Dalam gelapnya malam yang semakin mendalam, kapal-kapal Mongol terus meluncur di atas permukaan laut yang tenang. Di atas kapal utama, Panglima Shi Bi masih merasa geram dan marah atas ketidakwaspadaan pasukannya. Ia tahu bahwa tindakan keras diperlukan untuk mengingatkan para prajurit tentang pentingnya kedisiplinan. Sebagai pemimpin pasukan, ia telah mengharapkan agar pasukannya berjaga-jaga dan tetap waspada, terutama di lingkungan yang tidak dikenal.
Panglima Shi Bi, yang dikenal sebagai komandan tegas dan disiplin, tidak bisa menyembunyikan kemarahannya. Ia berjalan dengan langkah berat di atas kapal utama, wajahnya memancarkan ekspresi yang gelap dan kesal. Dengan langkah tegas, ia berjalan di antara para prajurit yang duduk bersama di dek kapal.
Dengan langkah panjang, Shi Bi berjalan di antara pasukannya yang terlihat lemah dan lesu. Ia berbicara dengan nada keras, memprotes ketidakdisiplinan dan ketidakwaspadaan yang diperlihatkan oleh pasukannya. Suasana di atas kapal berubah menjadi tegang, dan para prajurit Mongol merasa cemas dan khawatir akan amarah sang Panglima.
"Kita tidak bisa meremehkan musuh, terutama dalam keadaan yang belum kita kenal," ucap Shi Bi dengan tajam, suaranya memotong angin laut yang semilir. "Kalian telah menunjukkan kurangnya kewaspadaan, dan itu dapat merusak seluruh rencana ekspedisi ini."
Prajurit-prajurit Mongol mendengarkan dengan sungguh-sungguh, merasa terhina oleh ketidakpuasan Panglima mereka. Suara ombak yang gemulai seperti mengiringi amarah Shi Bi, menciptakan latar belakang yang penuh tekanan.
"Kita adalah prajurit-prajurit dari pasukan Mongol yang terlatih dengan baik!" seru Shi Bi dengan suara yang semakin menggelegar. "Kita adalah yang terbaik di antara yang terbaik, dan kita tidak boleh menghancurkan reputasi kita dengan tindakan-tindakan yang ceroboh dan tidak disiplin!"
Wajah-wajah para prajurit Mongol terlihat canggung dan bersalah. Mereka menyadari bahwa mereka telah meremehkan situasi dan tidak menghargai pentingnya kewaspadaan di medan yang asing. Sementara angin laut terus berhembus dan ombak terus menghantam, atmosfer di kapal-kapal tersebut terasa tegang dan penuh penyesalan.
Panglima Shi Bi merasa kekecewaannya memuncak. Ia adalah seorang pemimpin yang berdedikasi pada disiplin dan tindakan yang terkoordinasi. Ketidakwaspadaan pasukannya merupakan sebuah kegagalan dalam menjalankan prinsip-prinsip itu. Namun, dalam kekecewaan tersebut, ia juga menyadari bahwa pengalaman ini bisa menjadi pelajaran yang berharga bagi pasukannya.
"Kita harus belajar dari kesalahan ini," ucap Shi Bi dengan suara yang lebih tenang. "Kita harus selalu siap menghadapi situasi yang tak terduga dan tidak pernah meremehkan musuh."
"Mulai dari saat ini, setiap prajurit di sini akan mengikuti perintah dengan ketat!" lanjut Shi Bi dengan nada yang lebih tenang, tetapi tetap penuh tekad. "Kedisiplinan adalah kunci kesuksesan dalam pertempuran. Kita akan melatih diri kita sendiri dengan lebih keras, mengasah kemampuan kita, dan tetap waspada di setiap langkah yang kita ambil."
Seorang prajurit memberanikan diri untuk berbicara, suaranya penuh rasa penyesalan. "Maafkan kami, Panglima Shi Bi. Kami menyadari kesalahan kami dan bersedia belajar dari hal ini."
Shi Bi menganggukkan kepala dengan puas, merasa bahwa pesannya telah diterima oleh para prajuritnya. "Ini bukan hanya tentang keberhasilan ekspedisi ini, tetapi tentang kehormatan pasukan Mongol. Kita tidak boleh membiarkan diri kita terhancurkan oleh ketidakdisiplinan dan kecerobohan."
Dalam suasana yang semakin tenang, para prajurit Mongol mengangguk setuju, menyatakan kesediaan mereka untuk mengikuti perintah dan kembali pada jalur yang benar. Dalam cahaya rembulan yang lembut, mereka bersama-sama merencanakan masa depan ekspedisi dengan tekad yang lebih kuat.
Dalam perjalanan yang berlanjut, pasukan Mongol merenungkan pelajaran berharga yang diberikan oleh Panglima mereka. Kekecewaan Shi Bi dan ketidakpuasan yang ditunjukkannya tidak hanya berfungsi sebagai teguran, tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya kewaspadaan dan disiplin dalam setiap langkah mereka.
kapal-kapal Mongol terus melaju. Di tengah gemuruh ombak dan angin laut yang semakin kencang, pasukan Mongol berjanji untuk tidak pernah lagi meremehkan musuh dan selalu tetap waspada dalam setiap situasi. Mereka telah belajar bahwa dalam pertempuran, kemenangan datang bukan hanya dari kekuatan fisik, tetapi juga dari kecerdikan, kewaspadaan, dan kedisiplinan yang kokoh.
Panglima Shi Bi merasa bahwa tugasnya telah selesai untuk saat ini. Ia melangkah ke geladak kapal mendekati Halraf yang sedari tadi berdiri memandang ke arah laut yang luas. Angin laut yang sejuk mengelus wajahnya, membawa pesan bahwa meskipun cobaan berat menanti di depan, kesatuan dan kedisiplinan akan menjadi pedoman mereka dalam menghadapi segala tantangan. Ia memulai basa basi kepada Halraf.
“Apa ini kali pertamanya kamu berlayar Hal?” ucap Shi bi.
Hal melirik sekilas ke arah wajah Shi bi lalu membuang mukanya ke arah lautan. Ia melihat lautan yang luas, cahaya rembulan memantul menyinari permukaan laut, ia memfokuskan pandangannya pada suatu titik.
"Hey apa itu sebuah pulau" tanya Halraf, suaranya memotong keheningan diantara mereka. "Apa kau melihatnya?" ucap Halraf menoleh ke arah Shi Bi sambil menunjukkan ke arah yang ia lihat.
Pandangan Shi Bi terfokus pada arah yang ditunjuk Halraf. Ia mengerutkan kening, mencoba mengenali benda yang tampak seperti bayangan di tengah lautan. Setelah beberapa saat, ia melihat dengan jelas apa yang Halraf maksud.
"Pulau?" Shi Bi mengangkat alisnya. "Apakah kau yakin, Hal?"
"iya... aku yakin bahwa itu adalah pulau” jawab Halraf dengan nada malas karena Shi bi tidak percaya.
Shi Bi memandang laut dengan skeptis, tetapi rasa kepercayaan pada naluri Halraf menggerakkan hatinya.
"Kita harus memastikannya" ucap Shi Bi akhirnya, tatapannya kembali ke Halraf. "Kita akan merubah arah kapal menuju ke sana dan melihat apakah apa yang kau lihat benar. Namun sebelum itu aku harus melihat kompas terlebih dahulu, memastikan bahwa kita tidak terlalu jauh dari jalur yang direncanakan"
Setelah ia memastikan Kompas ia memerintahkan setiap komandan kapal untuk mengubah arah menuju ke titik yang ditunjuk oleh Halraf. Mereka berlayar dengan hati-hati dan antisipasi yang tumbuh, menunggu untuk melihat apa yang sebenarnya ada di depan mereka. Sementara matahari terus memancarkan sinar hangat, pulau itu semakin dekat dan bentuknya semakin jelas.
Ketika kapal-kapal Mongol semakin mendekat, tampaklah garis pantai yang menjulang dengan kokoh dan hutan yang lebat. Semangat kegembiraan mengalir di antara para prajurit, dan tatapan mereka terpaku pada pulau yang tampaknya telah menunggu untuk dijelajahi.
Halraf sedikit menunjukkan senyumannya saat apa yang ia lihat ternyata benar. Shi Bi juga merasa menghormati naluri Halraf yang akurat dan perhatiannya pada detail yang mungkin tidak terlihat oleh yang lain. Dalam keseruan dan kegembiraan, pasukan Mongol melanjutkan perjalanannya menuju pulau yang muncul dari jauh, siap untuk menghadapi petualangan baru yang akan menguji ketangguhan dan keberanian mereka.
Setelah perjalanan yang penuh antisipasi, kapal-kapal Mongol akhirnya berlabuh di pelabuhan alami yang terletak di pantai pulau tersebut. Suasana di atas kapal penuh dengan semangat dan kegembiraan saat para prajurit bersiap-siap untuk mendarat di tanah yang baru saja ditemukan. Cahaya matahari pagi memancarkan merayap perlahan dari balik horison yang masih tertutup kabut tipis, menciptakan latar belakang yang spektakuler bagi peristiwa ini.
Shi Bi memimpin para prajurit dalam pendaratan, memastikan bahwa semuanya berjalan dengan tertib dan terkoordinasi. Para prajurit turun dari kapal dengan langkah mantap, menginjakkan kakinya di pasir pantai yang lembut. Mereka merasakan semilir angin laut dan aroma asin yang khas, merasakan koneksi yang mendalam dengan lingkungan baru ini.
Halraf melangkah dengan penuh semangat, matanya memancarkan rasa kagum saat ia merasakan daratan baru di bawah kakinya. Ia memandangi pepohonan yang tumbuh menjulang di kejauhan, menciptakan bayangan lembut yang membelai tanah. Dalam hatinya, ia merasa bahwa apa yang telah ia lihat dari jauh adalah sebuah hadiah yang indah.
Para prajurit mulai menjelajahi pulau ini dengan rasa penasaran yang tumbuh. Mereka berjalan melintasi pantai yang indah, mengeksplorasi hutan yang lebat, dan melihat-lihat keindahan alam yang belum pernah mereka temui sebelumnya. Meskipun mereka masih dalam kesiapan tempur, mereka juga merasakan kebahagiaan dalam momen ini, merasa bahwa mereka memiliki kesempatan untuk menikmati sisi lain dari perjalanan ini.
Shi Bi mengamati dengan puas bagaimana semangat para prajurit tumbuh saat mereka mengelilingi pulau tersebut. Ia menyadari bahwa penemuan pulau ini telah membawa semangat baru ke dalam pasukannya, mengubah kekhawatiran menjadi semangat petualangan yang penuh harapan.
Halraf berjalan mendekati Shi Bi dengan senyum lebar di wajahnya. "Benarkan kataku, disini terdapat pulau"
Shi Bi mengangguk setuju, senyum kecil terukir di wajahnya. "Kadang-kadang, alam memiliki kejutan yang tak terduga untuk kita. Pulau ini bisa menjadi sumber pasokan dan tempat berlindung yang penting dalam perjalanan kita"
Setelah menjelajahi pulau tersebut, pasukan Mongol menyadari bahwa pulau ini memiliki sumber daya yang berlimpah, termasuk pepohonan yang tumbuh subur. Dalam persiapan untuk melanjutkan perjalanan, mereka memutuskan untuk memanfaatkan kayu-kayu ini untuk memperbaiki kapal-kapal yang rusak selama perjalanan mereka.
Saat matahari terbit di pagi hari yang cerah, pasukan Mongol telah bersiap untuk bekerja. Kapal-kapal mereka yang berlabuh di pelabuhan alami masih memerlukan perbaikan dan perbekalan tambahan sebelum ekspedisi bisa dilanjutkan. Shi Bi memimpin para prajurit dalam tugas penebangan pohon untuk memperbaiki kapal-kapal yang rusak.
Halraf bersama dengan beberapa prajurit lainnya telah mempersiapkan kapak dan alat lain yang diperlukan untuk tugas ini. Mereka berdiri di tepi hutan yang lebat, menatap pepohonan yang tinggi menjulang di depan mereka. Halraf merasa antusias dan siap untuk memberikan yang terbaik dalam tugas ini.
Shi Bi memberikan instruksi dengan tegas kepada para prajurit. "Tugas kita adalah untuk memperoleh kayu yang cukup untuk perbaikan kapal-kapal kita. Tetapi kita juga harus menghormati lingkungan ini. Pilihlah pohon dengan bijaksana dan gunakan kayu dengan efisien."
Dengan perintah tersebut, para prajurit memulai tugas mereka dengan penuh semangat. Mereka memilih pohon-pohon yang cukup besar dan kuat untuk dijadikan bahan perbaikan. Dengan gesekan kapak yang terdengar seperti dentuman di antara pepohonan, kayu-kayu pun mulai tumbang satu per satu.
Halraf mengayunkan kapaknya dengan penuh tekad, merasa kepuasan saat melihat pohon yang ia tebang tumbang dengan cahaya matahari pagi yang memancar di antara daun-daun hijau. Setiap tebakan kapaknya diarahkan dengan hati-hati untuk memastikan bahwa kayu yang dihasilkan berkualitas.
Selama beberapa jam, para prajurit bekerja tanpa henti. Mereka memangkas, mengupas, dan memotong kayu-kayu yang diperlukan untuk perbaikan kapal. Suara gemuruh pepohonan yang tumbang dan suara kapak yang memukul kayu mengisi hutan dengan energi yang kuat.
Setelah kayu-kayu yang diperlukan berhasil diperoleh, para prajurit mengumpulkannya di tepi pantai. Mereka mengamati tumpukan kayu yang mereka kerjakan dengan bangga, merasa bahwa mereka telah berkontribusi dalam usaha perbaikan kapal-kapal yang mereka butuhkan.
Shi Bi mengamati hasil kerja mereka dengan puas. "Kalian telah bekerja keras dan cerdas. Kita akan menggunakan kayu ini untuk memperbaiki kapal-kapal kita agar kita bisa melanjutkan perjalanan."
Halraf mengelap keringat dari dahinya dan tersenyum lelah, merasa bahwa tugas yang mereka selesaikan adalah bagian penting dari ekspedisi ini. Dalam kebersamaan dan kerjasama, para prajurit Mongol telah menunjukkan kemampuan mereka dalam mengatasi tantangan dan mengatasi rintangan untuk mencapai tujuan mereka.
Dengan perbaikan kapal yang segera dimulai, para prajurit kembali bekerja dengan tekad yang lebih besar. Mereka memiliki keyakinan bahwa setiap tugas yang mereka jalani akan membawa mereka lebih dekat menuju puncak ekspedisi ini. Dalam kerja keras dan semangat petualangan yang meledak-ledak, pasukan Mongol terus mempersiapkan diri untuk melanjutkan perjalanan mereka ke tujuan akhir yang penuh dengan tantangan dan kejutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments