Arkan menggidikan bahunya, dia kembali bermain game di ponselnya di sela-sela bermain game Arkan menyunggingkan senyumnya dia ingat jika sekarang Kamila makan menggunakan sendok bekas dirinva
juga.
"Kenapa lo senyum-senyum gila lo?" tanya Kamila heran.
"Suka-suka gue lah, hak asasi dong mau gue salto juga lo gak bisa ngelarang!" jawab Arkan.
"Lo---"
"Makan aja Mil makan, makan itu pake mulut bukan pake urat!" potong Arkan.
Kamila berdecak kesal dia jika bertemu dengan Arkan tidak ada yang namanya tidak bertengkar.
Arkan fokus dengan gamenya sedangkan Kamila dengan makanannya. Arkan melihat kepada Kamila lalu melihat bungkus
makanan itu hampir kosong.
"Tadi aja sok soan gak mau, sekarang sesuap lagi udah bersih tuh bungkus," sindir Arkan dengan mata yang masih tertuju ke ponselnya.
"Ck.. Gue kan laper," kata Kamila lalu memasukan suapan terakhir ke mulutnya.
"Arkan," panggil Kamila.
"Hm.." saut pemuda itu.
"Minum mana? Gue seret nih!" kata Kamila mencari minum di atas meja.
Arkan melihat ke atas meja dan ke sekeliling tidak ada minum.
"Gak ada minum!" jawabnya.
Kamila membelakan matanya.
"Lo kalo mau nolong gue yang ikhlas dong! Kalo beli makan ya sekalian beli minum masa makan doang keselek dong gue."
"Heh Maemunah, yang beli makan bukan gue tapi si Naya. Lo kalo mau sewot ya ke dia aja!" kata Arkan sambil bersidekap dada.
"Gue pengen minum Arkan!" ujar Kamila lagi.
"Beli sendiri sana, lo minta tolong ngegas gitu siapa yang mau nolongin lo."
Kamila menghela nafasnya kesabarannya benar-benar diuji saat bersama Arkan.
"Arkan yang ganteng, baik hati dan tidak sombong, gue aus deh! Beliin minum dong."
Kamila membuat suaranya selembut
mungkin membuat Arkan menahan tawanya.
"Nah gitu kan enak didengernya, iyah Neng Mila, Abang Arkan beliin nih!" kata Arkan dengan suara yang tak kalah lembut dia bangkit dari kursinya.
"Najis Arkan! Gue aus anjir!" kata Kamila geli.
Arkan tertawa terbahak-bahak melihat wajah Kamila yang menahan rasa jiji.
"Tunggu di sini, jangan ke mana-mana! Nanti kalo lo pingsan gue gak mau ngangkat lo lagi!" kata Arkan
"Lo berat soalnya!"
la lalu beranjak pergi secepatnya untuk
membeli minum sebelum terkena semprot lagi oleh gadis itu.
"Arkan sialan!"
"Gue gak berat tapilo yang gak kuat?!"
"Langsing gini dibilang berat, buta kayaknya?!" gerutu Kamila sebal.
***
"Tuh, cewek ganjen calon cewek murahan kalo dia pulang hajar aja, Mah. Masih SMA aja udah berani cari muka sama cowok sampe di gendong gendong!"
Kamila kaget mendengar suara Livia. la baru saja pulang dari sekolah. Selama ini, Livia membawa motor scoppy milik nya jika ke sekolah sementara Kamila harus memakai kendaraan umum.
Kamila hanya bisa memakai motor itu jika sang ayah sedang ada di rumah.
Ceklek...
PLAK!
Tanpa ampun, Laras memukul Kamila dengan keras. Kamila yang baru saja membuka pintu rumah nya terkejut.
"Tante aku salah apa?" kata Kamila memegang pipi nya yang terasa perih.
Tetapi, Laras tidak menjawab. la malah mengambil sapu dan memukul kaki dan tangan Kamila dengan gagang sapu.
"Ini akibat nya kalo kamu mau jadi perempuan murahan! Saya nggak akan biarin kamu jadi rusak! Emang anak ga tau diri, rasain ini!"
Bugh... Bugh...
"Ampun Tantee!" teriak Kamila kesakitan.
Sementara Livia hanya tersenyum licik saat melihat Laras menjambak dan memukuli Kamila.
"Masuk kamarmu sana! Jangan pernah ngadu sama papa kamu soal ini!" teriak Laras.
Tanpa menunggu lagi Kamila pun segera masuk ke kamar nya dengan sedih dan menahan sakit. la memeluk foto sang ibu sambil menangis sedih.
"Mah kenapa Mamah pergi cepet banget, sekarang gak ada yang sayang sama aku, semua nya jahat. Ayah udah gak perhatian sama aku lagi. Ayah selalu keluar kota," kata Kamila terisak sedih.
la pun berbaring sambil memeluk foto ibu nya, hingga tak terasa ia pun tertidur.
Setelah puas menangis lalu tidur Kamila bangun dari tidur nya dia melihat jam sudah jam sembilan malam. Kamila pun keluar dari kamar setelah membersihkan diri nya.
Merasa lapar, ia pun melangkah ke dapur. Ternyata sama sekali tidak ada makanan.
"Duh, mana laper banget," keluh Kamila.
la pun memutuskan untuk keluar membeli makanan. Saat sudah di luar Kamila berjalan kaki karena dia tidak diberi fasilitas kendaraan. Kamila memang jarang selkali diberi fasilitas seperti Livia.
Akhir nya Kamila pun berjalan ke depan komplek. Biasa nya ada pernjual nasi goreng di sana. Kamila pun langsung memesan sepiring.
"Pak, nasi goreng satu yah."
Tetapi, ketika ia sedang menunggu pesanan nya, terdengar suara pemuda yang tidak asing lagi.
"Arkan?"
Pemuda itu juga terkejut melihat Kamila. la pun langsung duduk di samping Kamila.
"Duh Mil kayak nya kita emang jodoh deh, bukti nya sekarang ketemu padahal gak janjian!"
Kamila memutar bola matanya malas.
"Gak usah kepedean," desis Kamila.
Arkan melihat ke arah tangan Kamila, di sana ada luka lebam, tadi pagi saat Arkan membawa Kamila ke uks tidak ada lebam di tangan nya hanya ada cakaran saja.
"Mil tangan lo kenapa? Lo baik-baik aja kan? Sampe bengkak gitu!" kata Arkan yang memperhatikan tangan Kamila.
Kamila yang tersadar langsung menyembunyikan tangan nya.
"Gue gak papa," jawab nya.
"Tapi Mil--"
"Neng Mas ini nasi goreng nya!" kata si penjual.
Saat Arkan hendak bertanya lagi nasi goreng kedua nya matang secara bersamaan. Kamila pun langsung mengambil bungkusan nasi milik nya.
Kamila bernafas lega saat atensi Arkan teralihkan. Tetapi, saat ia hendak melangkah Arkan mencekal tangan nya.
"Lo jalan kaki? Bareng sama gue aja," kata Arkan.
Kamila menghela napas panjang, ia menggelengkan kepala nya perlahan.
"Gak usah!"
la tidak mau Laras dan Livia memarahi nya lagi.
"Bahaya Mil cewe balik malem malem, sendirian lagi. Udah bareng aja yu, nanti kalo ada apa-apa di jalan gue bisa di marahin sama bokap gue.
" kata Arkan Kamila mengerutkan dahi nya,"
"Kenapa bokap lo harus marah?" tanya/Kamila.
"Kan lo calon mantu. Udah ayo kita pulang," kata Arkan.
Dengan cepat ia mengambil bungkusan nasi goreng milik Kamila dan menariknya. Kali ini Arkan membawa mobil karena si ucup masih dalam tahap sita.
Mereka pun pulang bersama, tetapi Kamila terkejut karena ini bukan jalan ke rumahnya.
"Eh, ini mau ke mana?" tanya nya.
"Ke rumah gue dulu, gue mau anter nasi goreng buat Bunda. Kasian kalo Bunda nungguin," kata Arkan.
Kamila pun hanya bisa pasrah. la mengikuti apa yang ingin Arkan lakukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments