"Aduh iyah Bunda maaf, udah dong Bund jangan marah-marah, Arkan sayang sama Bunda, nanti cantiknya ilang loh, kalo Ayah
selingkuh gimana?" tanya Arkan membuat Marvin membelakan matanya.
"Sembarangan! Kamu kalo di marahin Bunda jangan bawa-bawa Ayah dong!" kata Marvin.
"Anak sama Bapak sama aja!" ketus Alisha.
"Bundaaaa!"
"Bunda jangan marahin Abang!" Seorang gadis kecil datang dari arah dapur dengan asisten rumah tangga Alisha.
"Abang salah Kayla jadi harus Bunda nasehatin, Bunda gak marah kok sama Abang!" kata Alisha kepada anak keduanya itu.
Arkan menggelengkan kepalanya kepada Kayla seakan berkata.
'Bohong Kay Bunda bohong'
"Kata Abang Bunda bohong!" ujar bocah itu.
Arkan menepuk dahinya, Alisha langsung melirik ke arah Arkan sinis.
"Kayla ke kamar yah sama Bibi, Bunda masih mau bicara sama Abang."
"Bi tolong bawa Kay ke kamar yah," pinta Alisha.
"Baik Nyonya!"
Sekarang atensi Alisha kembali kepada putranya, dia bersidekap dada menatap putranya tajam.
"Bund udah dong marahnya, Arkan kan udah minta maaf Bundaku sayang! Bunda cantik deh, Arkan minta maaf yah Ibunda ratu tercinta!" kata Arkan mencoba berusaha mencoba untuk merayu ibunya itu. Tetapi, sepertinya Alisha sudah tidak mempan untuk dirayu lagi.
"Manis banget mulutnya, sama kayak Ayah kamu tukang ngerayu! Siniin kunci motor kamu!"
"Loh, kok kunci motor Bund?" tanya Arkan bingung.
"Iya, siniin!" pinta Alisha mengulurkan tangannya.
"Tapi Bund--"
"Sinin Arkan?!" Pemuda itu merogoh saku celananya lalu memberikan kunci motor kepada ibunya.
"Mulai sekarang Bunda sitamotor kamu," kata Alisa dengan tegas.
Arkan terkejut.
"Loh Bund kok disita kan si ucup gak salah!" ujar Arkan.
"Gak ada ucup-ucup, motor kamu Bunda sita!" Alisha pergi begitu saja membawa kunci motor Arkan.
Arkan melihat kepada Ayahnya.
"Ayah beli motor baru dong!" pinta Arkan.
"Kamu pikir beli motor kayak beli kerupuk, Ayah gak mau ikut-ikutan nanti kena semprot Bunda kamu!" jawab Marvin.
"Ayah rayu Bunda lah!" kata Arkan memohon.
"Ayah gak mau nanti Bunda marah gimana?" tanya Marvin.
"Paling Ayah tidur di luar!" kata Arkan sambil tertawa.
"Bund Ayah mau beli motor baru buat aku katanya," teriak Arkan.
"Terus Marvin! Manjain terus abis itu kamu tidur di luar!" jawab Alisha ikut berteriak.
"Bohong Bund, ngaco kamu Arkan!" kata Marvin kesal.
"Anak sama Bapak sama aja! Tidur di luar!"
"Haha Ayah kena juga, selamat tidur di luar Ayah!" Arkan tertawa puas.
"Kamu juga sama Arkan," kata Alisha.
Arkan menghentikan tawanya, sekarang jadi Marvin yang tertawa.
"Kasian deh kamu! Hahaha!"
"Nasib-nasib!"
***
Pagi harinya Alisha berusaha membangunkan Arkan. Kebiasaan Arkan memang selalu seperti itu, tidur di malam hari sampai larut dan pagi hari ia susah sekali dibangunkan.
"Bangun Arkan, sekolah! Kamu gak mau sekolah udah jam berapa ini!" kata Alisha dengan tegas sambil menepuk bahu Arkan dengan sedikit kencang.
Arkan memicingkan matanya dan
menatap wajah sang Bunda. Kemudian menggelengkan kepalanya perlahan.
"Enggak deh Bund males, aku gak mau sekolah," kata Arkan kembali menutup matanya.
Sejujurnya pemuda itu kesal, karena Alisha menyita kunci motornya dan mengatakan jika ia tidak boleh membawa motor untuk
sementara waktu.
"Bener gak mau sekolah?" tanya.Alisha lembut.
Arkan menganggukan kepalanya.
"Iyah Bundaku Sayang!"
"Yaudah gak masalah itu artinya kamu udah siap sama resikonya, uang jajan kamu Bunda potong. Sekalian kan biar gak cuman motor kamu yang Bunda sita," kata Alisha dengan tegas.
Mendengar kata uang jajan yang akan dipotong, Arkan pun langsung membuka matanya dia bangkit dan mencium pipi sang Bunda.
"Pagi Bunda, I love you so much, Arkan mandi dulu mau sekolah! Arkan kan anak rajin!"
Pemuda itu kemudian berlalu ke kamar mandi. Jangan sampai uang jajannya pun ikutan dipotong setelah motor kesayangannya disita oleh Alisha.
Semalam Arkan sudah bicara dengan Marvin untuk membujuk sang Bunda. Tetapi ayahnya itu menggelengkan kepalanya. Marvin tidak mau mengambil resiko diomeli oleh Alisha. Jadi ia membiarkan saja Alisha untuk menyita motor sang anak.
Setelah mandi dan berpakaian, Arkan pun turun ke ruang makan. Kemudian, sambil makan roti ia pun menatap Alisha dengan tatapan penuh harap.
"Kenapa kamu liatin Bunda kayak gitu," ujar Alisha menatap putranya curiga.
"Bund, kan motor aku disita terus aku berangkat sama pulangnya gimana? Masa jalan kaki," kata Arkan dia berharap ibunya mau mengembalikan kunci motornya.
"Kalo pulang kan kamu bisa sama temen-temen kamu, berangkat bareng sama Ayah aja sekalian dia mau ke kantor," kata Alisha dengan judes tanpa senyum.
Arkan menatap Marvin, tapi Marvin hanya bisa mengangkat bahu sambil menatap sang putra penuh rasa kasihan.
Sementara Arkan hanya bisa mengelus dada. Nasib... nasib, beginilah kalo Bundanya sudah marah.
"Iyah deh, kalo gitu Arkan berangkat yah Bund, uang mana? Nanti aku pulang naik apa kalo gak di kasih uang sama Bunda," kata Arkan dengan memelas.
"Kartu yang di kasih Ayah mana?" tanya Alisha.
"Di dompet Bund itu jarang Arkan pake kalo gak mepet, kan masih di kasih cash sama Bunda, biar aja itu jadi tabungan Arkan," jawab Arkan sambil terkekeh.
Dengan wajah masih cemberut, Alisha memberikan selembar uang kepada Arkan.
"Nih buat makan di sekolah, sama buat ongkos pulang," kata Alisha.
"Aduh Bunda, seratus ribu naik taksi juga gak cukup, tambahin dong Bund," kata Arkan merayu ibunya.
"Tekor dong, kalo Bunda kasih kamu lebih dari seratus ribu," kata Alisha.
"Ya, kalo gitu kuncinya dong, Bundaku Sayang," kata Arkan sambil menaik turunkan alisnya.
"Kamu nih, nyusahin aja ya!" omel Alisha.
Tetapi, ia pun kembali membuka. dompetnya dan memberikan uang tambahan kepada Arkan. Arkan pun tersenyum, kemudian mencium kedua pipi bundanya dengan mesra. Lalu mengedipkan sebelah matanya.
"I love you, Bunda. Aku sekolah dulu,ya," kata Arkan.
Alisha hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Anak Ayah tuh," kata Alisha kepada/Marvin yang tengah meminum air.
Marvin terkekeh.
"Anak Bunda juga tau," jawab Marvin.
***
"Kamu tuh, berhenti-berhenti lah bandel-bandel. Lihat tuh Bunda kamu, dari kemarin ngomel terus. Telinga ayah sampai sakit tahu nggak, denger omelan Bunda kamu," kata Marvin ketika mereka sudah berada di perjalanan.
"Ya mau gimana, Yah. Masa aku mau diem aja waktu lihat sekolahku diserang? Aku kan bukan anak cewe yang tau teriak-teriak aja kalo lagi panik, alay!" jawab Arkan membela diri.
Marvin hanya tertawa kecil mendengar jawaban sang putra.
"Iyah tapi jangan begitu sampe masuk ke kantor polisi, kasian Bunda marah-marah terus," ujar Marvin lagi.
"Iyah Ayah maaf!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments