salah satu penduduk sedikit kesal karena diganggu.
“Lalu akan kuberikan kepada siapa ini perlengkapan perang yang di pesan Maharaja Kertanegara untuk berperang” ucap Halraf sedikit memelas.
“Apa? Perang?” jawab penduduk itu terkejut dan menunjukkan rasa antusias.
“Aku juga sedang mencari pintu darurat untuk keluar dari istana jikalau perang benar-benar terjadi tuan” ucap Halraf mengungkapkan topik utama.
“Pintu darurat tidak akan dibuka, kecuali memang benar-benar darurat dan letaknya juga tersembunyi”
“Memangnya dimana letaknya tuan?”
“Letaknya di pojok selatan sana”
Halraf langsung bergegas menuju pintu darurat, ia melihat lorong yang gelap dan sempit. Dia meraba-raba setapak demi setapak, mengandalkan naluri dan penglihatannya yang tajam. Lorong itu akhirnya membawanya ke sebuah pintu kuningan, ia kemudian membuka palang pintu itu.
Diluar pintu itu Shi Bi dan beberapa pasukan menyambutnya, kemudian mereka masuk. Para prajurit mongol dengan beringas berlarian menyebar ke rumah-rumah, menakut-nakuti penduduk bahkan membunuh mereka.
Prajurit penjaga mencoba memberikan perlawanan kepada prajurit mongol sedangkan penjaga yang menjaga diatas benteng mencoba membidik mereka. Namun Shi Bi dengan spontan langsung mengumandangkan sangkakala perang.
Guo xing yang mendengar sinyal dari Shi bi, langsung melancarkan aksinya. Pemanah yang tadinya sembunyi, keluar dan meluncurkan anak panah mereka ke penjaga yang berada di atas benteng. Penjaga itu tewas satu persatu dan jatuh ke tanah.
Sedangkan Pasukan kavaleri melangkah dengan penuh keberanian menuju gerbang benteng yang menjulang tinggi. Para pasukan kavaleri ini bukanlah sekadar tentara biasa, tetapi pilihan dari kesatria-kesatria terbaik dalam kerajaan mongol. Setelah perjalanan panjang dan menghadapi berbagai rintangan, saatnya bagi mereka untuk beraksi di medan perang. Dengan pedang-pedang terhunus dan tombak-tombak teracung, mereka maju dengan penuh semangat dan tekad untuk memenangkan pertempuran.
Ketika pasukan kavaleri akhirnya memasuki benteng, mereka menyambut serbuan dengan kemarahan yang membara. Pedang-pedang mereka berayun dengan lincah, menghancurkan setiap rintangan yang ada di hadapan mereka. Para prajurit yang mencoba menghentikan laju mereka tidak berdaya menghadapi kekuatan dan kecepatan serangan kavaleri.
Akhirnya, dengan semangat tak tergoyahkan dan keberanian yang luar biasa, pasukan kavaleri berhasil merebut benteng dari tangan musuh. Bendera mongol berkibar di atas menara benteng, menandakan kemenangan gemilang mereka. Ketangguhan pasukan kavaleri telah membawa kemenangan bagi mereka. Dalam sorak-sorai kemenangan dan riuh-riuh kebanggaan, mereka merayakan kemenangan pertempuran pertama di dalam istana Singasari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments