"Mati lo."
Bugh..
Bugh...
Arkan terus meninjunya berulang kali, seperti orang kesetanan. Sementara itu, Kamila sudah berlari ke ruang guru ia melihat Pak Burhan juga panik.
"Pak, Arkan dan teman-temannya ikut berkelahi di depan gerbang," kata Kamila.
Pak Burhan menepuk dahinya.
"Astaga, anak itu kenapa susah sekali diatur? Kenapa sih dia tidak diam saja, biarkan pihak sekolah yang mengurus, ini malah ikut-ikutan tawuran," kata Pak Burhan.
"Tapi, sepertinya rombongan Arkan itu justru melindungi sekolah, Pak. Itu lihat aja, mereka berhasil untuk menghadang anak-anak sekolah lain yang mau masuk dan memecahkan kaca-kaca jendela kelas.
Kalau tidak ada Arkan dan teman temannya, mungkin anak-anak itu sudah masuk lebih dalam lagi ke lingkungan sekolah," kata Pak Yusuf.
"Kamu sudah menelpon polisi?" tanya Pak Burhan kepada Pak Yusuf.
"Sudah, Pak. Sebentar lagi polisi juga datang ... apa kita mau ikut berantem juga sama anak-anak, Pak?" kata pak Yusuf.
Pak Burhan membelakan matanya.
"Ngaco kamu, kita jangan ikut-ikutan, saya liat ilmu beladiri Arkan dan teman temannya bagus, sebentar lagi polisi datang," kata Pak Burhan.
Ya bagaimana tidak, Pak Burhan itu kan sudah tua dan juga tidak bisa bela diri. Tentu saja dia tidak mau sampai babak belur dihajar oleh anak-anak muda yang tenaganya masih sangat kuat.
Dor...
Brakh...
Tidak lama kemudian, saat anak-anak itu sedang bergulat terdengar suara tembakan dan sirine polisi yang mendekat.
"Polisi! Polisi, lari!" teriak beberapa anak dari sekolah lain yang menyerang sekolah Arkan.
Tetapi ada juga yang tidak mau pergi, termasuk juga musuh yang sedang bertengkar dengan Arkan, Kean dan Darren.
"Gue gak takut sini lo, biarin aja sekalian polisinya gua ajak berantem!" kata musuh Arkan dengan berani.
"Mimpi lo!"
Bugh...
Arkan langsung memukul lawannya itu dengan keras, sehingga sang lawan hampir tersungkur.
Tetapi, lawannya juga memiliki ilmu bela diri, sehingga ia pun langsung menendang perut Arkan dengan keras. Tidak lama kemudian, polisi-polisi pun datang.
Mereka menembakkan tembakan ke atas, kemudian mengamankan beberapa murid yang terlibat perkelahian itu.
"Kalian ini ya, bikin rusuh! Masih sekolah bukannya belajar yang bener malah tawuran ... malah berantem-berantem. Sudah semuanya akan kami bawa ke kantor polisi."
Pak Burhan yang melihat polisi datang langsung berlari ke arah gerbang sekolah.
"Selamat siang Pak! Kami akan membawa anak-anak ini ke kantor polisi untuk dimintai keterangan dan diamankan. Anda sebagai kepala sekolah juga nanti harus ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian
tentang apa yang sebenarnya terjadi," kata seorang kepala polisi.
Pak Burhan melirik ke arah Arkan, Daren, Bastian, dan Kean.
"Kalian ikut ke kantor polisi, nanti saya akan menelpon orang tua kalian supaya orang tua kalian datang ke polres," kata Pak Burhan kepada Arkan.
Arkan sudah pasrah jika ibunya akan memarahinya.
"Baik Pak! Tapi ini borgolnya bisa dilepas gak, tangan sakit Pak!" kata Arkan.
"Tidak bisa! Ini sudah menjadi resiko kamu!"
"Nanti saya beliin borgol yang banyak Pak, buat gantinya takut Bapak juga mau ngeborgol kucing yang suka nyuri ikan!" lanjutnya.
"Mau beli di mana kamu?!" tanya polisi itu.
"Toko bangunan Pak," saut Sean yang ada dibelakang Arkan.
Semuanya tertawa mendengar sautan Sean.
Pak Burhan hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya melihat kelakuan Arkan dan teman-temannya, mereka sudah
dicekal polisi juga tidak ada takut-takutnya.
Kamila memperhatikan Arkan dari jauh dia merasa khawatir melihat Arkan dibawa oleh polisi apalagi wajah Arkan sampai babak belur, Arkan merasa ada yang
memperhatikan dirinya dia melihat ke
arah Kamila.gadis itu terlihat khawatir melihat wajah Arkan yang babak belur.
Tetapi, saat pandangan mereka bertemu Arkan dengan jail mengedipkan sebelah matanya menggoda gadis itu. Gadis itu mendelik sinis membuat Arkan terkekeh
"Sudah ayo kita bawa ke kantor polisi!" kata polisi itu.
"Kamila?!" teriak Arkan saat dirinya hendak di bawa oleh polisi.
Kamila melihat ke arah Arkan.
" Lo khawatir kan, gue baik-baik aja cuman sedikit babak belur besok juga udah sekolah lagi, sekarang mau trialjadi maling dulu, sampai bertemu besok Beb!" teriak Arkan sambil memanyunkan bibirnya memberi ciuman jarak jauh kepada Kamila.
Kamila membelakan matanya dia melihat Arkan sambil bergidik ngeri. Sedangkan pemuda itu hanya tertawa kecil saat melihat wajah terkejut Kamila.
"Gila tuh anak! Lagi tegang masih sempet sempetnya! Gak waras!"
***
Alisha saat ini sedang sibuk menyiapkan bahan makanan yang akan ia masak sebagai menu makan siang, saat telepon rumahnya berbunyi dengan nyaring. la
mengerutkan dahinya, kemudian ia pun mematikan dulu kompor yang sedang ia gunakan untuk merebus ayam dan mengangkat telepon.
"Selamat siang... Iya betul, saya orang tuanya Arkan. Saya ibunya, ada apa ya, Pak? Ini dari mana?" tanya Alisha.
"Maaf Bu, kami dari kepolisian. Anak ibu yang bernama Arkan saat ini sedang ada di kantor polisi. Dia terlibat perkelahian di sekolahnya. Apakah ibu dan suami bisa datang ke polres saat ini ... untuk
menandatangani surat pernyataan sebagai orang tua wali dari saudara Arkan."
Alisha membelakan matanyaterkejut saat mendengar itu telpon dari pihak kepolisian.
"Baik, Pak. Saya akan segera ke sana, terima kasih banyak" kata Alisha.
la pun segera menutup telepon, dan langsung menelepon suaminya untuk memberitahu, bahwa Arkan sedang ada di kantor polisi sekarang.
Alisha kemudian bersiap-siap, dia terus menggerutu kesal karena putranya itu selalu membuat masalah. Alisha turun dari kamar dia keluar dari rumah saat mendengar deru mesin mobil suaminya.
Alisha masuk ke dalam mobil lalu menutup pintunya.
"Anak kamu tuh bener-bener, ya. Sebenernya dia tuh maunya apa sih? Berantem terus, motor-motoran terus, kalau nggak gitu kayaknya kakinya nggak bisa diem. Heran aku sama anak itu, warisin sifat kamu banget sih bandelnya," kata Alisha saat sudah berada di dalam mobil.
Marvin hanya bisa diam menanggapi omelan istrinya, bukannya ia tidak mau berdebat dengan sang istri. Tetapi, rasanya ia lebih aman jika cukup mendengarkan
omelan sang istri saja.
Apabila ia menjawab maka masalahnya akan semakin panjang.
"Ya kita ke kantor polisi aja dulu, Bund. Kita kan nggak tahu masalah apa yang sebenarnya terjadi," kata Marvin dengan lembut mencoba meluluhkan sang istri.
"Kamu sih terlalu manjain dia. Coba kalau gak dimanjain ... anak itu emang bikin aku kesel banget. Kamu gak tau aja kelakuannya. Kalau di luar rumah dia pasti motor-motoran. Kan waktu itu kamu juga tau aku liat ada darah di bajunya, itu gara-gara apa? Pasti gara-gara dia berantem! Mau sampai kapan coba dia kayak gitu? Sebentar lagi, dia lulus sekolah .. seharusnya dia belajar yang rajin
bukannya tawuran kayak gini," jawab
Alisha dengan kesal.
Marvin tidak menjawab lagi, baru saja sepatah kata sudah diceramahi beribu-ribu kata. Itulah wanita, tidak akan pernah salah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments